si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
History of PT-76 - Dari Era Soekarno Sampai Jokowi, Pengabdian Tank Amfibi Untuk NKRI
Bagi para personel Korps Baret Ungu nama PT-76 pasti sudah tidak asing di dengar, tank berusia uzur ini bisa dibilang menjadi kendaraan tempur kesayangan kesatuan elit tersebut. Bicara soal usia, kendaraan ini sudah termasuk sepuh, karena mulai dihadirkan menjelang Operasi Trikora di dekade 1960-an. Dan sudah seharusnya ia pensiun dari kedinasan militer.

Meski pihak Marinir sudah mempunyai pengganti yang lebih modern, akan tetapi mereka begitu berat melepas kendaraan jenis amfibi ini. Keadaannya memang sudah tak lagi orisinil seperti dulu, sudah banyak dilakukan rombakan disana-sini. Namun, bicara soal performa, tank amfibi ini masih sanggup beroperasi dengan lancar jaya tanpa kendala. Pada kesempatan kali ini TS akan membahas tank amfibi legendaris tersebut, sudah ame siapkan pembahasannya dibawah, selamat membaca.



Dari Era Soekarno Sampai Jokowi


Setelah memproklamasikan kemerdekaannya tahun 1945, Indonesia baru diakui kedaulatannya oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Hasil dari KMB tersebut adalah bahwa Belanda berkewajiban untuk mengembalikan seluruh wilayah pendudukannya kepada Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Papua Barat atau Nederlands Nieuw Guinea.

Disebutkan bahwa Belanda akan mengembalikan Papua Barat kepada Indonesia selambat-lambatnya dalam jangka waktu setahun setelah pengakuan kedaulatan. Namun, hingga 9 tahun setelah pengakuan kedaulatan, Pemerintah Belanda tidak juga merealisasikan hal tersebut.

Demi memperjuangkan kembalinya Irian Barat, Indonesia menempuh berbagai jalur diplomasi, termasuk melalui UNO (United Nations Organization/Persatuan Bangsa-Bangsa). Berbagai upaya tersebut mengalami jalan buntu, sehingga Indonesia mengumandangkan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang intinya menuntut pengembalian Irian Barat ke Ibu Pertiwi sesegera mungkin.

Belanda kemudian meresponnya dengan memperkuat kekuatan militer di Irian Barat, termasuk mendatangkan kapal induk Hr.Ms. Karel Doorman. Menanggapi hal tersebut, Indonesia memutuskan menyelesaikan masalah Irian Barat melalui kekuatan militer sebagai pendukung jalur diplomasi.


'

Ilustrasi: sejarahmiliter.com



Indonesia menyadari bahwa kondisi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) tidak seimbang jika dibandingkan dengan Belanda. Untuk itu Indonesia berupaya mendatangkan sejumlah peralatan militer, baik pembelian baru maupun second hand dari berbagai negara sejak tahun 1958.

Upaya pertama ditempuh dengan pendekatan kepada negara di kawasan Eropa Barat dan Amerika Serikat, namun tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Hal tersebut karena rasa solidaritas mereka terhadap Belanda yang merupakan anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang berbasis di Eropa Barat.

Menghadapi kondisi tersebut, memaksa Indonesia melirik negara-negara Blok Timur, seperti Uni Soviet, RRC dan Yugoslavia. Sejak tahun 1960 mulai berdatangan sejumlah besar peralatan militer modern asal Uni Soviet ke Indonesia, salah satunya adalah tank amfibi ringan PT-76 (Plavayushtshiy Tank-76).




PT-76 milik Polandia saat keluar dari air.

Ilustrasi: wikipedia.org



Tank amfibi PT-76 secara resmi masuk ke dalam jajaran kesatuan kavaleri APRI sejak tahun 1962. Karena berkemampuan amfibi, maka tank ini lebih banyak dioperasikan oleh Batalyon Panser Amfibi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL), atau sekarang dikenal sebagai Batalyon Kendaraan Pendarat Amfibi Korps Marinir TNI AL.

Awalnya ranpur (kendaraan tempur) ini dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan operasi militer terbesar dalam sejarah Indonesia, yaitu Operasi Jayawijaya, digelar dalam rangka pembebasan Irian Barat. Namun, operasi itu urung terlaksana, karena Indonesia memilih brdiskusi di meja runding untuk menyelesaikan masalah.

