si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
10 Jenis Senapan Mesin TNI & Polri 2021
Senapan mesin adalah senjata pendukung untuk melindungi pasukan kawan, senapan mesin digunakan untuk menembaki lawan, dengan begitu pasukan kawan bisa bergerak lebih leluasa dalam pertempuran. Senapan mesin biasanya menembakkan peluru secara otomatis dalam jangka waktu yang lama. Amunisi senapan mesin disuplai melalui sabuk peluru, yakni rangkaian peluru yang dirangkai panjang. Selain itu, bisa juga memakai magazen yang berisi peluru dalam jumlah besar.

Karena digunakan menembak secara terus-menerus, laras senapan akan menjadi panas, untuk itu senapan mesin memakai sistem open bolt. Artinya sebelum picu ditarik, peluru belum berada di dalam jumper. Hal ini akan mencegah peluru meletus sendiri karena terkena panas dari laras. Selain itu, laras senapan mesin yang terlalu panas dapat diganti dengan mudah dan cepat dengan laras cadangan. Pada thread kali ini, ane akan membahas berbagai senapan mesin yang digunakan oleh TNI maupun Polri, senapan mesin yang digunakan terdiri dari senapan mesin ringan, senapan mesin sedang hingga senapan mesin berat. Ane mulai dari senapan mesin ringan buatan belgia.


1. Minimi



Minimi dengan box magazen.

Ilustrasi: wikipedia.org




SMR-3 buatan Pindad, dibuat dari basis Minimi.

Ilustrasi: indomiliter.com


Negara Asal: Belgia
Produsen: FN Herstal
Kaliber: 5.56 x 45 mm
Panjang Senjata: 1040 mm
Panjang Laras: 465 mm
Bobot Kosong: 6.2 kg
Firing Rate: 750-1000 peluru/menit

FN dikenal sebagai pabrikan yang tidak pelit ilmu, pasalnya banyak pabrikan senjata dari negara lain yang membuat senjata buatan mereka dibawah lisensi. Salah satu negara yang banyak melisensi senjata buatan FN adalah Indonesia, mulai dari pistol, senapan serbu sampai senapan mesin ringan dibuat secara lokal oleh PT Pindad. Salah satu produk senapan mesin ringan buatan FN yang terkenal adalah "Minimi", yang merupakan akronim dari "Mini Mitrailleuse" (senapan mesin mini).

Di Amerika, senjata ini diberi nama M249, sementara di Inggris diberi nama L108A1. Di Indonesia PT Pindad membuat SMR-3, yang merupakan lisensi dari Minimi, sayangnya TNI lebih banyak memakai Daewoo K3 yang juga dibuat dibawah lisensi dari basis Minimi. Senapan mesin ringan ini adalah senjata yang paling umum digunakan sebagai senjata tingkat regu oleh seluruh kesatuan TNI, hal tersebut ditunjang dengan penggunaan kaliber 5.56 x 45, mm, di mana kaliber ini juga digunakan oleh senapan serbu.

Minimi mengusung sistem dual feed, artinya bisa memakai dua input sistem pasokan amunisi. Yang pertama adalah menggunakan box magazen seperti ilustrasi gambar pertama diatas, yang berisi 200 peluru, box ini dicantelkan dengan kuat dibawah senjata. Jika ingin tampil seperti Rambo, Minimi juga dapat dipasang dengan sabuk peluru tipe M27 yang tidak dimasukkan ke box. Dan jika keadaan darurat, misalnya kehabisan peluru, Minimi bisa dipasangi magazen M16 atau SS1, magazen tersebut dipasang di bagian samping.

Metode suplai amunisi yang kedua adalah dengan sabuk amunisi, seperti ilustrasi gambar kedua di atas, sabuk ini memakai sambungan model C, terdiri dari rangkaian sambungan yang tidak terbatas. Layaknya senapan regu yang lain, Minimi juga dilengkapi bipod di bagian depan untuk mengatasi efek recoil yang besar. Ketika laras sudah terlalu panas, operator bisa menggantinya dengan laras cadangan. Cukup membuka kunci laras dan menarik laras dengan bantuan carry handle, laras baru bisa dimasukkan tanpa hawatir tangan akan melepuh akibat suhu laras yang panas.


