si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
RANJAU LAUT - Sejarah, Jenis, Cara Kerja & Metode Pembersihan
Pada kesempatan kali ini, ane mau membahas soal ranjau laut gan sist. Salah satu senjata yang murah, tapi cukup merepotkan bagi awak kapal angkatan laut, pasalnya butuh waktu yang lama sekaligus biaya mahal untuk membersihkan laut dari ranjau tersebut. Sama dengan ranjau darat, ranjau laut juga memberi efek sikologis yang besar pada musuh.

Jika ranjau disebar pada suatu area, musuh akan menghadapi dilema dalam upaya untuk penanggulangannya. Berupaya membersihkan ranjau, akan menghabiskan waktu yang lama. Padahal dalam pertempuran, waktu sangat penting. Jika nekat menerobos medan ranjau, akibatnya kapal akan rusak, yang paling parah kapal bisa tenggelam. Dan jika mereka melewati area yang tidak dipasangi ranjau, bisa jadi itu adalah rute jebakan. Di mana musuh sudah menempatkan kapal untuk menyerang kapal yang akan melewati area tersebut.

Dibandingkan senjata anti kapal yang lain, ranjau termasuk yang paling murah. Biaya untuk memproduksi sekaligus memasangnya sekitar 0.5-10% dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan oleh musuh untuk menjinakkannya. Pemasangan ranjau laut dilakukan dalam waktu yang cukup singkat, akan tetapi proses untuk pembersihannya bisa 200 x lebih lama. Ranjau laut sendiri terdiri dari beragam jenis, digunakan semenjak abad pertengahan hingga era modern. Sebagai pengantar, akan ane bahas sekilas mengenai sejarah ranjau laut. Selamat membaca emoticon-Angkat Beer



Sekilas Sejarah


Menurut catatan sejarah, penggunaan ranjau laut sudah ada sejak abad 14. Dalam sejarah Dinasti Ming, ada catatan yang menunjukkan skema ranjau laut. Pada masa itu, ranjau laut berbetuk kotak kayu berpelampung yang diisi mesiu. Ranjau ini diledakkan dari jarak jauh dengan seutas tali, jika tali ditarik, maka akan mengaktifkan mekanisme pemantik api.

Kemudian mulai abad 19, dikembangkan ranjau laut dengan mekanisme fuse dan detonator elektrik. Dalam perkembangannya, ranjau laut lantas banyak dipakai dalam Perang Dunia 1 & 2. Baik Jerman maupun sekutu, sama-sama menebar ranjau laut untuk melindungi dermaga, pangkalan militer, serta objek strategis lainnya. FYI gan sist, selama periode Perang Dunia 1, diperkirakan 235.000 ranjau laut disebar di lautan.

Tak hanya dalam Perang Dunia 1, dalam Perang Dunia 2, ranjau laut juga digunakan secara ekstensif dan masif, sampai di medan perang selanjutnya. Mulai dari Perang Dingin, Perang Korea hingga Perang Teluk. Dalam Perang Korea contohnya, 70% kerusakan pada kapal Amerika disebabkan oleh ranjau laut yang dipasang Korea Utara. Sementara dalam Perang Teluk, dua kapal Amerika juga terkena ranjau laut yang dipasang oleh Irak. Ranjau laut masih digunakan sampai sekarang, saat ini paling banyak ditemui di Laut Merah. Di mana ranjau tersebut dipasang oleh pasukan Houthi dari Yaman.






Ranjau laut modern.

Gambar diedit oleh TS.

Ilustrasi: depositphotos.com




Ranjau laut abad 19.

Ilustrasi: navweaps.com





Ranjau laut era Dinasti Ming.

Ilustrasi: wikipedia.org




Sekilas Mengenal Jenis dan Penempatan Ranjau Laut


Dalam penempatan ranjau laut ada beragam cara, tergantung jenisnya. Ada ranjau yang dibiarkan terapung bebas, ditempatkan di bawah air dengan digantung pada pelampung, di bawah air dengan ditambatkan pada pemberat, ditambatkan di kedalaman, hingga tegeletak di dasar laut.

Selain itu ada juga jenis ranjau yang ditambatkan pada dasar laut, yang nantinya akan mengapung jika mendeteksi objek. Dan yang paling modern, berupa torpedo yang akan aktif jika mendeteksi kapal yang lewat.
Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat ilustrasi dibawah ini.





Berbagai macam penempatan ranjau laut.

Ilustrasi: wikipedia.org



Ranjau terapung adalah yang paling umum dan banyak digunakan, bentuknya berupa bola yang berisi bahan peledak. Di dalam bola ini terdapat ruang udara, hingga membuatnya bisa mengapung.

