i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu




PROLOG

Hidup adalah pilihan.
Tapi tak semua orang berani memilih jika dihadapkan pada 2 atau beberapa pilihan.

Dan ketika kita berada dalam sebuah ruangan yang gelap, maka yang terlihat hanyalah warna hitam, meskipun pada kenyataannya, disana banyak terdapat warna yang bisa kita pilih.

Cinta, kasih sayang, kesetiaan, bagi setiap orang pasti berbeda. Ada yang bisa memberi hanya pada satu orang, tapi ada yang tak bisa hanya memberi pada satu orang, meskipun dihadapkan pada konsekwensi yang berat. Dan ketika saatnya datang, maka kita harus bisa menentukan, apakah kita tetap setia pada satu orang, ataukah kita harus membaginya karena sebuah kenyataan yang ada.

Love is blind. Cinta itu buta. Tapi dia tak pernah bisa membutakan sebuah rasa yang ada. Karena cinta bukan hanya sebuah kata-kata, tapi dari tatapan mata saja, sebuah cinta bisa tergambar nyata.



Episode 1

Meliana, Gadis Belia Yang Bertubuh Bongsor


Gw kenal dia saat kawan gw memanggil gw untuk datang kerumahnya. Itu terjadi sekitar 5 tahun lalu, saat dia masih duduk di bangku SMP kelas 3 di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

"Ente bisa kerumah gak?" tanya kawan gw melalui hp.
"Kapan?" gw balik tanya.
"Sore deh, ba'da Ashar," jawab kawan gw.
"Ok, siap. Ngapain?" tanya gw lagi.
"Cek laptop. Punya tetangga. Error OSnya. Banyak datanya. Kalau perlu install ulang, install aja," jelas kawan gw.
"Ok."

Sore jam 4 gw meluncur kerumah kawan gw. Kawan gw ini orang Betawi yang kalau ngomong ceplas ceplos aja. Dia pemilik sebuah website berita dengan banyak wartawan. Memang selama itu urusan komputernya sejak dulu, gw yang nanganin.

Gak lama gw sampai. Langsung aja gw menuju rumahnya. Ketok pintu. Begitu nongol, bukannya dia ajak gw masuk rumahnya, malah ngajak gw ke sebuah rumah dan duduk di terasnya. Gak berapa lama, akhirnya muncullah 2 orang dari dalam rumah. Seorang ibu usia sekitar 30an tahun dan anak cewek usia belasan tahun. Dia tersenyum malu-malu. Sekilas gw melihatnya. Manis juga, kata gw dalam hati.

"Ini Om Hendra. Dia yang akan nanganin laptop kamu. Ceritain aja masalahnya apa," kawan gw membuka pembicaraan.

Lalu gak lama dengan sikap malu-malu, cewek manis yang masih ABG itu bercerita soal laptopnya. Gw hanya mendengarkan. Gak lama gw mulai mengecek kondisi laptopnya.

Hmmm, OSnya pakai Windows 8, yang bagi gw Windows paling buruk. Banyak bugnya. Dan kasusnya bukan bluedeath, tapi error di startup, kasus yang umum pada Windows 8. Gak lama gw mulai nanganin laptop itu. Sambil ngobrol tentunya, dan sejam kemudian laptop selesai. Gw tune up semua sistemnya. Gw rapihin datanya dan gw buat 2 partisi di harddisknya agar kalau nantinya OSnya bermasalah, data tetap aman.

"Makasih ya Om," katanya sambil tersenyum manis. Sumpah, masih SMP padahal, tapi udah kayak anak SMA perawakannya.

Gw cuma mengangguk sambil balas senyumnya Gak lama gw pamit. Dia cium tangan gw. Lalu gw pergi dengan kawan gw.

Semua biasa aja. Gak ada yang istimewa. Gak ada perasaan apa-apa.

Hingga suatu ketika dia menghubungi gw. Gw yang gak tau itu nomor siapa lantas nanya. gak taunya itu nomor dia, dapat dari kawan gw. Dia lalu cerita, hp Samsul nya bermasalah. E buset. Gw jadi kayak teknisi hp. Nanganin segalanya. Gw iyain. Sorenya gw kerumah dia. Itu selang waktu lumayan lama. Dan kini dia udah kelas 1 SMK. Makin manis!

