raeukiAvatar border
TS
raeuki
Bagaimana Orang Romawi Buang Kotoran? Sedikit Kisah Jamban Romawi
Quote:


Arsitektur Romawi melanjutkan warisan yang ditinggalkan oleh arsitekur Yunani dengan gaya arsitektur yang megah. Bangsa Romawi juga merupakan inovator, mereka menggabungkan teknik dan bahan konstruksi baru dengan desain kreatif untuk menghasilkan berbagai macam struktur arsitektur baru. Bangunan khas Romawi yang inovatif termasuk Basilica, Triumphal Arch, Monumental Aqueduct, Amphitheatre, dan perumahan.

Banyak inovasi arsitektur Romawi merupakan tanggapan terhadap perubahan kebutuhan praktis masyarakat Romawi, dan proyek-proyek ini semua didukung oleh aparatur negara yang mendanai, mengatur, dan menyebarkannya ke seluruh Romawi, dibangun dengan kokoh sehingga banyak dari karya-karya besar Romawi yang masih bertahan hingga saat ini. Dalam trit ini ane akan menulis salah satu arsitektur serta karyanya orang romawi yaitu "Jamban Romawi".

Bangsa Etruria (Bangsa pertama Roma) meletakkan saluran pembuangan bawah tanah pertama di kota Roma sekitar 500 SM. Terowongan besar di bawah jalan-jalan kota dibangun dari batu berukir halus, dan orang Romawi menggunakannya ketika mereka mengambil alih kota. Struktur seperti itu kemudian menjadi umum di banyak kota di seluruh Romawi. Berfokus pada kehidupan di Romawi Kuno, Pompeii, Herculaneum, dan Ostia, di mana para insinyur hebat merancang designbawah tanah dan arsitektur megah yang menutupi tujuan fungsionalnya. 

Pada puncak kejayaannya, Kekaisaran Romawi membentangi tiga benua, mengelilingi Mediterania, dan merupakan rumah bagi seperlima populasi planet ini. Bangsa Romawi meninggalkan jalan, jembatan, dan sanitasi. Dalam hal sanitasi, Kekaisaran Romawi tampaknya melakukan banyak hal, mereka memiliki fasilitas pemandian umum, jamban umum, dan peraturan yang mengatur bagaimana sampah harus dibuang.

Pada zaman Romawi, jamban umum benar-benar difungsikan menjadi tempat umum seperti taman pada masa sekarang. Sebuah epigram (pernyataan) dari Marcus Valerius Martialis mengungkapkan betapa toilet umum adalah salah satu tempat yang paling sering dikunjungi di kota untuk bersosialisasi.

Quote:

Banyak arkeolog dunia yang tertarik meneliti jamban romawi ini, beberapa di antaranya adalah Ann Koloski-Ostrow dan Gemma Jansen mempelajari Jamban Romawi Kuno di Bukit Palatine pada tahun 2014. Mereka mengukur ketinggian dasar tempat duduk (jamban romawi ini jamban duduk), jarak antar lubang (karena ini jamban umum). Mereka berspekulasi tentang sumber air misterius yang akan menyiram jamban mungkin adalah beberapa tempat pemandian di dekatnya. Grafiti di luar pintu masuk jamban menunjukkan bahwa jamban ini sering antri, di mana orang sampai memiliki cukup waktu untuk menulis atau mengukir pesan sebelum mengambil giliran duduk (buang kotoran). Lokasinya berada di bawah tanah, dikombinasikan dengan skema warna merah-putih polos di dinding, menyiratkan bahwa penggunanya adalah masyarakat kelas bawah, mungkin budak.

Jamban dapat ditemukan di banyak situs arkeologi. Mereka bervariasi dalam ukuran dan bentuk dari yang besar, setengah lingkaran atau persegi panjang, hingga yang lebih kecil dengan hanya 10 tempat duduk.

Quote:

Piers Mitchell, ahli paleopatologi di University of Cambridge Inggris, juga tertarik pada jamban Romawi ini, ia meneliti lebih dari 50 situs arkeologi di sekitar Mediterania untuk mengetahui parasit apa yang hidup di dalam tubuh manusia sebelum dan sesudah Romawi mengambil alih. Banyak dari penelitian ini mengandalkan mikroskop dan tes kimia atau DNA untuk mendeteksi parasit dan telurnya di tanah dari kuburan dan jamban umum. Mitchell memfokuskan analisisnya pada situs-situs ini karena mengandung kotoran fosil, yang dikenal sebagai koprolit, yang mungkin menyimpan telur parasit dan DNA selama ribuan tahun.

Dengan menggunakan bukti ini, ia menguraikan jangkauan geografis beberapa parasit. Terlepas dari teknologi sanitasi Romawi, Mitchell menemukan bahwa parasit usus seperti cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing gelang (Ascaris lumbricoides), dan Entamoeba histolytica (penyebab disentri) meningkat di daerah-daerah setelah bangsa Romawi muncul. Piers pun terkejut pada awalnya, tetapi ia kembali berpikir tentang kenaikan tersebut untuk menemukan penjelasan yang logis. Meskipun bangsa Romawi memiliki teknologi sanitasi yang menakjubkan, mereka belum memahami teori kuman dan mereka juga tidak tahu banyak tentang parasit.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa petani menggunakan kotoran manusia yang dikumpulkan dari kota untuk menyuburkan tanaman mereka. Telur parasit dapat tetap hidup dalam tinja untuk waktu yang lama dan praktik tersebut dapat dengan mudah berkontribusi pada kenaikan cacing gelang. Penelitian juga mengidentifikasi pemandian sebagai hotspot potensial untuk penyakit. Meskipun orang Romawi merancangnya untuk mempromosikan kebersihan, banyak fasilitas yang tidak dirawat dengan baik dan air dibiarkan menjadi kotor.