Pada perkembangan selanjutnya, PT-76 secara aktif dilibatkan dalam berbagai kegiatan operasi keamanan di dalam negeri dan operasi militer seperti Dwikora (1964-1965) di perbatasan Indonesia-Malaysia, Operasi Seroja (1975-1979) di Timor Timur, dan Operasi Pemulihan Keamanan Terpadu di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (2002-2005). Sebagai tambahan, setelah kejadian Mei 1998, PT-76 juga terlihat wara-wiri disekitar wilayah Ibu Kota bersama beberapa kendaraan tempur milik TNI AD.




PT-76 terlihat disiagakan di Ibu Kota setelah kerusuhan Mei 1998.

Ilustrasi: Reuters



Pada tahun 1965 setelah meletus peristiwa G-30S yang diduga didalangi oleh PKI, berujung dibubarkannya partai tersebut dan dinyatakan sebagai partai terlarang. Kebijakan pemerintah Indonesia itu kemudian menuai protes keras dari Uni Soviet dan sekutunya, yang akhirnya dilakukan embargo suku cadang bagi PT-76 dan seluruh alutsista buatan blok timur.

Embargo tersebut sempat menyulitkan pemeliharaan dan perawatan tank amfibi ini, hingga akhirnya terpaksa dilakukan kanibalisasi. Namun, mengingat PT-76 masih dipandang sebagai ranpur yang berperan penting dalam menunjang kegiatan operasi keamanan, untuk itu dilakukan penggantian mesin dan persenjataan atau istilah kerennya “retrofit”.

Retrofit alias kegiatan peremajaan dimulai sejak tahun 1990 pada sejumlah Tank PT-76 yang masih layak pakai. Peremajaan dan modifikasi PT-76 meliputi penggantian mesin diesel 4 silinder V-6 Rusia yang berkekuatan 240 hp diganti dengan mesin diesel 2 Tak 6 silinder jenis DDA V-92 T Turbo Charge buatan Detroit Diesel, Amerika Serikat, yang berkekuatan 290 hp.

Penggantian ini memungkinkan PT-76 melaju di jalan raya dengan kecepatan hingga 58 km/jam, di jalan biasa 35 km/jam dan di jalan bergelombang 40 km/jam. Namun, kecepatan saat berenang, baik ke arah muka maupun belakang, sama dengan spesifikasi aslinya. Dengan dua water jet, PT-76 hasil retrofit mampu berenang ke depan dengan kecepatan 11 km/jam dan ke arah belakang dengan kecepatan 5 km/jam.




Saat parade HUT ABRI tahun 1978, masih menggunakan meriam utama 76,2 mm.

Ilustrasi: indomiliter.com



PT-76 versi original memakai meriam D-56TM kaliber 76,2 mm dan sepucuk senapan mesin koaksial jenis SG-43 kaliber 7,62 mm. Sementara pada versi retrofit Marinir menggunakan meriam Cockerill Mk.III A-2 kaliber 90 mm buatan Belgia. Meriam baru ini memiliki panjang laras 3,248 m dan dibekali 36 butir peluru berbagai jenis.

Meriam buatan Belgia ini memiliki jangkauan tembakan sejauh 2,2 km dan pada penembakan tunggal mampu mencapai 6 km. Sementara itu senapan mesin DShK diganti dengan FN GPMG kaliber 7,62 mm yang juga buatan Belgia. Meskipun telah berusia tua dan mengalami serangkaian peremajaan, namun PT-76 terbukti merupakan ranpur yang handal dan bandel.

Tak berlebihan jika PT-76 Indonesia dijuluki “Battle Proven” dan sangat melegenda di lingkungan Korps Marinir TNI AL. Jika Amerika punya pesawat A-10 Warthog yang menjadi kesayangannya, maka Indonesia punya PT-76 sebagai kendaraan tempur kesayangan. Nasib PT-76 jauh lebih baik daripada rekan sejawatnya yang berwujud pesawat, di mana pesawat buatan blok timur yang dioperasikan oleh TNI AU harus di grounded seluruhnya setelah peristiwa G30S.




PT-76 versi retrofit.

Ilustrasi: Instagram PT Lumindo Artha Sejati



Pada akhir tahun 2020 lalu, PT-76 juga diberitakan akan dilengkapi rudal Falarick 90 yang merupakan produksi GosKKB Ray. Rudal dapat meluncur ke sasaran dengan pengendali laser. Cara loading dan mekanisme pelepasan rudal ini sama persis dengan loading munisi konvesional, setelah lepas dari laras, munisi ini akan berubah peran menjadi rudal dengan sejumlah sirip yang mengembang.