Akhirnya gw dengan teliti memeriksa kondisi hpnya. Gak ada masalah di OSnya ,tapi emang berat banget jalannya. Yaudah, gw mulai periksa masalahnya. Ditemani dia disamping gw, gw mulai nanganin hpnya sambil ngobrol. Cewek kelas 1 SMK ini lumayan enak diajak ngobrol. Nyambung.
Dan ketika semuanya udah selesai, gw pamit. Dia cium tangan. Gw cuma bilang ke dia, sekolah yang benar. Kasihan orangtua yang susah payah cari biaya untuk sekolah.

Seiring berjalannya waktu, gw semakin dekat dengan keluarganya. Dengan ayah dan ibunya. Dan selama gw kenal sejak awal, gw gak tau sama sekali mengenai dirinya. Baru setelah ibunya yang dipanggil Mama bercerita, pahamlah gw. Ternyata sejak berumur 1 bulan, cewek manis ini sudah ditinggal pergi orangtuanya. Bukan meninggal, tapi pergi begitu aja dari Mamanya tanpa kabar. Sepertinya tergoda oleh wanita lain. Dan sekitar 1 tahun umurnya, Mamanya menikah lagi.

Dia yang mendengarkan hanya terdiam. Gw tatap dia. Ada rasa kasihan. Dan gw berpikir.Tapi sebatas pemikiran bahwa dia gw anggap sebagai keponakan. Hanya keponakan angkat. Status yang pada akhirnya jadi bergeser drastis! Mungkin karena seringnya bertemu dan dia mengadu, semua berubah total meskipun banyak proses.

Dalam kurun waktu kelas 1 SMK hingga kelas 3 SMK, dia sesekali menghubungi gw, ngobrol biasa. Kadang dia cerita soal sekolahnya. Semua masih biasa aja.

Suatu ketika ada notif WA masuk. Gw geser layar hp kebawah. Dia, gumam gw. Gw buka WA, lantas gw jawab.

"Om, bisa bantu aku gak?" katanya dalam chat.
"Ada apa Mel?" tanya gw.
"Nomor 3 ku bermasalah Om. Masa gak bisa 4G. Padahal kan hp ku 4G. Kenapa ya Om?"
Gw mahfum masalahnya. Kalau gak karena setingan di hpnya, pasti karena kartunya belum diupgrade ke 4G, masih 3G. Soalnya setau gw, nomornya masih yang lama.
Akhirnya gw janjian ketemu di sekolahnya, pas dia pulang sekolah. Kebetulan ada teman ceweknya yang minta benerin laptopnya. Yaudah, gw akhirnya janjian esoknya.

Siang besoknya, gw ketemu dia dan temannya. Sama-sama manis. Setelah gw berkenalan, dia cerita soal laptopnya yang gak bisa nyala. Akhirnya dia minta dicek semuanya. Ketika gw tanya kemana ngabarinnya, Meliana mendadak memotong pembicaraan.

"Ke aku aja Om ngabarinnya. Nanti biar aku kabarin Ika," katanya cepat.
Gw mengangguk. "Oke deh," jawab gw singkat.
Gak ada terbersit apapun juga saat itu, karena semuanya gw anggap biasa-biasa aja.

Akhirnya, setelah urusan dengan temannya selesai, gw dan Meliana pergi berdua meninggalkan Ika yang katanya mau dijemput pulang oleh temannya.

"Ika pulang sama siapa Mel?" tanya gw kuatir, soalnya dia sendiri di depan sekolah.
"Biarin aja Om. Nanti juga ada yang jemput," katanya seolah tak peduli.
"Pacarnya?" tanya gw penasaran.
"Tau deh. Pacarnya banyak. Jadi Om gak usah kuatirin dia."
E buset. Ketus amat dia.
"Udah ayo jalan Om. Mau bahas Ika apa mau antar aku ke gerai 3?" katanya dengan tatapan seolah gak suka kalau gw terlalu banyak bicara soal temannya.

"Ayo." Gw langsung nyalakan motor, lalu memberi helm ke dia. Dengan cepat dia naik dibelakang gw dengan posisi duduk biasa, bukan kesamping.

"Aku pakai basic Om." katanya ketika gw menoleh kebelakang melihat posisi duduknya.

Gak lama gw dan dia melaju membelah keramaian jalan, berbaur dengan kendaraan lain yang macet karena pembangunan underpass, menuju gerai 3.



