• Beranda
  • ...
  • Buku
  • Membandingkan Buku "Ayah" dari Penulis Beken; Tere Liye dan Andrea Hirata

qoni77
TS
qoni77
Membandingkan Buku "Ayah" dari Penulis Beken; Tere Liye dan Andrea Hirata



2 Buku dengan Judul Ayah Hingga Senyum yang Tak Lekang



Ilmu pengetahuan adalah proses kontemplasi panjang. Ketika kepala kalian digunakan untuk merenung, berpikir terus-menerus, bukan sekadar hiasan, atau lelucon. (Diambil dari buku Ayahku Bukan Pembohong hal.119, Tere Liye).



Sebagai pembaca pemula Ane membahagiakan diri sendiri dengan mulai menyukai cerita-cerita fiksi. Hal ini jadi wajib bagi Ane, karena fiksi seperti sebuah hiburan dari kejenuhan aktivitas yang itu-itu saja. Membaca menjadi ajang pengisi serat-serat jiwa yang kadang terkapar oleh derasnya arus kehampaan. Dalam seminggu ini misalnya, Ane sudah menghabiskan beberapa waktu untuk nongkrong di Ipusnas.




Ipusnas adalah sebuah aplikasi yang disediakan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk membaca secara gratis. Jadi bagi wong desa seperti Ane, maka bisa diartikan Ane tidak perlu ke Jakarta atau perpustakaan Nasional–padahal untuk tidak perlu dikatakan kalau Ane belum pernah ke Jakarta– hanya perlu mendownload aplikasi Ipusnas di Google Play Store saja. Alhasil, maka tentu tidak bohong kalau hal itu sangat memudahkan dan juga mengiritkan keuangan rumah tangga.




Awalnya Ane tidak punya niat untuk membaca novel dengan judul 'Ayah'. Hal ini karena Ane punya rasa trauma eksplisit kepada ayah sendiri, yang kadang sikapnya begitu mencengangkan, alias membuat Ane kadang jadi kurang respek begitu kepada beliau. Sudilah kiranya pembaca untuk memantau alam perasaan Ane, hal ini pun kerap Ane rasa juga dialami oleh sebagian umat manusia di seluruh dunia. Entah kenapa Ane sangqt yakin akan hal ini. Karena pada kenyataannya atau pada pengamatan terhadap lingkungan, orang-orang lebih cenderung menghormati Ibu, daripada ayahnya.




Hingga mungkin dua orang penulis yang berbeda namanya, tentu saja, menulis buku dengan judul 'Ayah' kemudian sebut saja nama penulisnya. Penulis pertama adalah Tere Liye menulis sebuah buku bergenre fantasi dengan judul 'Ayahku bukan Pembohong' dan penulis kedua adalah Andrea Hirata menulis novel dengan judul 'Ayah' dan tidak menggunakan kata lain sebagai bagian dari judul, yaitu hanya kata Ayah saja.





Sejurus kemudian setelah membaca kedua buku tersebut, ternyata ekspektasi Ane pribadi tentang sosok Ayah menjadi berubah. Kedua penulis menciptakan tokoh Ayah dalam cerita mereka berbeda secara sudut pandang dan berbeda secara terang-terangan. Berikut adalah perbedaan kedua buku berjudul 'Ayah' tersebut:



1. Berbeda tentang sudut pandang.

Maka dalam buku 'Ayahku bukan Pembohong' karya Tere Liye: Ayah di sini adalah Ayah biologis dari seorang anak bernama Dam. Sedangkan dalam buku 'Ayah' karya Andrea Hirata: Ayah Amiru atau Zorro itu banyak, maksud saya lebih dari dua. Namun yang menjadi tokoh utama dalam ceritanya adalah Sabari, seorang laki-laki lugu yang memiliki cinta mati terhadap perempuan atau ibu kandung dari Zoro atau Amiru tersebut. Sabari ikhlas menyebutnya sebagai Purnama ke-12, karena Marlena atau perempuan pertama dan terakhir yang dinikahi Sabari itu memiliki lesung pipit serupa purnama kedua belas. Maaf sekali saya harus memperjelas bahwa, Sabari ini bukanlah Ayah biologis dari Amiru atau Zorro. Karena Sabari dalam cerita ini adalah sosok yang menanggung jawabkan sesuatu yang bukan perbuatannya, yaitu saat Marlena hamil entah anak siapa, maka Sabarilah yang maju untuk menutup aib– kalau tidak mau dikatakan sebagai angge-angge orong-orong atau ora melok gawe melok ngemong.



2. Perbedaan tokoh anak dalam kedua buku berjudul 'Ayah' tersebut.


Dalam buku Tere Liye sang anak alias Dam, sangat mengagumi ayahnya di awal-awal, karena dia tumbuh dengan cerita-cerita sang Ayah, di mana menurutnya tidak ada cerita-cerita yang lebih istimewa daripada cerita ayahnya. Sangat disayangkan, belakangan Dam alias sang anak yang semakin tumbuh dewasa mulai ragu akan segala yang diceritakan oleh ayahnya. Apakah cerita ayahnya itu benar terjadi, ataukah hanya kebohongan ayahnya?