2. Daewoo K3



Ilustrasi: wikipedia.org


Negara Asal: Korea Selatan
Produsen: Daewoo Precision Industries
Kaliber: 5.56 x 45 mm
Panjang Senjata: 1030 mm
Panjang Laras: 533 mm
Bobot Kosong: 6.85 kg
Firing Rate: 900 peluru/menit

Senapan ini merupakan lisensi dari Minimi yang dibuat oleh Korsel, dibuat oleh Daewoo Precision Industries (sekarang S&T Motiv) mulai tahun 90-an. Pihak militer Korsel mulai memakai senapan mesin ini sejak tahun 1991. Senapan mesin ini juga mengusung dual feed, bisa menggunakan rangkaian sabuk dan box magazen untuk suplai amunisinya. Pada tahun 2006 TNI membeli 110 pucuk Daewoo K3, kemudian tahun 2011 menambah pesanan sejumlah 803 pucuk. Senjata ini digunakan oleh hampir seluruh kesatuan TNI, mulai dari Kopassus, Marinir, Kopaska hingga Paskhas. Entah mengapa TNI lebih memilih Minimi lisensi Korsel daripada Minimi lisensi dalam negeri.


3. ULTIMAX 100



Ilustrasi: wikipedia.org


Negara Asal: Singapura
Produsen: ST Kinetics
Kaliber: 5.56 x 45 mm
Panjang Senjata: 1030 mm (Mark 2), 1024 mm (Mark 3)
Panjang Laras: 508 mm (Mark 2), 330 mm (Mark 3)
Bobot Kosong: 4.75 kg (Mark 2), 4.90 (Mark 3)
Firing Rate: 400-600 peluru/menit

Senapan mesin ringan ini dibuat oleh negara tetangga kita sejak tahun 1982, Ultimax 100 memakai sistem single feed, hanya bisa menggunakan suplai amunisi dari magazen. Ultimax 100 sendiri memakai magazen tipe drum seperti pada ilustrasi di atas, magazen ini bisa menampung hingga 100 peluru. Ultimax 100 juga bisa memakai magazen M16, yang memiliki kapasitas 32 peluru. Kelemahan utama dari Ultimax 100 adalah sistem suplai amunisinya yang hanya bisa memakai sistem magazen, membuat kapasitas amunisinya terbatas. Di Indonesia, senjata ini dipakai oleh hampir seluruh kesataun TNI, Korps Brimob pada beberapa kesempatan juga terlihat memakai Ultimax 100.


4. RPD



Ilustrasi: wikipedia.org


Negara Asal: Uni Soviet/Rusia
Produsen: -
Kaliber: 7.62 x 39 mm
Panjang Senjata: 1037 mm
Panjang Laras: 520 mm
Bobot Kosong: 7.4 kg
Firing Rate: 650-750 peluru/menit

RPD merupakan akronim dari "Ruchnoy Pulemyot Degtyaryova", nama senjata ini diambil dari nama perancangnya, yakni Vasily Degtyaryov.Senapan mesin ringan ini dibuat sejak era Uni Soviet, mulai dirancang sejak tahun 1943, senjata ini resmi dipakai tahun 1945. RPD dipakai sejak masa Orde Lama sampai sekarang, kedatangannya ke Indonesia bersamaan dengan datangnya senapan serbu AK-47. RPD memakai peluru yang sama persis dengan AK-47, yakni kaliber 7.62 x 39 mm. Meski memakai peluru yang sama, RPD tidak dapat menggunakan magazen AK-47.

Amunisi pada RPD hanya menggunakan peluru rentengan, sabuk yang digunakan untuk merangkai peluru, panjangnya sudah tetap (bawaan pabrik), artinya tidak dapat disambung-sambung lagi. Hal ini menyebabkan kapasitas rangkaian peluru RPD terbatas pada panjangnya sabuk tersebut. Agar tidak mengganggu pergerakan prajurit saat bertempur, peluru disimpan dalam wadah berbentuk drum yang dipasang di bagian bawah senjata. Berbagai satuan TNI sudah memakai senapan mesin ini.


5. FN MAG



Ilustrasi: fnherstal.com




SPM2, lisensi dari FN MAG.