Karena terapung bebas, ranjau ini akan terbawa arus laut, hal ini sangat membahayakan. Karena bisa jadi senjata makan tuan. Untuk itu, agar posisi tidak bergeser, ranjau diikat pada tali yang tersambung dengan pemberat yang berada di dasar.




Bagian dalam ranjau laut, terdapat ruang udara agar bisa mengapung.

Ilustrasi: wikipedia.org



Ranjau yang terapung di permukaan masih memiliki kelemahan, yakni mudah dilihat oleh musuh. Untuk mengatasi masalah itu, maka ranjau dipasang beberapa meter di bawah permukaan air. Selain tidak mudah terlihat, penempatan ranjau seperti ini, nantinya akan bisa mengenai kapal-kapal besar yang berharga.

Kapal-kapal kecil atau perahu yang lambung kapalnya terbenam tidak terlalu dalam, tidak akan mengenai ranjau ini. Karena kapal besar bagian lambungnya terbenam cukup dalam, maka lambung kapal akan menabrak ranjau dan memicu ledakan. Ini memastikan ranjau hanya akan mengenai sasaran yang berharga. Misalnya kapal induk, kapal perang besar serta kapal kargo besar.



Ranjau terapung, paling umum digunakan.

Ilustrasi: antaranews.com




Cara Memasang Ranjau


Ada cara khusus untuk memasang ranjau di lautan, untuk memastikan ranjau berada di kedalaman sesuai yang diinginkan. Misalnya, ranjau akan ditempatkan pada kedalaman 3 m dibawah permukaan air. Sementara kedalaman dasar laut adalah 200 m, maka panjang tali yang diperlukan harus tepat 197 m.

Padahal kita tahu, bahwa kedalaman laut berbeda-beda dan permukaan dasar laut tidak rata. Jika harus mengukur satu per satu saat akan memasang ranjau, maka akan dibutuhkan waktu yang lama dan tidak efisien.





Contoh pemasangan ranjau laut, akan ditempatkan 3 m dibawah permukaan laut. Untuk kedalaman lautnya dimisalkan 200 m, maka panjng tali yang diperlukan adalah 197 m.

Ilustrasi: Screen Shot Lycma Mil-Tech/Youtube



Untuk membuat ranjau berada tepat pada posisinya, maka dari itu diciptakan mekanisme yang secara otomatis dapat menempatkan ranjau pada kedalaman laut tertentu sesuai keinginan, tanpa mengukur kedalaman dasar laut, ranjau tersebut dilengkapi dengan plummet (pemberat). Mekanisme ini terdiri dari ranjau, anchor/ jangkar, serta plummet (pemberat) yang terbuat dari bola timbal.




Mekanisme ranjau yang siap dipasang.

Ilustrasi: Screen Shot Lycma Mil-Tech/Youtube



Ranjau yang sudah dilengkapi plummet lantas diceburkan ke laut, selanjutnya ranjau beserta jangkarnya akan terapung. Kemudian pemberat akan turun, pemberat ini terikat pada tali dengan panjang yang sudah diatur sesuai keinginan. Misal diinginkan kedalaman 3 m, maka panjang tali pada pemberat adalah 3 m.




Pemberat sudah mulai turun.

Ilustrasi: Screen Shot Lycma Mil-Tech/Youtube



Setelah tali pemberat terjulur 3 m, maka tali tersebut akan menarik tuas. Tarikan pada tuas tersebut kemudian akan menarik dua mekanisme. Yang pertama akan melepas kait antara jangkar dan ranjau. Tarikan kedua melepas gulungan tali antara jangkar dan ranjau. Kemudian jangkar dan plummet akan turun ke dasar laut, tali yang tergulung pada jangkar akan terus terjulur, sehingga ranjau tetap terapung.




Setelah tali terjulur 3 m, tali tersebut akan menarik dua tuas mekanisme. Kemudian jangkar dan plummet akan turun ke dasar laut, tali yang tergulung pada jangkar akan terus terjulur, sehingga ranjau tetap terapung.

Ilustrasi: Screen Shot Lycma Mil-Tech/Youtube



Saat mencapai dasar laut, plummet akan mendarat terlebih dahulu. Hal tersebut menyebabkan tarikan tali terhadap plummet tidak ada lagi, sehingga tuas kembali ke posisi semula.

