Sumber: Instagram @persib

Piala Menpora 2021 yang awalnya cuma ditujukan sebagai kompetisi pramusim alias ajang pemanasan sebelum Liga 1 ternyata menarik animo yang sangat besar di kalangan publik pecinta sepak bola Tanah Air.

Persija Jakarta menjadi juara Piala Menpora 2021 usai menaklukan Persib Bandung di dua laga final yakni 2-0 di leg pertama, dan 2-1 di leg kedua.

Kemenangan Persija di Stadion Manahan Solo, turut dirayakan oleh para supporter dan simpatisan Persija di berbagai sudut ibu kota Jakarta.

Tak berselang lama dari momentum kapten Persija, Andritany Ardhiyasa, mengangkat Piala Menpora di Solo, ratusan pendukung Persija melakukan aksi konvoi di Bundaran HI, Jakarta Pusat.

Di sekitaran Jakarta Selatan tepatnya area Jagakarsa - Kalibata hingga Manggarai terpantau sejumlah spanduk menempel di fasilitas umum. Tak ketinggalan dominasi warna orange dan logo Persija tercantum di dalamnya.


Aksi tersebut merupakan cara dari The Jakmania meluapkan kebahagiaan atas gelar juara yang diraih tim kesayangan mereka. Sebelumnya, setahun penuh telah mereka lalui tanpa gegap gempita pesepakbolaan nasional usai Liga 1 Indonesia 2020 dibubarkan karena pandemi.

Buncahan ekspresi yang tertahan cukup lama tersebut akhirnya terluapkan secara kebablasan. Spanduk dan baliho yang berisi pesan dan kesan atas kemenangan Persija tersebar di berbagai fasilitas umum seperti halte, masjid, stasiun, hingga angkutan umum.

Sementara di Bandung pada waktu yang hampir bersamaan, beberapa oknum Bobotoh meluapkan kekecewaan atas kekalahan Persib dengan melakukan tindakan anarkis di depan Graha Persib, yang merupakan kantor manajemen Persib.


Berdasarkan pengakuan saksi mata,  selain melemparkan suar ke arah kafe yang berada di lantai dua, massa juga ikut melempar pecahan paving blockke arah pintu masuk Graha Persib.

Imbas dari anarkisme oknum simpatisan Persib juga menimpa keluarga pemain. Mobil yang tengah dikendarai kakak dari kiper Persib, Aqil Savik, dirusak hanya karena menggungakan plat B.



Miris sekali rasanya melihat apa yang dilakukan dari kedua belah pihak oknum supporter, bila mengingat Piala Menpora ini bukanlah kompetisi resmi yang tercatat dalam agenda FIFA.

Boro-boro tercatat, belum tentu juga para pengurus FIFA pernah mendengar nama kompetisi ini di telinga mereka.

Memang benar setahun adalah waktu yang sangat lama untuk tidak melihat tim sepak bola favorit bertanding dan berkompetisi. 

Tapi akan lebih bijaksana bila pada kompetisi paramusim luapan emosi dan ekspresi bisa agak sedikit diredam untuk disalurkan dengan baik saat tim kesayangan berlaga di kompetisi sebenarnya.

Ingat ya, bersikap rusuh dan anarkis ketika mendukung tim kesayangan kita yang berlaga di kompetisi resmi saja adalah hal yang norak dan memalukan.

Lalu apa kabar kalau kita bersikap anarkis kala tim kesayangan kita sekadar menjuarai atau gagal menjuarai kompetisi setingkat sunday league football?