Ilustrasi: wikipedia.org




FN MAG juga dipakai Om Rambo dalam serial film Rambo III emoticon-Big Grin

Ilustrasi: indomiliter.com


Negara Asal: Belgia
Produsen: FN Herstal
Kaliber: 7.62 x 51 mm
Panjang Senjata: 1250 mm
Panjang Laras: 546 mm
Bobot Kosong: 10.15 kg
Firing Rate: 600-1000 peluru/menit

MAG adalah singkatan dari "Mitrailleuse d'Appui General", yang artinya "senapan mesin serba guna", dalam bahasa Inggris artinya "general purpose machine gun" (GPMG).Di Amerika, senjata ini diberi nama M240, sementara di Inggris diberi nama L70. Dirancang sejak tahun 1950-an, MAG mulai diproduksi sejak tahun 1955. Senjata ini adalah senapan mesin sedang yang paling umum digunakan oleh kesatuan TNI, karena cukup berat, senapan mesin ini biasanya dioperasikan oleh dua orang ketika digunakan infanteri. Namun, yang paling umum, senjata ini terpasang pada kendaraan taktis, tank, APC sampai digunakan oleh door gun pada helikopter. PT Pindad memiliki lisensi untuk memproduksi senjata ini, produk tersebut diberi nama SPM2, yang mulai diproduksi sejak tahun 2003.


6. M-60



Ilustrasi: istockphoto.com




M60 juga dipakai Om Rambo dalam film First Blood emoticon-Big Grin

Ilustrasi: indomiliter.com




M-60C dipasang pada helikopter serbu.

Ilustrasi: Growlwer Studios




M-60D dipasang pada helikopter UH-1 Huey.

Ilsutarasi: indomiliter.com


Negara Asal: Amerika Serikat
Produsen: SACO Defense
Kaliber: 6.62 x 51 mm
Panjang Senjata: 1100 mm
Panjang Laras: 560 mm
Bobot Kosong: 10.5 kg
Firing Rate: 550 butir/menit

Selain FN MAG, paket SMS (Senapan Mesin Sedang) TNI juga memakai varian M-60 buatan Amerika. Selain digunakan pasukan infanteri, Beberapa alustsista juga menggunakan M-60 dalam paket penjualannya. Beberapa diantaranya adalah varian APC V-150, APC Commando Scout, Commando Ranger Paspampres, dan tank AMX-13 MK61. Khusus penempatan pada V-150, M-60 ada yang ditempatkan secara coaxial pada kubah, dan juga ditempatkan pada mounting sebagai senjata bantuan anti serangan udara dan anti pendukung infanteri. Pada masanya, OV-10 Bronco TNI AU juga memasang M-60 sebagai senjata utama untuk membabat kelompok Fretilin dalam Operasi Seroja.

Senjata ini diproduksi sejak tahun 1957, senapan mesin ini juga ikut digunakan dalam Perang Vietnam, dan dalam berbagai perang yang melibatkan Amerika, M-60 turut dibawa. Jika kita membahas senjata milik TNI, maka hal tersebut akan berkaitan dengan haluan politik Indonesia. Senapan mesin ini hadir pada masa Orde Baru, bersamaan dengan kedatangan senapan serbu M16. M-60 ikut terdongkrak reputasinya saat dipakai Rambo dalam serial First Blood. Gaya menembak membabi buta dalam film itu melahirkan istilah "Rambo Style", untuk menggambarkan prajurit infanteri yang menyelempangkan sabuk peluru 7,62 mm di bahu.

Kelemahan senjata ini adalah proses penggantian laras yang ribet. Personel yang mengganti laras harus menggunakan sarung tangan tebal dari bahan asbes untuk menahan panas, pasalnya M-60 tidak dibekali gagang pembawa pada laras. Dalam situasi pertempuran yang sesungguhnya, banyak prajurit yang kehilangan sarung tangan ini, tanpa sarung tangan, laras yang panas tidak mungkin dapat diganti. Varian lain dari M-60 adalah M-60C yang dipasang pada helikopter serbu serta varian M-60D yang dipasang pada helikopter angkut. Saat ini M-60 masih digunakan TNI, tapi posisinya mulai digantikan oleh FN MAG.


7. M2



Ilustrasi: military-today.com




M2 terpasang pada helikopter UH-1H.

Ilustrasi: ordtech-industries.com




M2 terpasang pada VAB.

