"oy! Udah lama nunggu ?" Saya baru saja sampai di sebuah kedai kopi di tengah kota Jakarta, tempatnya cukup bagus untuk anak muda seperti saya
"Enggak kok, santai aja. Sendiri aja Nat ?" Jawab seorang teman saya yang hari ini datang bersama dengan pasangannya
"Iya nih, mau gimana lagi hehe jok motor gue single seat juga jadi nggak bisa bawa boncengan" saya beralasan saja sebenarnya, tapi memang begitu adanya motor saya
"Pesen dulu aja Nat, tadi gue sama cewe gue udah pesen kok"
"Oh, gue nunggu si Toni aja deh"
Saya janjian dengan Rendi dan juga Toni hari ini, tapi karena acaranya bebas dan cuma ngobrol jadi Rendi mengajak pacarnya untuk ikut dan Toni sepertinya berangkat sendiri.
"Oh iya, kenalin ini cewe gue" Rendi menunjuk ke wanita sebelahnya
"Halo, gue anggi" sapanya
"Gue Nata. Kita pernah ketemu waktu di kosan Rendi dulu kok"
"Oh iya, ini Nata yang waktu itu aku hubungin buat nolongin kamu pas dulu lagi aneh aneh itu loh" kata Rendi ke Anggi
"Oh iya aku inget, itu parah banget sih"
Itu merupakan kejadian yang sangat
epic menurut saya. Sulit dilupakan karena saya menghadapi dua permasalahan sekaligus.
<<<<<
Saya sedang berada di pelosok yang jauh dari pulau jawa, kehidupan masyarakat disini bisa dibilang sangat jauh dari kata layak, faktor air bersih salah satunya. Tidak mengherankan jika banyak penduduk yang terkena infeksi kulit atau bermasalah dengan pencernaan mereka, bahkan ada juga kebiasaan
soil-eating untuk anak-anak itu menjadi perhatian penting dari instansi pemerintah terkait (seharusnya).
Saya sedang melakukan kunjungan malam untuk sebuah lokasi pemukiman di tengah hutan, penduduk disini sudah biasa berjalan malam tanpa lampu atau sedikit penerangan, bulan menjadi satu-satunya sumber cahaya selama perjalanan, tidak seperti di Jakarta yang sudah terlalu banyak polusi cahayanya.
Saya dan team menggunakan mobil tipe 4WD untuk mencapai lokasi, terlebih lagi kami harus buka jalur untuk mencapai desa itu. Saya bersama dengan Michelle, teman satu kantor dari Jakarta dan lainnya adalah penduduk lokal.
"Chel, u know what. This isn't scare enough for me"
"Huh ? What are u talking bout ?"
Gw sengaja memancing Michelle untuk berbicara dalam bahasa Inggris, karena terkadang obrolan orang lokal juga memakai bahasa daerah. Cukup fair menurut saya
"I mean this place. I don't know, i think Java is more dangerous than this place like when we tryin to get in to a jungle u have a lot of feeling like scare of wild animal, snakes, or maybe ghost"
"Hmm why u think so ?"
"I don't know, i just say what i felt to u. Don't mind!"
Lalu percakapan kita terhenti, karena Michelle bukanlah orang yang percaya akan hal itu jadi tidak pernah diambil pusing walaupun kita pernah berbincang tentang konsep ketuhanan di satu waktu.
Kegiatan malam itu terasa lebih cepat dari biasanya, karena mungkin semuanya cukup rapih dan sesuai prosedur jadi cepat selesai. Di lokasi ini tidak ada sinyal satu batang pun, jadi percuma mengaktifkan ponsel.
***
Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit kami berada di titik sinyal, jadi kami semua mulai mengaktifkan ponsel masing-masing. Terdapat satu chat dari Rendi, dia tau kalau saya sedang berada jauh di pelosok.
Saya langsung menelpon Rendi, karena saya tau sepertinya dia sedang ada masalah.
Tutt . . . Tuttt . . . Tuttt . . .
"Halo Ren, kenapa ?"
"Ini Nat, cewe gue. Gak ngerti gue kenapa, tiba-tiba ketakutan gitu. Aduh, gue bingung banget ini. Lo bisa bantuin gue nggak ?"
Saya mendengarkan itu dengan seksama, mencoba menangkap apa yang sebenarnya terjadi tetapi sepertinya saya tidak punya gambaran tentang hal itu.
