• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • John List, Membantai Keluarganya dan Hidup dengan Identitas Baru Selama 18 Tahun

ashibnuAvatar border
TS
ashibnu
John List, Membantai Keluarganya dan Hidup dengan Identitas Baru Selama 18 Tahun

Pada tanggal 9 November 1971 seorang pegawai bank bernama John List membunuh ibu, istri dan ketiga anaknya dengan sebuah pistol. Dia kemudian membersihkan dan merapikan rumah, menghilangkan foto dirinya di setiap foto keluarga di rumahnya, menyetel radio di stasiun keagamaan dan pergi menghilang.


Perlu waktu beberapa dekade sebelum pembantaian itu terungkap dan alasan apa dia melakukan kejahatan tidak masuk akal yang mengerikan itu? Sampai John List menjadi salah satu pembantai keluarga paling terkenal di Amerika.

John List menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Dia bergabung dengan Angkatan Darat AS pada tahun 1943 dan menjabat sebagai teknisi laboratorium selama Perang Dunia II berlangsung. Ketika perang berakhir, dia diberhentikan dan mulai belajar akuntansi sebelum akhirnya dipanggil kembali untuk tugas militer yang kembali aktif selama Perang Korea 1950.


Selama waktu inilah dia bertemu Helen Morris Taylor, wanita yang kemudian menjadi istrinya. Helen memiliki satu anak dari pernikahan sebelumnya, seorang gadis bernama Brenda. Setelah menikahi List, Helen pindah bersamanya ke Kalamazoo, dia memiliki tiga anak lagi, Patricia, Frederick, dan John Jr. Helen kemudian mulai menyukai minuman sampai kecanduan alkohol yang membuat mentalnya menjadi tidak stabil. Tetapi kehidupan List tampak baik-baik saja.

Pada tahun 1960an List meninggalkan karir militernya dan bekerja menjadi Pengawas Keuangan di sebuah bank. Itu adalah pekerjaan dengan gaji yang tinggi, memungkinkan untuk mengajak keluarganya pindah ke sebuah rumah bergaya Victoria dengan 19 ruangan yang dikenal sebagai Breeze Knoll. John, Helen, ketiga anak mereka, dan ibu kandung List tinggal di sana dengan cukup nyaman selama beberapa tahun. Brenda putri Helen dari pernikahan sebelumnya memutuskan untuk tidak ikut pindah. Dia menikah dan memilih untuk ikut suaminya, suatu hal yang bisa dibilang sebuah keberuntungan dalam hidupnya kelak.


Hal-hal aneh mulai terjadi pada tahun 1971. Bank tempat List bekerja tutup dan dia kehilangan pekerjaan dengan bayaran yang tinggi. Malu dengan keadaannnya, List tidak bisa memberitahu keluarganya bahwa dia sudah tidak punya pekerjaan lagi. Setiap hari dia pura-pura pergi bekerja dan menghabiskan waktu berjam-jam duduk di stasiun kereta Westfield, membaca koran sampai tiba waktunya untuk pulang. Untuk menghindari gagal bayar angsuran rumah, dia mengambil uang dari rekening bank milik ibunya. Keadaan tersebut berlangsung selama berbulan-bulan dan keluarganya tidak mengetahui ada yang salah. Namun situasi tersebut tidak berlangsung lama sampai akhirnya List mengalami perubahan perilaku.

Pada tanggal 9 November 1971, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba saja List menembak Helen di bagian belakang tengkorak kepalanya. Dia kemudian membunuh ibunya yang bernama Alma dengan menembaknya di atas pelipis mata kirinya. Dua pembunuhan sudah dilakukan, List dengan santai duduk dan menunggu. Ketika putrinya yang berusia 16 tahun, Patricia, pulang dari sekolah, dia mengeksekusinya dengan tembakan di bagian belakang kepala, kemudian melakukan hal yang sama kepada putranya yang lebih muda, Frederick, ketika dia tiba di rumah.


Setelah melakukan empat pembunuhan, List tidak melakukan apa-apa selain dengan tenang dirinya melahap makan siangnya. Setelah selesai makan, dia pergi ke bank untuk menutup rekening banknya sendiri dan juga milik ibunya. Dari sana dia mampir ke Westfield High School untuk menonton putra sulungnya, John Jr yang berusia 15 tahun bermain sepak bola. List mengantar putranya pulang setelah pertandingan bola dan segera untuk mengeksekusinya. Namun, putranya mengetahui ada sesuatu yang tidak beres. Putranya menyadari apa yang terjadi dan berusaha untuk melawan, John Jr meninggal setelah ditembak sebanyak 10 kali. List memasukkan mayat istri dan anak-anaknya ke kantong tidur dan memindahkannya ke ruangan dansa. Dia meninggalkan jasad ibunya di lantai atas karena terlalu berat untuk memindahkannya.