Ketika tuas ini kembali ke posisi semula, posisi penjepit pada gulungan tali akan mengunci, sehingga tali tidak dapat terulur lebih panjang lagi. Akibatnya ranjau di permukaan akan ikut tertarik oleh jangkar, hingga jangkar menuju dasar lautan. Dengan demikian kedalaman ranjau akan sama persis dengan kedalaman pemberat, yakni 3 m.




Saat mencapai dasar laut, plummet mendarat lebih dulu.




Plummet yang sudah mendarat, akan menarik tuas kembali ke posisi semula, sehingga posisi penjepit pada gulungan tali akan mengunci, sehingga tali tidak dapat terulur lebih panjang lagi. Hal ini membuat ranjau di permukaan akan ikut tertarik oleh jangkar, hingga jangkar menuju dasar lautan.

Ilustrasi: Screen Shot Lycma Mil-Tech/Youtube





Cara Kerja Ranjau


Tipe ranjau paling sederhana adalah ranjau kontak, ranjau akan meledak jika terjadi kontak dengan lambung kapal. Pada permukaan ranjau ini terdapat beberapa fuze yang berbentuk seperti duri atau tanduk yang menonjol, fuze ini jika tertabrak lambung kapal, maka akan meledakkan ranjau.

Awalnya ranjau jenis ini memakai mekanisme firing pin seperti halnya ranjau darat. Namun, mekanisme tersebut tidak handal di lautan, karena ada bagian bergerak. Kerika berada di lautan, ranjau ditempatkan dalam waktu yang lama, seringkali ranjau ditempeli biota laut seperti kerang. Hal tersebut membuat bagian begerak menjadi macet.

Untuk mengatasi hal itu, maka ranjau laut tipe kontak memakai fuze electrochemical. Fuze ini biasa disebut sebagai "hertz horn" atau "tanduk hertz". Hertz horn terdiri dari beberapa tabung yang terbuat dari logam lunak, yakni timbal atau timah hitam. Dalam tabung ini terdapat tabung kaca tipis, yang berisi cairan asam sulfat (H2SO4). Pada bagian dasar tabung, terdapat plat timbal dan timbal dioksida sebagai elektroda positif dan negatif.




Ranjau kontak, ranjau laut paling sederhana yang memakai mekanisme hertz horn.

Ilustrasi: Screen Shot Lycma Mil-Tech/Youtube




Seperti ini wujud dari hertz horn.

Ilustrasi: imw.uk.org



Jika tanduk hertz ini tertabrak oleh kapal, maka casing timbal yang lunak akan bengkok, sementara kaca di dalam casing akan pecah. Kemudian, cairan asam sulfat pada tabung kaca yang sudah pecah tadi akan menggenangi elektroda dan terjadi reaksi elektrokimia. Reaksi ini sama persis seperti pada aki mobil.

Dari reaksi tersebut, kemudian menghasilkan arus listrik, arus listrik ini kemudian mengalir dari elektroda dan disalurkan melalui kabel menuju detonator. Arus listrik inilah yang memicu ledakan detonator, ledakan dari detonator kemudian meledakkan bahan peledak utama.





Saat fuze ranjau tertabrak lambung kapal, casing akan bengkok dan menyebabkan tabung kaca dalam tanduk hertz pecah.




Cairan asam sulfat dalam tabung kaca tersebut akan menggenangi elektroda, hingga menimbulkan aliran arus listrik. Arus ini lantas disalurkan melalui kabel menuju detonator dan memicu ledakan. Ledakan pada detanator kemudian meledakkan bahan peldak utama.

Ilustrasi: Screen Shot Lycma Mil-Tech/Youtube





Efek Ledakan di bawah Air


Efek ledakan akibat ranjau laut di bawah air, menghasilkan efek ledakan yang dahsyat, jauh lebih dahsyat dari ledakan yang sama di darat. Selain efek ledakan secara langsung, ada dua efek ledakan yang terjadi di bawah air. Yang pertama adalah ledakan rapatan gelombang kejut serta fenomena bubble jet. Kita bahas yang pertama dulu, yaitu rapatan gelombang kejut.


1. Rapatan Gelombang Kejut



Ilustrasi: researchget.net


Di dalam air, kekuatan rambatan gelombang kejut sama dengan kekuatan di pusat ledakan. Berbeda dengan udara, air nyaris tidak dapat terkompresi. Air akan menyalurkan seluruh ledakan melalui gelombang kejutnya, sehingga efek ledakan ranjau akan menghasilkan kerusakan yang cukup parah pada kapal.


