valkyr9
TS
valkyr9
Vaksin Nusantara Belum Diuji pada Hewan, Ahli Sebut Tak Wajar Diuji Langsung ke DPR


KOMPAS.com - Sejumlah anggota Komisi IX DPR dikabarkan akan disuntik vaksin Nusantara dalam uji klinis fase II di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Rabu (14/4/2021). Diketahui, vaksin Nusantara hingga kini belum mendapatkan izin uji klinis fase II dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Menjawab persoalan tersebut, Ahli Biomolecular Ahmad Utomo mengatakan bahwa prosedur tindakan pemberian uji Vaksin Nusantara ke anggota DPR tersebut tidak wajar. "Ya ini tidak lazim dalam pengembangan vaksin, karena vaksin ini juga belum terbukti efektif sama sekali," kata Ahmad kepada Kompas.com, Rabu (14/4/2021).

Menurut dia, jika hanya untuk membuktikan keamanan vaksin, hal itu bisa saja dilakukan, dan sebenarnya dari studi fase 1 sebelumnya pun sudah diprediksi produk vaksin itu aman. "Tapi poinnya bukan saja di keamanan kan, poinnya bagaimana efikasinya (Vaksin Nusantara)?" ujarnya.

Ia juga mempertanyakan tujuan dilakukannya penyuntikan Vaksin Nusantara tersebut kepada anggota-anggota DPR yang tercatat. "Apakah untuk menjawab pertanyaan sains, atau sekedar momen politik? Tidak paham saya," kata Ahmad.

Efek uji fase II ke manusia Dijelaskan Ahmad, berdasarkan standar prosedur pembuatan vaksin yang diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pengujian klinik fase 2 sebaiknya dilakukan pada hewan terlebih dahulu. "Tentu harus dibuktikan, apakah vaksin yang dibangun mampu memproteksi binatang dari infeksi SARS-CoV-2 (virus penyebab Covid-19)," kata dia.

Setelah dinyatakan efikasi produk vaksin tersebut terhadap hewan. Maka pengujian bisa dilakukan ke tahap berikutnya, yaitu uji klinik fase III dengan partisipan manusia, tetapi dalam jumlah yang kecil atau sedikit. "Idealnya begitu. Tapi kalau itu dilompati ya tergantung BPOM, apakah bisa diterima atau tidak tanpa uji hewan," tuturnya.

Ia menambahkan, dengan dilewatinya beberapa tahapan atau fase uji tersebut akan berpengaruh terhadap perhitungan efikasi dan efektivitas produk vaksin yang ada. "Ya efeknya kita jadi susah untuk menghitung efikasi, kalau penelitiannya lompat-lompat," ungkapnya. Lantas, apakah prosedur pembuatan vaksin Covid-19 memang boleh untuk dilompati karena termasuk kategori pandemi?

Menurut Ahmad, meskipun pembuatan vaksin yang terjadi saat ini bertujuan untuk menghentikan pandemi Covid-19, pembuatan vaksin harus tetap sesuai kaidah ilmiah dan medis.

"Setahu saya semua vaksin Covid-19 tidak ada yang lompat, tapi kenapa kok bisa cepat? Karena mereka menggunakan rekayasa genetik".

"Sehingga, pembuatan prototipe vaksin cepat sekali, tapi fase pra klinis (binatang) fase 1-3 tetap dijalani," tambahnya.

https://www.kompas.com/sains/read/20...page=all#page2.


Lha.. bukannya udah tepat ya ??.. emoticon-Malu (S)

emoticon-Ngacir


emoticon-Ngakak (S)emoticon-Ngakak (S)emoticon-Ngakak (S)
Diubah oleh valkyr9 14-04-2021 06:25
Quadpixeltepsuzotviniest
viniest dan 29 lainnya memberi reputasi
30
5.4K
121
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.