BowoSan
TS
BowoSan
Dijuluki "The White Death", Simo Häyhä Pahlawan Finlandia Tewaskan 505 Tentara Soviet
Dijuluki "The White Death", Simo Häyhä Pahlawan Finlandia Tewaskan 505 Tentara Soviet

Penembak jitu terbesar di Finlandia Simo Häyhä


Simo Häyhä mungkin bukan nama yang familiar yang sering kita dengar. Tetapi di Finlandia, dia adalah pahlawan yang sangat dihormati, dan bagi Uni Soviet, dia akan selamanya dikenang sebagai "The White Death"yang menakutkan.

Häyhä adalah seorang prajurit di tentara Finlandia yang bertugas selama “Perang Musim Dingin”. Konflik dimulai pada tanggal 30 November 1939, pertempuran itu berlangsung antara Finlandia dan Rusia, pada 1939-1940. Ketika setengah juta tentara Tentara Merah Soviet menyerbu Finlandia dikarenakan negosiasi mengenai sengketa perbatasan gagal.

Meskipun perang hanya berlangsung 105 hari, Häyhä aktif selama 98 hari. Penembak jitu (sniper) Finlandia berusia 34 tahun itu terkonfirmasi berhasil melakukan pembunuhan 505 prajurit Soviet, menjadikannya salah satu penembak jitu paling mematikan sepanjang masa.

Selama 98 hari beroperasi di medan perang, Häyhä bergerak dengan tenang dan hampir tidak terlihat, menargetkan tentara Rusia dengan presisi yang mematikan. Setelah membunuh 25 orang dalam satu hari, reputasi Simo sebagai penembak jitu sampai digaris depan Soviet, di mana mereka memberinya julukan "The White Death."


Siapakah Simo Häyhä?

Simo Häyhä adalah salah satu penembak jitu paling mematikan dalam sejarah.

Berdasarkan catatan sejarah, Häyhä lahir pada 17 Desember tahun 1905 di kota pertanian Rautjärvi, Finlandia di bekas wilayah Karelia. Ia dibesarkan di sebuah peternakan aktivitas hariannya berburu, menembak, dan ski salju. Keterampilan Häyhä sebagai penembak telah dia pelajari secara tidak sengaja selama masa mudanya saat berburu di hutan.

Häyhä suka berburu burung-burung yang gelisah di hutan pinus dekat peternakannya. Burung buruan yang menantang ini bereaksi terhadap suara atau gerakan tiba-tiba, sehingga sangat penting bagi pemburu untuk mempertimbangkan setiap situasi, target, dan medan. Dia perlu mengembangkan visi yang sangat baik dan kemampuan untuk mengenali targetnya dengan cepat. Häyhä mengerti bahwa tidak ada pendekatan pasti dalam berburu, dan dia belajar untuk beradaptasi dengan setiap situasi dan kondisi.

Ia tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan sabar. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1925, Häyhä yang berusia 20 tahun menjalani wajib militer (wamil) selama satu tahun.

Häyhä muda berhasil melewati masa-masa itu. Satu tahun ikut wamil, ia dipromosikan menjadi Upseerioppilas Officerselevatau Kopral. Häyhä bergabung dengan Garda Sipil Finlandia. Selama berada di sana, ia menerima banyak pelatihan, termasuk menembak dan membidik sasaran.


Pelatihan & Keahlian Häyhä

Ayah Häyhä membantu keterampilan berburu dengan mengajarinya cara memperkirakan jarak ke target. Keterampilan ini tidak datang secara alami kepada Simo muda, tetapi ia mengembangkannya seiring waktu dengan banyak latihan. Häyhä muda akan menghitung jarak ke suatu objek dan kemudian turun untuk melihat seberapa dekat dia. Akhirnya, pelatihan itu menjadikan bidikan menjadi lebih akurat secara konsisten, memperkirakan dalam satu atau dua langkah dalam radius 150 meter. Pada saat yang sama, dia juga belajar bagaimana arah angin, hujan, dan kondisi di hutan akan mempengaruhi pengamatannya.