Episode 2

Erika, Teman Meliana Yang Ternyata Nakal


Laptop Ika sudah selesai. Ternyata ada yang korslet di regulatornya, sehingga tegangan 19v nya gak masuk. Cuma ganti 2 kapasitor, akhirnya bisa normal. Keyboard juga error harus ganti. Ya sudah, gw eksekusi semuanya.

Beberapa hari kemudian, gw janjian lagi di depan sekolahnya. Tapi karena gw terlambat, akhirnya Meliana pulang duluan. Tinggallah Ika sendiri menunggu gw. Sampai dihadapanya, gw serahin laptopnya. Gw suruh cek. Sesaat gw nyalakan laptopnya. Dekat sekolahnya ada bangku taman yang biasa dipakai untuk duduk anak-anak sekolah jajan. Disanalah gw dan Ika duduk.

"Ada yang hilang Ka?" tanya gw.
Ika menggeleng. Tapi raut wajahnya sedih. Gw jelas bingung, takut ada file dia yang luput gw pindah.
"Koq sedih? Kenapa?" tanya gw lagi.
Ika bukannya menjawab, dia malah menitikan air mata, mulai menangis.
Gw makin bingung. Kenapa nih anak?
"Hei, cerita dong. Kamu kenapa?" paksa gw.
"Gak apa-apa Om," jawabnya pelan.
"Soal pacar" selidik gw kepo.
Dia akhirnya mengangguk.
"Dia menghina aku Om. Aku dikatain lon**, pela***, macam-macam." Dia menangis. Gw jelas iba.
bodoh banget cowok yang nyia-nyiain dia. Cewek semanis ini disia-sia? Pikir gw.
"Koq bisa seenaknya gitu dia ngata-ngatain kamu? Cowok macam apa yang bisa seenaknya ngomong kotor ke cewek?" kata gw gak suka dengan ucapan cowoknya di hp.
Ika cuma diam menunduk, masih sesengukan.
"Hmm, terus sama siapa sekarang kamu pulang?" tanya gw.
Dia menggeleng. "Gak tau," katanya pelan.
Hh, repot deh. Serba salah. Gw mau antar, helm cuma 1. Sementara ****** dimana jalur yang gw lalui sering banget ngerazia. Mau pesan ojek online, gw gak install appnya di hp gw. Dia juga katanya gak ada.
Melia! Mungkin dia punya appnya.
"Sebentar ya Ka," kata gw, lalu gw beranjak menjauh dari Ika.
Gak lama panggilan telepon gw diangkat.
"Halo Mel. Kamu punya aplikasi Go*** atau Gr** gak? Ika gak bisa pulang nih. Dia masih didepan sekolah sama saya. Saya mau antar, gak bawa helm lain. Bisa pesenin ojeknya?" kata gw panjang lebar.
"Yeee, si bambang. Katanya dia tadi langsung pulang. Dia masih disana Om? Modus aja dia. Bilang aja mau ambil ayah aku. Gak. Om gak boleh antar dia. Awas aja kalau Om berani antar dia. Aku labrak dia di sekolah!" Melia ngegas di hp.
"Biar aku yang pesenin ojeknya Om. Suruh tunggu disitu aja dia. Aku yang bayar pakai **pay. Jangan kasih uang ke dia Om. Awas aja, pokoknya aku marah kalau Om kasih uang ke dia. Aku gak mau kenal Om lagi," ancam dia.

Gw mulai bingung. Ada apa sih sebenarnya ini?

"Sebentar Om, aku pesenin ojeknya buat antar dia pulang ke rumah," lalu sambungan terputus.

Gak lama kemudian, Meliana menghubungi gw.

"Udah Om. Ika suruh tunggu aja. Om pulang aja langsung. Awas aja kalau Om sampai berani kasih uang ke Ika. Aku beneran marah sampai kapanpun." Sambungan terputus.

Gw diam. Sumpah baru kali ini Meliana begitu. Selama ini dia biasa-biasa aja. Paling terakhir manja pas urus kartu 3 ke Gerainya. Di motor juga maunya meluk aja, tapi gak seperti sekarang ini kata-katanya. Ngancam eui.