List kemudian menulis surat sebanyak lima halaman yang ditujukan kepada pendeta, merinci pengaturan pemakaman dan keinginannya. List menulis dalam surat itu bahwa dia telah membunuh keluarganya untuk menyelamatkan jiwa mereka. Membunuh mereka adalah satu-satunya cara yang dia yakini bahwa mereka akan berakhir di surga. Setelah kehilangan pekerjaannya, dia tidak bisa lagi merawat mereka dengan baik dan dia yakin bahwa keluarganya akan mendapat penghinaan dari lingkungan yang akan menyebabkan anak-anaknya berpaling dari gereja, seperti yang telah dilakukan istrinya. Dalam surat itu List tidak menyampaikan penyesalan apa pun, anggapannya dia hanya menolong keluarganya. Setelah itu dia membersihkan rumah, memotong fotonya sendiri dari setiap foto keluarga, menyetel radio ke stasiun keagamaan dengan volume keras. Kemudian dia meninggalkan rumah untuk selamanya.


Pembantaian itu tidak diketahui sampai hampir sebulan kemudian. Hal itu disebabkan oleh kurangnya sosialisasi keluarga List, tetapi sebagian juga karena tindakan List. Sebelum membunuh orang yang dicintainya, dia telah mengirim catatan ke sekolah yang menyatakan bahwa mereka akan mengunjungi kerabat yang sakit selama beberapa minggu. Dia menghentikan semua pengiriman susu dan surat kabar ke rumahnya, dan membiarkan semua lampu menyala sehingga rumah itu tampak berpenghuni di malam hari. Baru setelah lampu di jendela rumah mulai padam satu per satu tetangga memanggil polisi.

Kondisi yang ditemukan polisi di dalam rumah itu sangat menakutkan. Musik religi masih dimainkan dengan suara keras sampai terdengar ke lantai atas, bau mayat membusuk menyebar melalui aula dan koridor. Segera semuanya menjadi jelas bahwa List adalah pelakunya, tetapi perburuan besar-besaran di seluruh negeri tidak membuahkan hasil. Dengan tidak adanya foto John List di dalam rumah, dia telah mempersulit polisi untuk membuat poster buronan. Mobil keluarga ditemukan terparkir di Bandara John F Kennedy di kota New York, tetapi tampaknya List tidak terbang melainkan dia hanya memarkir mobilnya di sana sebagai jebakan untuk polisi. Bahkan John List tidak dapat ditemukan sampai 18 tahun berlalu. Semua yang List lakukan setelah meninggalkan rumahnya di New Jersey akan tetap menjadi misteri selamanya.


Setelah meninggalkan mobilnya di bandara JFK, List naik kereta api dari New Jersey ke Michigan dan kemudian ke Colorado. Dia menetap di Denver pada tahun 1972 dan menggganti identitasnya dengan nama Robert Peter Clark, nama yang dia pinjam dari salah satu teman sekelasnya di kampus dulu. Dia melakukan berbagai pekerjaan termasuk menjadi akuntan dan menjadi mandor di sebuah produsen kotak kertas. Dia juga bergabung dengan jemaat Lutherian dan menjadi anggota gereja. Melalui acara gereja, dia bertemu Delores Miller yang dinikahinya pada tahun 1985. Kemudian pasangan itu pindah ke Virginia. Bagi semua orang yang mengenalnya, Robert Peter Clark adalah pria biasa.

Banyak yang terkejut, ketika pada tahun 1989 wajahnya muncul di sebuah acara televisi America's Most Wanted bersama dengan rincian kejahatan mengerikan yang telah dia lakukan di kehidupan sebelumnya. Dalam beberapa minggu Robert Peter Clark atau lebih tepatnya, John List dibawa ke tahanan polisi. Mengingat lamanya waktu yang telah berlalu sejak List terakhir terlihat, bagaimana gambaran akurat tentang dirinya bisa muncul di televisi. Gambar itu sebenarnya adalah patung tanah liat yang telah dipahat oleh seniman forensik Frank Bender. Semua itu didasarkan pada beberapa gambar List yang dikumpulkan oleh polisi dan dikombinasikan dengan informasi tentang bentuk wajahnya.

Pada tanggal 12 April 1990 List akhirnya dihukum atas lima tuduhan pembunuhan tingkat pertama. Terlepas dari upaya terbaiknya untuk membebaskan diri dari tanggung jawab, dia akhirnya diberikan hukuman maksimum, lima hukuman seumur hidup berturut-turut. List, seorang pembantai keluarga berdarah dingin, pada akhirnya meninggal di penjara pada usia 82 tahun.


Ada sesuatu yang aneh untuk akhir cerita mengerikan ini. Breeze Knoll, rumah besar tempat List membunuh keluarganya, terbakar kurang dari setahun setelah peristiwa pembunuhan. Di ruang dansa ditemukan kaca mewah asli buatan pabrikan ternama Tiffany yang bernilai lebih dari $100.000, cukup untuk membuat List menghidupi keluarganya sampai dia bisa menemukan pekerjaan lain. Kalau saja dia jujur dengan keluarganya mengenai dirinya yang sudah tidak memilik pekerjaan.


KOLEKSI THREAD MENARIK

Quote:
Diubah oleh ashibnu 10-06-2021 04:21
indramamoth
hoorray
edelweis111
edelweis111 dan 23 lainnya memberi reputasi
24
10.9K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.