Siapa sih yang ingin jadi janda?
Ane yakin, semua wanita yang pernah menikah, menginginkan pernikahan yang dijalaninya aman, rukun, dan bahagia hingga maut memisahkan.

Namun, terkadang takdir berkata lain. Pernikahan itu tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Banyak aral melintang dan kerikil tajam yang mau tidak mau hadir di tengah jalan. Dari ketidakcocokan lagi, habisnya cinta, ketidakhadiran keturunan, seretnya perekonomian, dan juga hadirnya orang ketiga.

Banyak wanita yang memilih tetap bertahan, lanjut berjalan meski kerikil tajam itu umpama jarum yang terus menusuk hingga berdarah-darah. Namun, beda bagi lelaki. Sekali saja tusukan itu mengenai kulitnya, ia mundur. Dan memilih berpisah.

Janda.
Itulah status yang ia sandang, ketika kata talak itu terucap dari mulut lelaki yang pernah menerimanya dengan cinta.

Tidak hanya karena perceraian, status janda juga disandang oleh para wanita yang ditinggal mati oleh suaminya.

Status yang dipandang buruk dan hina di mata masyarakat. Status yang selalu dipandang sebelah mata. Status yang selalu dikambinghitamkan saat hancurnya sebuah hubungan cinta.

Apa yang salah dari seorang janda?


Sekuat apa pun ia menjaga sikap di hadapan orang lain, bahkan cenderung menarik dari pergaulan, tetap saja ada mulut-mulut julid yang mengusik. Janda seringkali disebut penggoda suami orang.



Tapi ... mau gimana lagi.
Stigma negatif itu sudah terlanjur melekat. Dalam kehidupan sosial dan budaya, seringkali mendapatkan ketidakadilan. Seorang janda bahkan sering menjadi bahan pergunjingan.



Namun ....
Menjaga harkat, martabat, juga harga diri di tengah-tengah masyarakat timur dengan stigma negatifnya, jauh lebih berat.

Ada beban psikis juga yang harus ia tanggung. Rasa takut akan godaan pria hidung belang, yang menganggap seorang janda adalah wanita yang haus akan kasih sayang dan belaian laki-laki.

Apa yang salah dari seorang janda?

Menjadi janda bukanlah sebuah pilihan. Tapi, takdirlah yang membuat seorang wanita harus rela menyandang status itu. Jadi, berhentilah mencemooh dan memandang rendah.


Karena, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup, ke depannya.