"Sebentar ya Ka, ojeknya udah dipesenin Mel. Udah dibayar juga. Kamu tinggal naik," kata gw pelan.
Dan gak lama driver ojek online datang. Setelah basa-basi tanya nama dan tujuan, akhirnya Ika naik motor itu. Dia sempat cium tangan gw dan menatap gw dengan tatapan yang terkesan aneh.

Gak lama, dia pergi dari hadapan gw.

Dan, hp gw berdering lagi.
Meliana!
"Ya Mel."
"Udah jalan kan si bambang?" tanya dia asal aja.
"Ika, Mel. Enak aja kamu ganti nama orang." protes gw.
Disana Meliana ketawa.
"Iya ayah.... Om kan ayah aku. Jangan dekat-dekat sama Ika. Nanti ayah aku diambil dia," katanya kenes.
"Yaudah Om pulang aja. Aku juga mau bobo sebentar. Dadah Om... Aku sayang sama Om," kata dia, lalu suara itu menghilang.

Hhhhhh....
Ayah... Om... Anak... Keponakan..
Mana yang benar.
Ah au ah..

--------


Malam, gw coba menghubungi Erika, nama panjang Ika. Tanpa sepengetahuan Meliana, gw sempat minta nomor Ika tadi siang itu. Gak ada niat apa-apa sebenarnya, cuma untuk mastiin kalau laptopnya baik-baik aja. Andai ada masalah atau ada yang ingin dia tanya kan jadi gampang.

Tapi karena kejadian tadi siang itu, gw malah penasaran. Ada apa sih sebenarnya?

Gw hubungi Ika melalui WA. Eh, aktif ternyata.
"Hai, Ika. Om Hendra nih." sapa gw di WA.
Gak lama chat gw dibalas.
"Ya Om." katanya singkat.
"Maaf ya, saya gak bisa antar kamu tadi siang." gw meminta maaf.
Gak ada balasan.
Tapi kemudian gw lihat dia ngetik.
"Iya Om. Gpp. Ika ngerti koq."
"Hmm, ada apa sih sebenarnya kamu? Koq bisa sampai segitunya pacar kamu memaki-maki kamu seperti itu?" Gw mulai membuka pembicaraan penting.
"Gpp Om. Aku emang pantas dihina koq. Bahkan andai aku matipun gak akan ada yang menangisi aku."
Beuh... Berat kata-katanya.
"Koq gitu. Ya adalah pasti. Orangtua kamu pasti sedihlah," kata gw coba menghibur.
"Mama sibuk sama urusannya Om. Aku gak dekat sama Mama," katanya.
"Lalu ayah kamu?" tanya gw.
Gak ada jawaban.
Sesaat kemudian dia menjawab, "Papa udah meninggal lama Om."
Deg. Ternyata Erika anak yatim!
"Maaf ya Erika. Saya gak tau kalau Papa kamu udah gak ada. Maaf banget," kata gw merasa gak enak.
"Gak perlu minta maaf Om. B aja," Ika membalas.
"Om dekat banget sama Mel ya. Iri deh ngeliat Mel sama Om sedekat itu."
Gw cuma bisa senyum membaca chat Erika.
"Saya sama Mel sebatas anggap Mel keponakan angkat saya. Selama ini saya sama Mel emang dekat sih. Kenapa emang?" gw pancing dia.
"Ah, gpp Om. Aku juga dulu punya Om yang dekat aku. Tapi dia sekarang udah pergi ninggalin aku."
Lama gak ada tulisan dia lagi. Gw coba melanjutkan pembicaraan.
"Om kandung?" tanya gw.
Eit, centang 1.
Udah offline dia.

------


Beberapa hari kemudian, telpon gw berdering. Panggilan dari Mel!
"Om bisa kerumah Mel gak?" tanyanya dari seberang sana.
"Ada apa Mel?"
"Hp ku yang Vi** Y15 jatuh. Sekarang mati gak nyala sama sekali. Benerin dong Om. Om sayang aku kan?" katanya merayu.
Hhhhh, selalu aja ada masalah soal barangnya.
"Kamu tuh gak hati-hati banget sih Mel," omel gw.
"Yaudah kalau Om gak mau bantuin Mel. Mel gak mau telpon Om lagi."
Hening disana, tapi telpon gak dimatikan.
"Iya iya..Nanti saya mampir kesana. Saya lagi pasang jaringan wifi di Gatot Subroto. Nanti saya kabarin," gw akhirnya ngalah.
"Makasih Om sayang. Mel tunggu ya. Dadah.."
Sambungan terputus.
Ini anak maunya apa ya? kata gw dalam hati.