Kemudian dalam novel Andrea Hirata, sang anak yang bernama Amiru atau Zorro adalah seorang laki-laki yang begitu menghargai sesuatu hal, meskipun sederhana, bahkan cenderung tekun. Tak peduli orang lain iri atau menyakitinya. Dia selalu bersikap mengalah, agar bisa berdamai dengan semua orang– ketika menginginkan sesuatu– sangat terpuji untuk tidak baik dikatakan terlalu terpuji. Ayah dari tokoh anak dalam cerita pun banyak. Ayah pertamanya adalah Sabari– jika ingin diturut dari perkimpoian sang ibu atau Marlena, lalu Ayah keduanya adalah Markani, Ayah ketiga adalah John Piejareli, dan ayah keempat adalah Amirza. Namun sikap Sabari yang selalu turun kepada Amiru alias Zorro atau tokoh anak dalam cerita ini. Di mana dia sangat menjunjung tinggi sopan santun dan bahkan tumbuh dengan hati yang selalu lembut. Padahal Sabari ini tidak memiliki atau mewariskan darah kepada Amiru atau Zorro tersebut. Ane bahkan sempat berpikir keras mengenai hal ini. Kenapa Zorro alias Amiru itu bisa tumbuh dengan watak yang dimiliki oleh Sabari? Padahal Sabari bukan ayah biologisnya, meskipun Sabari memang yang mengurus Amiru atau Zorro itu dari sejak masih merah atau bayi, sampai berumur 3 tahun, tepatnya ketika Marlena mengambil secara paksa anaknya.



3. Perbedaan ketiga adalah tentang makna cinta yang disuguhkan dari kedua buku yang bertema Ayah.

Dari bukunya Tere Liye yang judulnya 'Ayahku bukan Pembohong' mengajarkan kepada pembaca bahwa keluarga adalah tempat terbaik dan hati yang lapang seluas samudra– kalau bisa– adalah kunci untuk manusia dapat menikmati indahnya hidup. Sementara dalam novel 'Ayah' karya Andrea Hirata seolah pembaca diajak untuk maklum kepada sikap Sabari yang cinta mati itu kepada Marlena atau ibunya Amiru itu. Saya sendiri sampai gemas terhadap sikap Sabari, yang meski dia itu miskin, bahkan giginya seperti tupai– kalau tidak mau dikatakan jelek, tapi dia kadang malah terkesan tidak menghargai dirinya sendiri dengan memiliki cinta yang luar biasa dan tak terbatas untuk Marlena itu, menurut Ane. Pendapat ini terjadi sebab, Sabari tidak peduli ketika Marlena mengkhianatinya atau menolak cintanya sampai muntah-muntah. Bagi Sabari mencintai satu orang itu adalah sebuah keistimewaan dan semakin lama dalam alur cerita ini, tentu saja Sabari seakan bukan takut kehilangan Marlena, tapi takut akan kehilangan rasa cintanya. Sejurus kemudian cinta itu berubah menjadi sebuah energi luar biasa yang menarik jiwanya atau sosoknya untuk berperan sebagai Ayah. Ayah dari Amiru atau Zorro. Kisah getir dalam cerita ini, saat Marlena mengambil Zorro dari Sabari. Hal itu membuat Sabari gila. Bahkan dia sampai layaknya pengemis dan berjalan tanpa menggunakan celana, wira-wiri di pasar Belantik Belitong. Maka tentu saja Belitong– karena Andrea Hirata sedemikian memang benar-benar ingin mengupas tentang daerahnya, yang bagi saya pribadi pertama kali melihat film Laskar Pelangi tentu saja berkata, "Kok ada kehidupan yang semacam itu?". Namun berkali-kali pula saya menangis, ketika dihadapkan pada sosok Lintang yang penuh semangat belajar. Agaknya sosok Lintang yang lain kembali di diulas oleh Andrea Hirata dalam sosok Sabari ini.




Setelah membahas perbedaan, mari menerapkan sila kelima dengan mengulas keadilan. Tentu saja persamaannya adalah kedua buku berjudul 'Ayah' itu bertema Ayah, lalu yang kedua adalah membahas tentang keluarga, di mana keluarga dalam novel Tere Liye dimaknai dalam sebuah keluarga yang utuh, dengan keluarga kecil yaitu: Ayah, Ibu, dan anak bernama Dam. Lalu dalam novel Andrea Hirata, keluarga dibijaki dengan memaknakan keluarga adalah sebuah keluarga besar yang harus disyukuri. Adanya sosok Amiru yang selalu tersenyum dan menghormati Ayah-ayahnya dari seorang Ibu yang hobi travelling. Ajaibnya sosok Ibu itu bahkan memiliki sebuah prinsip hidup yang menohok, yaitu: bahwa manusia dalam menjalin hubungan bisa berada di tempat yang berbeda dalam waktu yang tidak sama, namun ketika manusia dalam waktu yang sama menjalani dua hubungan yang berbeda, maka selayaknya kita harus tegas untuk bersikap– tidak menyiakan waktu hidup yang sebentar dengan orang yang salah. Maka begitulah sosok Marlena atau ibu dari Amiru yang barangkali saja menginspirasi para istri diluar sana untuk melepaskan suaminya yang diambil pelakor.



Semoga berkenan dengan ulasan dua buku tentang Ayah ya Gansist. Ane masih ingin membaca lebih banyak lagi. N see u next threademoticon-Smilie



Opini pribadi dari @qoni77
Gambar dari Andrea Hirata dan Tere Liye







Diubah oleh qoni77 23-09-2021 12:40
qoissyauqiabahekhubytsanyaankamikaze
aankamikaze dan 23 lainnya memberi reputasi
24
6.8K
36
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
Buku
icon
7.7KThread4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.