Sebagian besar keterampilan yang diperoleh Häyh sebagai pemburu akan ia terapkan di medan perang. Häyhä mengetahui bahwa ketika seorang pemburu menembak sasarannya, dia harus terus mengamati target. Jika tembakan pertama tidak membunuh target, ia akan berusaha melarikan diri jika memungkinkan. Ia juga akan berusaha mempertahankan diri sampai mati.

Pelajaran ini berlaku saat berburu, dia menyadari, dan ketika mengejar manusia di medan perang. Pengalaman Simo sebagai pemburu sangat membantunya sebagai penembak jitu.


Senapan


Variasi Mosin Nagant M28/30 dikenal dengan kualitas dan akurasi barelnya yang luar biasa.

Senapan pertama yang ia genggam adalah Mosin-Nagant, senapan jenis bolt-action yang digunakan angkatan bersenjata Kekaisaran Rusia, Uni Soviet, dan negara-negara Blok Timur lainnya. Senapan ini adalah senapan pertama . Sedangkan yang digunakan Häyhä adalah bolt-action M91.

Sebagai pemburu sebelum perang, Simo Häyhä menggunakan senapan bolt-action Mosin-Nagant M/28-30. Ia menggunakan peluru kaliber 7,62 x 54 mm R , senapan ini juga merupakan standar untuk infanteri Finlandia.

Ia kemudian diperkenalkan senapan tipe M/28-30 yang lebih garang, dibuat dengan laras berkualitas tinggi dan stok birch Arktik yang tidak mudah melengkung dalam kondisi yang sangat dingin. Simo telah menjadi ahli dalam pengatahuaan dasar tentang persenjataan melalui pengalamannya selama bertahun-tahun.

Persiapannya yang ketat meningkatkan keterampilan Häyh. Pada malam hari dia akan berlatih berbagai posisi menembak, membuat perbaikan strategi yang dia anggap perlu. Dedikasinya untuk menembak mendekati obsesif–ia sering membersihkan senapannya dan melakukan perawatan rutin sebelum dan sesudah setiap misi. Dan dia dengan cermat menjaga jarak pandang senjatanya disesuaikan dengan 150 meter, jarak yang memungkinkan untuk pertempuran selama perang.

Berkat pelatihan dan bakat menembaknya, Häyhä akhirnya bisa tepat sasaran sebanyak 16 kali per menit dengan jarak target hanya sejauh 500 kaki. Kemampuan ini pada akhirnya membuat Häyhä jadi penembak jitu.


Perang Musim Dingin (Winter War)

Pada tahun 1939, Uni Soviet berusaha menyerang Finlandia. Sebagai anggota Garda Sipil, Häyhä diutus untuk melayani organisasi militernya oleh Mayor Jenderal Uiluo Tuompo.

Häyhä dikirim ke Sungai Kollaa, kondisi suhu saat itu berkisar -40 derajat Celcius hingga -20 derajat Celcius. Untuk berkamuflase taktik yang digunakan pakaian serba putih.

Saat itu, tentara Finlandia harus menghadapi 9th dan 14th Soviet Armies. Mereka juga harus berjuang melawan 12 divisi atau sekitar 160.000 pasukan. Wilayah yang sama, 32 tentara Finlandia berperang melawan lebih dari 4.000 tentara Soviet.

Meski kalah jumlah, Finlandia akhirnya menang juga karena tentara Soviet tidak terbiasa dengan musim dingin ekstrem di Finlandia.

Tidak hanya faktor cuaca, kecerdikan tentara Finlandia dalam menyusun taktik perang terkenal yakni Motti. Bersembunyi, kemudian menggeruduk dari belakang.

Saat Soviet berencana menyerang, tentara Finlandia akan bersembunyi di hutan-hutan sekitarnya. Mereka kemudian membiarkan Soviet melintasi perbatasan dan secara diam-diam menyerang mereka.