"Gini Ren, kirim nama cewe lo terus nama orang tuanya ke gue tapi jangan matiin telepon ini"
"Oke, sebentar Nat"
Saya menunggu sekitar 5 menit, kemudian posisi saya yang berdiri langsung saya ubah menghadap ke barat dan sedikit berjongkok. Oh iya, jangan tanya saya ini ada hubungannya atau tidak, saya hanya mengikuti intuisi saya.
"Udah Nat!"
"Bentar ya, gue tembusin dulu"
Sekali lagi, saya melakukan ini atas izin Allah. Jika tidak diberi izin maka tidak akan ada yang bisa saya lakukan.
Saya menceritakan detail yang saya lihat, karena setelah itu kami bertiga berada dalam sambungan yang sama seperti
conference call.
"Nah iya, baru ngerti maksudnya dia ke gue" kata cewenya Rendi
"Syukurlah kalo gitu. Ren, gue cabut ya. Capek banget gue, jauh soalnya"
"Oke Nat! Thanks banget loh ya"
Saya langsung menutup telepon, dan kembali masuk ke mobil untuk menuju ke
basecamp. Saya melihat sekeliling seperti banyak mata yang memperhatikan, tidak saya gubris karena rasanya energi saya sudah terkuras banyak saat ini.
"
hahh, percuma. Di Jawa sana lebih seram daripada begini" ucap saya dalam hati menanggapi mereka yang tertarik dengan apa yang saya lakukan sebelumnya
***
Setelah sampai di
basecamp, saya langsung membuat kopi untuk menghangatkan badan lalu keluar menemani Michelle yang sedang menginput data untuk menyelesaikan pekerjaan hari ini walaupun sudah menunjukkan jam 23.47.
"Belum ngantuk lo ?" Sapa Michelle yang melihat saya keluar dan menuju ke arahnya membawa kopi
"Belum, susah tidur gue kalo belum ngantuk banget"
"Terus malah bikin kopi ?"
"Yaa beginilah, mau bikin teh nggak ada soalnya cuy"
Saya membuka ponsel dan melihat sinyal hanya satu batang, tidak cukup untuk mendapat sinyal interner. Michelle masih sibuk dengan pekerjaannya.
Saya melihat pemandangan sekitar basecamp dari balik jendela ruangan. Keadaan yang sangat sepi, jauh dari kemacetan ibukota, yang terdengar hanya suara mesin dari genset yang kami gunakan setiap malam untuk penerangan dan lainnya. Genset hanya kami gunakan untuk malam hari, dan kondisi kerja siang hari yang membutuhkan listrik, sementara sisanya kami hidup tanpa genset. Air bersih kami peroleh dengan membeli per 5000 Liter air untuk kebutuhan 2 hari.
"Chel, tadi pas gue ngomong yang 'disini itu nggak serem' tuh lo nangkep maksud gue nggak sih ?" Saya memecah keheningan
"Ngerti Nat, cuma gue bingung kenapa tiba-tiba lo ngomong begitu"
"Iya sih, cuma bosen aja kayanya tadi gue tuh mabok soalnya"
"Hahaha emang kalo lo mabok begitu harus banget ngobrol ya ?"
"Iya, mual banget soalnya gue. Isi perut gue kaya dikocok gitu"
"Hahaha dasar lo.. gue udah selesai nih, ngantuk ah"
"Yaudah lah, tidur gue juga"
Kami masuk ke kamar masing-masing, saya tidur bersama dua orang lainnya. Tidak butuh waktu lama untuk saya dapat memejamkan mata dan tertidur pulas kalau sudah malam seperti ini.
.....
Saya tiba-tiba terbangun, entah jam berapa ini. Mata saya tidak menangkap adanya orang yang masuk atau datang ke ruangan ini, lalu dalam sekejap ada sosok tinggi besar sekitar dua meter lebih ada di depan pintu, yang saya lihat sosok itu samar seperti bayangan air. Badannya tidak dapat saya lihat jelas karena saya baru bangun dan rasa capek ini tidak bisa ditoleransi lagi oleh tubuh saya. Wajahnya ? Saya melihat dengan jelas taring dan lidah yang menjulur panjang lebih dari setengah tinggi badannya, matanya merah melotot dan rambut yang ada di kepala seperti acak-acakan. (Saya mengingat ini justru mau ketawa karena rambutnya seperti itu)
"
Mau apa datang kesini ?" ucap saya dalam batin
"
kamu bilang apa tadi di hutan sana ?" ucapnya yang terdengar seperti suara yang pelan dan sangat jauh
"
Oh kirain kenapa, gue ngantuk ah tidur dulu. Gue minta maaf ya udah. Assalamualaikum" ucap saya membatin
Saya membaca do'a dan surat pendek sesuai ajaran Rasulullah SAW. Kemudian saya tidur lagi.