Ilustrasi: indomiliter.com


Negara Asal: Amerika Serikat
Produsen: General Dynamics, FN Herstal, US Ordnance, Manroy Engineering UK
Kaliber: 12.7 x 99 mm
Panjang Senjata: 1.650 mm
Panjang Laras: 1143 mm
Bobot Kosong: 38 kg
Firing Rate: 450-600 peluru/menit

Senjata ini termasuk jenis SMB (Senapan Mesin Berat), memakai amunisi .50 BMG alias 12.7 x 99 mm. Senjata ini termasuk senapan mesin yang paling lama digunakan, pasalnya M2 dirancang sejak tahun 1933 oleh John Browning menjelang akhir Perang Dunia 1. Awalnya senjata ini diberi nama BMG, yang merupakam akronim dari "Browning Machine Gun". Saat digunakan oleh militer Amerika, namanya berubah menjadi M2, ada juga yang menyebutnya sebagai "Ma Deuce".Saat ini lebih dikenal dengan nama M2 Browning.

Dengan amunisi .50 BMG, tembakan M2 dapat dengan mudah menembus tembok, beton, kendaraan serta kendaraan lapis baja ringan. Kekuatan besar tersebut juga berimbas pada bobot senjata yang besar. Bobot kosongnya saja 38 kg, jika memakai dudukan tripod beratnya jadi 58 kg, bobot itu belum termasuk pelurunya. Rangkaian 100 amunisi M2 memiliki bobot 15 kg, jadi total beratnya adalah 73 kg. Senjata ini tidak cocok dipakai pasukan infanteri yang berjalan kaki. Umumnya M2 dipasang pada kendaraan tempur, helikopter serbu atau dipasang stasioner sebagai senjata pertahanan markas.

M2 memiliki beberapa pilihan amunisi, pertama ada amunisi tipe ball, digunakan untuk target personel musuh dan kendaraan ringan. Yang kedua ada armor piercing, digunakan untuk target kendaraan lapis baja dengan lapisan proteksi lebih tebal. Ketiga ada incendiary, digunakan untuk memberi efek bakar pada sasaran. Terakhir ada tracer, yaitu peluru yang menyala saat ditembakkan. Dengan begitu penembak bisa melihat lintasan peluru, hal ini berguna untuk koreksi arah tembakan. Kiprah M2 di Indonesia dimulai sejak era Perang Kemerdekaan, saat dipakai pasukan Belanda hingga digunakan oleh TNI sampai saat ini.


8. CIS 50



Ilustrasi: modernfirearms.net




Dipasang pada rantis GMC.




Dipasang pada APC Anoa.

Ilustrasi: indomiliter.com


Negara Asal: Singapura
Produsen: ST Kinetics
Kaliber: 12.7 x 99 mm
Panjang Senjata: 1670 mm
Panjang Laras: 1141 mm
Bobot Kosong: 30 kg
Firing Rate: 400-600 peluru/menit

SMB ini buatan Singapura, CIS 50 akronim dari "Chartered Industries of Singapore".CIS merupakan perancang awal senjata ini sebelum berganti nama menjadi ST Kinetics. Sedangkan angka 50 adalah kode kaliber senjata ini. Senjata ini di desain pada dekade 1980-an unutuk menggantikan M2 yang usianya sudah menua, pada tahun 1988, SMB ini resmi diperkenalkan. Dan tahun 1991 mulai dioperasikan oleh militer Singapura.

CIS 50 punya keunikan dari sisi desain, SMB ini mengadopsi gas piston ganda dengan posisi dua tabung yang berada disisi laras. Dengan teknologi gas piston ganda, CIS 50 mampu mengadopsi dual sistem sabuk amunisi, masing-masing di kanan dan kiri. Dalam pengoperasiannya bisa menenteng langsung dua box amunisi dan memuntahkan amunisi secara masif dan simultan. Dengan dual sistem sabuk amunisi, tembakan proyektil ke sasaran bisa lebih banyak tanpa harus cepat-cepat untuk reload. Selain itu proses switching antar sabuk amunisi dapat berlangsung cepat dan mudah. Di lingkungan TNI, SMB ini mulai digunakan tahun 2002. Mulai dari Kopassus, Kostrad sampai Batalyon Raider memakai SMB ini. Biasanya SMB ini dipasang pada kendaraan taktis, seperti pada ilustrasi diatas.


9. DShK



Ilustrasi: guns.fandom.com




Khusus untuk satuan infanteri dilengkapi wheel mounting.