Setelah selesai dengan pekerjaan gw, gw bilang sama teman kerja gw untuk buru-buru pulang.
"Ada apa sih?" tanya kawan gw.
"Gak. Ada perlu sedikit aja," kata gw gak banyak omong.
"Tapi gw masih urus tagihan dulu. Kalau lu mau pulang duluan, naik Go*** aja. Bisa kan," pintanya.
"Ok deh," kata gw.
"Peralatan bawa aja ke mobil dulu," kata dia sambil ngasih kunci mobil ke gw. Gw jalan ke arah parkiran untuk naruh peralatan kerja. Setelah selesai, gw balik ke kawan gw untuk nyerahin kunci mobilnya. Setelah itu gw pesan ojek online untuk segera datang ke rumah Mel.

Sampai disana, Mel udah nunggu gw. Wajahnya sumringah banget. Padahal hpnya katanya rusak.

"Mana hp kamu," tanya gw lembut.
"Udah nyala Om. Gak taunya baterenya habis banget." Dia senyum seakan gak ada beban.
Ampun dah nih anak. Buru-buru gw kesini, gak taunya hpnya cuma kehabisan batere?
"Om marah?" tanyanya lucu.
Gw ketawa. Bener-bener deh nih anak.
"Mama sama Papa kemana?" tanya gw, soalnya gw gak ngeliat mereka berdua.
"Lagi kondangan Om. Malas aku ikut. Mendingan sama Om disini." Senyum lagi dia.
Gw tatap matanya, lama-lama dia nunduk.
"Ohya. Erika anak yatim ya?" tanya gw memecah kebisuan diantara gw berdua.
Dia nampak terkejut.
"Koq Om tau? Tau darimana?" tanyanya penuh selidik.
Duh begonya. Kenapa juga gw mesti ngomong sama Mel. Padahal diam aja bisa.
"Om punya nomornya ya? Dikasih Ika atau minta?" nadanya terkesan gak suka.
Saya diam sejenak.
"Saya minta untuk urusan laptop." terang gw pada akhirnya.
"Hmmm. Gitu ya." Dia diam.
Gw pun diam.
"Kalau Mel minta Om hapus nomornya, Om mau penuhin permintaan Mel gak?" katanya pelan. Matanya berharap gw memberi jawaban sesuai kemauannya.
"Kasih saya alasan dulu, kenapa saya harus hapus nomor Erika," protes gw.
"Nanti Mel kasih tau. Mel janji."
Gw lihat matanya penuh harap.
"Ok..Saya hapus didepan kamu, termasuk WAnya."
Dia tersenyum senang.
Gak lama gw hapus nomor Erika. Gw hapus juga nomor WAnya dari WA langsung. Lalu gw geletakin hp di meja.
"Sekarang, kasih tau alasannya ke saya." pinta gw.
Mel menghela nafas. Lalu dia bicara yang membuat gw seakan gak percaya.
"Erika cewek nakal Om. Dia suka main dengan banyak cowok demi uang. Bahkan Guru TU aja diporotin uangnya. Aku pernah antar dia ke TU waktu sepi. Aku disuruh tunggu diluar, lama banget. Gak lama dia keluar sambil senyum-senyum, tapi bajunya rada kusut." Mel terdiam sejenak.

"Kamu cerita benar?" tanya gw gak percaya.
"Ya benarlah Om. Kan aku teman dekatnya. Bahkan aku pernah diajak dia cari uang dari aplikasi untuk dipesan gitu deh. Tapi aku nolak mentah-mentah."
"Open BO?" tanya gw cepat.
"Iya, itu." jawabnya.
"Koq Om tau?" tanyanya heran.
"Yeeee, cuma tau doang. Emang kalau tau terus pasti ngelakuin?" sanggah gw.
"Nah itulah Om. Aku gak mau kalau Om jatuh ke Erika. Gak boleh." Dia tatap mata gw. Ada tatapan penuh harap disana.
"Aku gak mau ayahku, Omku diambil Erika." Dia memainkan jarinya, lalu menggigit kukunya. Kebiasaan buruk. Tapi ada airmata sedikit disudut matanya.
Hei, dia menangis!