Lingkungan yang hangat dan lembab mungkin merupakan tempat berkembang biak yang ideal bagi parasit. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa kutu kepala dan kemaluan umum terjadi di seluruh kekaisaran. Banyak dari ide-ide Romawi, seperti pupuk dan pemandian, pada dasarnya masuk akal tetapi nyaris gagal dalam hal eksekusi karena mereka tidak mengerti bagaimana kuman dan parasit menyebar.

Quote:

Penemuan beberapa jamban sederhana pertama dikreditkan ke Mesopotamia sekitar 4500 tahun yang lalu. Jamban ini berupa lubang sedalam sekitar 4,5 meter, dilapisi dengan tumpukan keramik berongga dengan diameter sekitar 1 meter. Pengguna akan duduk atau berjongkok di atas jamban.

Orang-orang Mesopotamia sendiri tampaknya menunjukkan sedikit antusiasme terhadap jamban. Meskipun jamban yang mereka mudah untuk dibuat, namun jamban jarang ditemukan di Mesopotamia, kebanyakan orang mungkin lebih memilih hanya berjongkok di ladang.

Quote:

Sekitar abad ke-1 SM, jamban umum menjadi fitur utama infrastruktur Romawi, seperti pemandian. Dan hampir semua penduduk kota (bangsawan) memiliki akses ke toilet pribadi di tempat tinggal mereka. Meskipun demikian, para arkeolog hanya tahu sedikit tentang bagaimana toilet ini bekerja. Salah satu alasannya adalah bahwa di zaman Romawi, hanya sedikit orang yang menulis tentang toilet, dan ketika mereka melakukannya, mereka sering menyindir, sehingga sulit untuk menafsirkan maknanya.

Quote:

Jamban umum Romawi sangat mirip dengan pendahulunya di Yunani, tempat duduk yang dilapisi dengan batu atau kayu yang ditempatkan di atas saluran pembuangan. Lubang toilet bulat di atas tempat duduk, dan celah sempit memanjang ke depan bentuk seperti lubang kunci. Celah ini mungkin memungkinkan pengguna memasukkan "tongkatnya" untuk dibersihkan. Tidak ada tanda pembatas di antara dudukan toilet, tetapi orang-orang mungkin memiliki privasi karena pakaian panjang mereka.

Jamban umum hampir selalu terhubung ke saluran pembuangan utama kota. Jangan tertipu oleh marmer putih bersih dan sinar matahari terbuka dari reruntuhan yang direkonstruksi yang dapat kita lihat hari ini. Pada masanya kebanyakan toilet umum Romawi gelap, lembap dan kotor. Toilet pribadi berbeda lagi, toilet pribadi sering berada di dalam atau di dekat dapur, yang praktis karena juga digunakan untuk membuang sisa-sisa makanan.

Quote:

Toilet umum di Ostia, dengan akses air dari bak yang memancur untuk membersihkan, dapat menampung lebih dari 20 orang sekaligus. Belum ada bukti bahwa orang Romawi harus membayar untuk menggunakan jamban umum, dan belum jelas siapa yang mengelola atau membersihkannya, kemungkinan budak. Jamban umum Romawi terkenal menakutkan ketika api meledak dari bawah tempat mereka duduk. Hal ini disebabkan oleh ledakan gas hidrogen sulfida (H2S) dan metana (CH4), yang menakutkan lagi tikus dan hama kecil lainnya dapat mengancam akan menggigit pantat mereka. Dan ada ancaman setan yang diyakini orang Romawi menghuni lubang tersebut.

Quote:

Pergi ke jamban umum jelas merupakan urusan yang berbahaya, sehingga tidak heran jika Dewi Fortuna sering muncul sebagai semacam “malaikat pelindung” di dinding jamban. Ketika kita melihat bukti praktik sanitasi Romawi, baik tekstual maupun arkeologis, menjadi jelas bahwa perspektif mereka sangat berbeda dari kita. Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan Romawi di jalan-jalan mereka, di ruang publik mereka, dan di tempat tinggal pribadi mereka menunjukkan kepada kita bahwa mereka berada di tahap awal pengembangan sistem yang telah kita adopsi dengan peningkatan untuk masalah kita sendiri dengan sanitasi dan kebersihan air hari ini.

Quote:

Lebih banyak penemuan tentang gaya hidup kuno akan datang ketika para peneliti memperluas studi jamban mereka ke bagian lain di dunia. Tetapi kemajuannya memang lambat karena para arkeolog tidak terlalu berambisi mempelajari jamban. Salah satu alasannya mungkin karena kurangnya sumber tertulis dan bukti fisik yang terbatas.

Bagaimana pun ketika kita melihat jamban hari ini, jangan ingat jamban romawi yang mengerikan. Jika GanSis berkesempatan mengunjungi bekas wilayah Romawi. Mungkin bisa dijadikan destinasi wisata dengan nama "wisata jamban".Sebagai penutup ane tampilkan lagi beberapa photo dan ilustrasi jamban. 

Quote:

Oya satu lagi, "sudahkah GanSis ke jamban hari ini?"
Ane pamit, mau ke jamban dulu.
emoticon-Ngaciremoticon-Ngaciremoticon-Ngacir

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Blue Guy Cendol (L)

Diubah oleh raeuki 09-07-2021 02:45
pphitam
asamboigan
alifrian.
alifrian. dan 37 lainnya memberi reputasi
36
10.4K
98
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.