2. Bubble Jet Effect




Ilustrasi: Screen Shot Warped Perception/Youtube



Efek ledakan kedua yang terjadi adalah fenomena bubble jet, ledakan membentuk gelembung di dalam air seperti ilustrasi di atas. Gelembung ini dalam se-per sekian detik akan collapse saat tekanan ledakan hilang. Karena perbedaan antara tekanan di dalam air, gelembung akan collapse dari arah bawah.

Gelembung ini juga memiliki daya apung, sehingga akan bergerak ke atas. Saat gelembung collapse mencapai permukaan, maka terbentuk semacam aliran ke atas yang disebut sebagai "bubble jet" yang kemudian menciptakan pilar air mencapai ketinggian puluhan meter.

Bubble jet effect ini jika terbentuk di bawah lambung kapal, akan mampu mendorong badan kapal ke atas. Hal tersebut juga akan merusak sambungan plat di bawah lambung kapal. Akibatnya lambung kapal akan berlubang besar atau patah menjadi dua bagian.



Bubble jet effect yang terjadi di bawah lambung kapal bisa menyebabkan kapal patah menjadi dua.

Ilustrasi: Screen Shot Ultimat Military Channel




Cara Mengatasi Kelemahan Ranjau Laut


Ranjau laut jenis kontak masih memiliki kelemahan, yaitu hanya akan meledak jika secara fisik ditabrak oleh lambung kapal. Jika kapal melewati ranjau tanpa bersentuhan, ranjau tidak akan meledak. Untuk itu, para ilmuwan perancang ranjau menciptakan ranjau laut yang mampu mendeteksi kapal laut yang berada di dekatnya, meskipun tidak terjadi sentuhan. Ranjau tersebut dilengkapi dengan sensor, sensor pada ranjau tersebut ada beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Sensor Magnetik:Sensor ini akan mendeteksi perubahan medan magnet dari lambung kapal yang terbuat dari plat baja.


2. Sensor Aktif Pasif: Sensor ini akan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh baling-baling kapal atau riak air akibat gerakan kapal.


3. Water Pressure Displacement: Sensor mendeteksi perubahan tekanan air karena kehadiran kapal besar.





Contoh ranjau dengan sensor.

Ilustrasi: electronica-submarina.com



Ranjau laut modern, bisa dilengkapi salah satu atau gabungan sensor tersebut di atas. Untuk sumber tenaga, sensor ini menggunakan suplai energi dari baterai. Karena ranjau ditempatkan dalam waktu yang lama, maka sensor utama akan dinon-aktifkan.

Karena sensor utama tidak aktif, maka ranjau ini diberi tambahan sensor lain, yang bernama sensor "low power".Sensor ini membutuhkan energi yang sangat kecil. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, saat sensor low power mendeteksi kapal yang mendekat, maka sensor tersebut akan langsung mengaktifkan sensor utama, yang punya kemampuan lebih akurat untuk mendeteksi kehadiran kapal yang mendekat.



Ranjau Dengan Tenaga Penggerak


Setelah kelemahan pada ranjau jenis kontak selesai diatasi, yakni dengan cara menambahkan beberapa sensor pendeteksi kapal, ternyata perkembangan ranjau laut tidak berhenti begitu saja gan sist. Ranjau laut dikenal bersifat pasif, artinya hanya diam menunggu kapal mendekat. Namun, itu dulu, sekarang sudah dikembangkan ranjau laut yang dilengkapi tenaga penggerak. Ranjau ini dilengkapi torpedo, yang mampu mengejar dan menghancurkan sasaran.

Salah satu ranjau berpenggerak ini adalah "Mark 60 Captor",yang dibuat oleh Amerika Serikat. Captor merupakan akronim dari "Encapsulated Torpedo". Sama seperti namanya, Captor ditempatkan dalam wadah berbentuk kapsul, yang memiliki daya apung. Ranjau kemudian dipasang serta ditambatkan pada dasar laut.

Saat mendeteksi adanya objek kapal, baik kapal selam atau kapal permukaan dalam jangkauan tembak, maka kapsul ini akan membuka, dan torpedo di dalamnya meluncur mengejar target.





Seperti ini wujud Mark 60 Captor.

Ilustrasi: wikipedia.org




Ini ilustrasi saat Captor berhasil mendeteksi objek berupa kapal selam atau kapal permukaan.

Ilustrasi: Screen Shot Lycma Mil-Tech/Youtube



Lanjut Post #2 ya emoticon-Peace
Diubah oleh si.matamalaikat 23-06-2021 14:15
indramamoth
m4ntanqv
anton2019827
anton2019827 dan 42 lainnya memberi reputasi
41
9K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.