Gw bangkit dari duduk gw, lalu bersimpuh didepannya. Gw pegang kedua tangannya.

"Dengar Mel. Saya gak akan pernah ninggalin kamu. Selama ini apa yang saya bisa bantu buat kamu, akan saya lakukan. Saya juga minta nomor ke Erika cuma untuk urusan pekerjaan, bukan yang lain. Toh saya juga baru tahu soal Erika dari kamu. Dan nomornya sudah saya hapus."

Sejenak gw diam.

"Kamu boleh anggap saya siapa aja. Ayah, Om, teman, bebas. Terserah kamu. Dan saya gak pernah peduli kamu anggap saya apa aja."

"Kamu masih muda. Jalan kamu masih panjang. Pilih jalan yang kamu suka, yang kamu mau. Saya bantu kamu untuk meraihnya, semampu saya."

"Paham ya Meliana." kata gw akhirnya.
Dia mengangguk dan tersenyum.

(2tahun berjalan kemudian barulah gw paham kenapa dia sampai menangis gak mau gw dekat dengan Erika. Ternyata meskipun Meliana dan Erika terlihat dekat, mereka punya rahasia yang mereka simpan sendiri seolah-olah tidak saling tahu. Pacar Meliana ternyata sudah diajak tidur oleh Erika, dan sudah sering. Bahkan Meliana sempat melihat video Erika saat mandi, yang direkam sendiri, dan dikirim ke hp pacar Meliana. Itulah sebabnya Meliana memutuskan pacarnya, dan membuat pacar Meliana berang lalu memaki-maki Erika. Ternyata yang memaki-maki Erika saat gw berdua dia didepan sekolah melalui hp itu adalah Eky, pacar Meliana yang diputusin Meliana. Eky menganggap Erika ngadu ke Meliana, padahal Meliana tanpa sengaja membaca semua chat Eky dan Erika di hp Eky. Padahal sehari-harinya Erika ini berhij**. Tak pernah lepas dari hij**nya. Dan kebetulan SMK tempat Meliana dan Erika bersekolah adalah SMK Yayasan Is***).

Begitulah.
Semenjak itu, gw gak pernah lagi berhubungan dengan Erika, karena janji gw pada Mel. Bagi gw, selama Mel membutuhkan gw, gw akan selalu ada buat dia. Pun andai Mel udah gak ngebutuhin gw, gw akan ikhlas pergi. Toh selama ini bukan gw yang butuh Mel, tapi Mel yang butuh gw.

Dan selama hubungan terus berjalan, gw tetap anggap Mel adalah keponakan angkat gw. Sementara Mel tetap menganggap gw adalah ayah, Om, dan apalah sebutannya lagi yang gw gak pernah peduli.

Lantas apakah selama itu gw memanfaatkan posisi gw terhadap Mel? Gak sama sekali. Bahkan meskipun Mel manja kepada gw, gw gak pernah sekalipun memeluk dia. Cuma sesekali aja mengacak-acak rambutnya yang lebat. Benar-benar tulus buat membantu dia. Gak ada perasaan apapun juga. Cuma rasa sayang yang tulus. Gak ada nafsu sama sekali.

Bahkan meskipun gw tahu kehidupan Erika, gw gak pernah berusaha menghubungi Erika untuk macam-macam. Itu karena gw menjaga benar janji gw pada Meliana.






Episode 3 : Konflik di Dalam Keluarga Meliana (Post #1)
Episode 4 : Mel Ada di Lampung Selatan (Post #1)
Episode 5 : Rahasia Kawan Gw Yang Gw Pegang Sampai Sekarang! (Post #1)
Episode 6 : Rahasia Terbesar Mel Mulai Terkuak. Sedih! (Post #17)
Episode 7 : Mel Seperti Barang Jaminan Oleh Mamanya (Post #17)
Episode 8 : Mel Akhirnya Membuka Diri, dan Gw Gak Nyangka! (Post #22)
Episode 9 : Mel Akhirnya Menyatakan Perasaannya Selama Ini Ke Gw (Post #25)
Episode 10 : Ide Gila Yang Diminta Meliana Kepada Gw Untuk Mamanya (Post #28)



Diubah oleh i.am.legend. 01-05-2021 17:09
bukhorigan
aml2103
shibasamurai623
shibasamurai623 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
11.8K
154
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.