>>>>>
Saya selesai bercerita ke Rendi dan pacarnya.
"Anjir serius lo selow begitu ?" Tanya Rendi yang kaget mendengar cerita saya
"Iya begitu emang.. gue ngantuk banget coy itu"
"Sakit nih manusia emang ya, ngadepin yang begitu depan mata loh"
"Yaa gue mesti gimana dong ? Haha gue juga jarang bisa liat yang begitu kan"
Pacarnya Rendi melihat sekitar seperti memastikan sesuatu.
"Kalo yang di sebelah gue lo liat ? Yang kepo ini ?" Tanya Anggi
Saya memfokuskan pikiran saya "Hm gue nggak bisa lihat, bahkan gue juga nggak bisa ngerasain kehadirannya"
Saya kembali memfokuskan diri untuk melihat energi di dalam
cafe ini, kalau divisualkan ini seperti saya memancarkan gelombang sonar dalam satu hentakan dan menyebar ke penjuru ruangan.
"Ohh.." saya sedikit tersenyum dan seperti menemukan sesuatu
"Kenapa Nat ?" Tanya Rendi
"Jadi gini cara kerjanya, gue bisa tau disana ada yang auranya besar dan menakutkan, lalu di sebelah sana juga, lalu di pojok sana tetapi sangat tipis tapi kalo untuk di sebelah lo nih Anggi, gue nggak bisa sedikit pun merasakan"
"Hm iya, yang lo sebutin tadi memang penampilan luarnya biasa aja tapi aura dan emosi yang terpancar itu gila banget. Bahkan gue nggak mau dia tau kalau gue bisa ngeliat mereka" Anggi nampak sedikit risih karena dia merasa aura yang keluar dari sosok yang saya sebutkan tadi benar-benar besar
"Tapi lo udah lama emang Nat bisa kaya begini ?" Tanya Rendi
"Enggak sih, gue cuma nyoba begitu doang. Selama niat gue baik dan gue nggak ragu, rasanya insyaallah pasti bisa sih" saya merasa seperti itu dan menjawabnya dengan yakin
Kemudian Toni datang sendirian, tapi di belakang Toni saya merasa ada yang mengikuti dalam bayang. Saya melihat ke arah Anggi dan memberi kode untuk melihat apa yang ada di belakangnya
"Nempel, suka kayanya. Bukan sehari dua hari ini sih" ucap Anggi
Sementara Rendi seperti orang bingung, "kalian kenapa ?"
"Bisa Nat ?" Tanya Anggi
"Dicoba, sebentar" saya langsung memposisikan tangan kanan saya membentuk titik fokus saya, lalu tangan kiri saya menutupi mulut supaya tidak terlihat mulut saya sedang berdo'a
Toni duduk dan sampai di depan kami, lalu bersalaman dengan Rendi
"Sorry, Telat. Sehat Ren ?" Tangan Toni bersalaman
"Sehat, kenalin nih cewe gue. Anggi"
"Haloo. Toni" kemudian mereka bersalaman
"Sehat Nat ?" Tanya Toni
"Hehe sehat sehat, sini duduk" Tangan saya bersalaman dengan Toni
"Gile, Jakarta macet banget ya emang nih parah" ucap Toni
Saya sudah selesai dengan persiapan dan saya sentuh belakang leher dari Toni
"Santai, pesen aja dulu gih. Capek kan lo pasti ?" Tangan saya menepuk pelan
"Aww, anjir apaan nih kok nyetrum ?" Toni tampak kaget dan reflek dengan sentuhan tangan saya
Anggi sedikit tertawa, saya juga menahan tawa. Sementara Rendi bingung dan Toni lebih bingung lagi
"Haha makanya kalo bawa cewe tuh dikenalin hahaha" ledek saya
"Ahh nggak lucu lo Nat, anjir ah. Gue pulang sendirian nih"
"Lah tadi berangkat berdua aja lo biasa aja haha"
"Naatttt....
...selesai...