Ilustrasi: indomiliter.com


Negara Asal: Uni Soviet & Rusia
Produsen: Tula
Kaliber: 12.7 x 108 mm
Panjang Senjata: 1625 mm
Panjang Laras: 1070 m
Bobot Kosong: 34 kg
Firing Rate: 600 peluru/menit

DShK merupakan akronim dari "Degtyaryova-Shpagina Krupnokaliberny", mulai dikembangkan pada awal tahun 1930-an, secara resmi diadopsi oleh militer Uni Soviet pada tahun 1938. Nama senapan mesin ini diambil dari dua nama perancangnya, yakni Vasily Degtyaryov dan Georgi Shpagin. Di Rusia sendiri dikenal dengan nama "Dashka" atau "Dushka". Serupa dengan browning M2 Browning dari Amerika, DShK juga ikut eksis dalam Perang Dunia 2. Sebelum memakai M2 Browning, TNI lebih dulu menggunakan senapan mesin berat buatan blok timur ini. DShk punya selongsong amunisi lebih panjang, yakni 108 mm. Dengan selongsong lebih panjang, mampu menampung propellan lebih banyak, sehingga daya dorongnya lebih kuat.

Senapan mesin berat ini datang pada masa Orde Lama, yang digunakan TNI saat ini adalah warisan Orde Lama. Selain digunakan untuk serangan darat, DShK juga digunakan untuk senjata penangkis serangan udara. SMB ini juga bisa digunakan oleh satuan infanteri. Untuk keperluan infanteri, DShK dioperasikan dengan case khusus beroda dua, mirip dengan model meriam. Dengan begitu SMB ini mudah digerakkan, dibawa serta dipindahkan dengan bantuan pengait pada jip atau truk.


10. M134 Minigun




Muncul dalam Terminator 2.

Ilustrasi: imgflip.com




Ilustrasi: wikipedia.org




Ilustrasi: listamaze


Negara Asal: Amerika Serikat
Produsen: General Electric, Dillon Aero, Garwood Industries, Profense LLC
Kaliber: 7.62 x 51 mm
Panjang Senjata: 801.6 mm
Panjang Laras: 558 mm
Bobot Kosong: 39 kg
Firing Rate: 200-600 peluru/menit

Senjata ini pada masanya banyak muncul dalam film yang dibintangi oleh Arnold Schwarzenegger, beberapa film yang memakai senjata ini misalnya film Terminator 2 dan Predator. Keunggulan senjata ini terdapat pada rapat tembakannya. Senjata ini mampu memuntahkan 2000 sampai 6000 peluru/menit, tergantung putaran motor listriknya.

Mekanisme Minigun sebenarnya adalah yang tertua dibandingkan mekanisme senapan mesin lainnya, senjata ini di desain sejak tahun 1860 oleh Richard Jordan Gatling. Senjata ciptaannya waktu itu terkenal dengan nama "Gatling Gun", nama senjata ini juga digunakan Eiciro Oda sebagai nama salah satu jurus milik Monkey D Luffy dalam serial manga dan anime One Piece.

Zaman dulu, mekanisme Gatling Gun dioperasikan dengan cara memutar engkol menggunakan tangan. Pada perkembangannya, muncul senapan mesin lain yang menggunakan mekanisme recoil, gas dan blowback. Mekanisme tersebut lebih murah dan mudah serta tidak memerlukan tenaga eksternal, senjata Gatling Gun pun mulai ditinggalkan. Saat ini mekanisme Gatling muncul kembali, tidak diputar dengan tangan, tapi menggunakan motor listrik yang bersumber dari baterai dan kelistrikan kendaraan.

Umumnya senjata ini terpasang pada kendaraan atau helikopter, pasalnya Minigun harus mendapat suplai tenaga listrik yang besar, selain itu bobotnya yang berat, memang lebih cocok jika dipasang pada platform kendaraan atau helikopter. Gatling Gun sendiri dibekali 6 laras yang bisa menembak secara bergantian. Senjata ini dipakai oleh Puspenerbad, Kopaska dan Paskhas, senjata yang mereka pakai adalah buatan Profense LLC yang berbasis di Arizona.





Referensi: 1.2.3.4.5& Wikipedia+indomiliter.com
Ilustrasi: wikipedia.org, google image, dan berbagai sumber
PrinScrup
koi7
yoseful
yoseful dan 34 lainnya memberi reputasi
35
14.7K
125
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.