Simo Häyh di Medan Perang

Keterampilan unik Simo dan persiapannya menjadi mimpi buruk bagi pasukan musuh. Selama 100 hari musim dingin, ia telah melakukan lebih dari 500 pembunuhan. Oleh sebabnya, Häyhä dijuluki The White Death.

Häyhä dalam Perang Musim Dingin hanya dibekali dengan Mosin-Nagant M91. Ia selalu berpakaian serba putih untuk berkamuflase dengan salju, membawa bekal dan amunisi untuk satu hari. Häyhä lebih suka menggunakan visier (iron sight) ketimbang teleskop (rifle scope), karena teleskop akan berkilau di bawah sinar matahari akan bahaya jika musuh mengetahui keberadaannya.

Soviet sangat takut padanya. Sehingga mereka menerjunkan banyak penembak jitu dalam peperangan itu. Serangan artileri diturunkan untuk menyingkirkan Häyhä. Semuanya gagal total. Namun, pada 6 Maret 1940, Häyhä berhasil ditaklukan dengan peluru ledak yang mengenai sebagian besar rahang kirinya. Ia tertembak saat berperang di Hutan Ulismaa, di wilayah Kollaa.

Peluru telah menghilangkan bagian rahang atas dan bawahnya, bersama dengan pipi kirinya. Dia mengalami koma dan tidak bangun sampai setelah perdamaian diumumkan.

Selama 14 bulan pemulihan dan 26 operasi, Häyhä mengalami bekas luka permanen, nyeri yang terus-menerus dialaminya, dan gangguan masalah ketika berbicara. Namun ia juga meninggalkan warisan sebagai salah satu pahlawan Finlandia yang dihormati.


Penembak Jitu Finlandia Terhebat

Simo Häyhä adalah seorang pria kecil yang rendah hati yang selaras dengan alam dan suka berburu. Dia belajar sejak dini tentang bagaimana tetap bersembunyi, dia merasa nyaman dengan senjata miliknya, dan dia menyukai untuk sendirian. Semua hal ini ia gabungkan untuk menjadikannya salah satu penembak jitu paling sukses yang pernah hidup.

Selama perang, Häyhä menghabiskan hampir seluruh waktunya di garis depan. Namun, dia mengaku tidak pernah takut. Dia yakin dengan kemampuannya dan terus menemukan cara baru untuk tetap bersembunyi dan menipu musuh. Menjadi penembak jitu baginya seperti melakukan pekerjaan. Seperti karyawan yang bekerja dengan baik, dia selalu melakukan yang terbaik dengan pekerjaannya.


Kehidupan Setelah Perang


Simo Häyhä tetap menjadi pemburu dan pecinta alam setelah Perang Musim Dingin berakhir.

Meskipun terluka parah, Häyhä ingin berperang melawan Soviet dalam Perang Dunia II. Luka-lukanya terlalu parah untuk diizinkan oleh komando Finlandia. Sebaliknya, dia kembali ke ladangnya. Prestasinya dalam Perang Musim Dingin sangat legendaris di Finlandia, membuatnya menjadi terkenal. Dengan bekas luka di wajahnya dan ketidakmampuannya untuk berbicara dengan jelas, tidak sulit untuk memahami mengapa dia lebih memilih menyendiri. Seperti yang dijelaskan salah satu temannya: “Simo lebih banyak berbicara dengan binatang di hutan daripada dengan orang lain.”

Sesaat sebelum kematiannya, ia berbagi wawasannya yang paling berharga dengan menuliskan biografinya oleh Tapio Saarelainen:


“Perang bukanlah pengalaman yang menyenangkan, tapi siapa lagi yang akan melindungi tanah ini kecuali kita yang melakukannya sendiri?”

-Simo Häyhä


Simo Häyh tidak pernah menikah dan tidak memiliki anak. Sampai dia pindah ke Institut Kymi untuk Veteran Cacat pada tahun 2001, dia tinggal sendirian. Dia meninggal pada tahun 2002 pada usia 96 tahun.












dsturridge15alfidangerpakisal212
pakisal212 dan 28 lainnya memberi reputasi
29
5.2K
35
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.