Selain akan punya kemampuan meluncurkan rudal, tank amfibi tersebut juga akan mendapatkan sejumlah modernisasi, seperti mesin dan transmisi yang akan diganti baru. Juga terdapat instalasi sistem proteksi Zaslon-L, sistem pembidik laser Synthesis dan sistem navigasi Basalt. Sebagai mitra yang akan menggarap modernisasi tank PT-76 Korps Marinir adalah PT Lumindo Artha Sejati, pasalnya hukum Indonesia mengatur kerjasama dengan kontraktor asing harus melalui perusahaan lokal.



Kelahiran PT-76


PT-76 pertama kali diperkenalkan kepada publik dan diproduksi secara massal oleh Uni Soviet sejak tahun 1954. Desain dasarnya sudah dirancang sejak pertengahan Perang Dunia II. Kendaraan lapis baja berawak 3 orang ini berfungsi sebagai kendaraan intai tempur di jajaran tentara Uni Soviet dan 23 negara lainnya. Kondisi geografis Uni Soviet serta Eropa bagian tengah dan timur yang banyak memiliki rawa-rawa, danau dan sungai mendasari pembuatan tank amfibi ini.

Soviet menjadikan PT-76 sebagai ranpur terdepan yang akan menjebol pertahanan NATO dari garis belakangnya. Rangka dasar PT-76 kelak banyak memunculkan dan menjadi inspirasi bagi pembuatan kendaraan tempur (ranpur) lain, seperti BTR-50, ASU 85 dan kendaraan angkut peluncur rudal (Frog-2).

PT-76 secara fisik memiliki bobot dalam keadaan kosong 13,5 ton dan dalam keadaan siap tempur 14,5 ton. Agar mampu beroperasi di perairan dalam, maka tank ini memiliki lapisan baja yang tipis, yaitu 14 mm di body dan 17 mm di turet. Sementara untuk mengurangi beban penumpang, maka komandan tank juga merangkap sebagai pengamat medan, awak meriam dan operator radio.




Ilustrasi: Instagram PT Lumindo Artha Sejati



Jika diukur tanpa meriam, PT-76 memiliki panjang 6.91 m, lebar 3.14 m dan tinggi 2.21 m, kemudian ketinggian dari tanah ke kolong tank (ground clearance) adalah 0.37 m. Jika diukur dengan panjang meriam serta ketinggian senapan penangkis serangan udara yang terdapat di PT-76 maka ukurannya menjadi sebagai berikut: panjang 7.62 m, lebar 3.14 m dan tinggi 3.70 m.

Tenaga penggerak PT-76 dihasilkan dari mesin diesel 4 silinder jenis V-6 yang berkekuatan 240 tenaga kuda. Bahan bakar yang dibutuhkan adalah 250 liter solar (HSD) kemudian 60 liter air sebagai pendingin radiator serta menggunakan pelumas mesin jenis DCO.50 sebanyak 45 liter.

Mesin ini mampu membuat PT-76 melaju dengan kecepatan hingga 45 km/jam di jalan raya, 30 hingga 35 km/jam di jalan biasa dan 25 km/jam di jalan bergelombang. Kelebihan PT-76 ini terletak pada kekuatan mesinnya, karena mampu memberikan kemampuan berenang ke arah muka sebesar 11 km/jam, sedangkan jika bergerak ke belakang, memiliki kecepatan hingga 5 km/jam.

Kelebihan lain dari PT-76 adalah mampu mendaki ketinggian di kemiringan hingga 38 derajat ataupun penghalang tegak setinggi 1.06 m, mampu berjalan stabil pada medan yang memiliki kemiringan hingga 18 derajat, melintasi parit selebar hingga 2.8 m atau melintasi turunan hingga sedalam 0.75 m dengan besar tekanan pada permukaan 0,49 kg/cm persegi dan dengan perbandingan daya terhadap bobot sebesar 17,5 hp/ton.




Ilustrasi: super-hobby.co.uk



Sementara sudut masuk saat tank akan berenang di laut, danau atau sungai besar adalah 30 derajat dan saat keluar ke permukaan sudut dongak moncongnya adalah 25 derajat. Sistem kelistrikan PT-76 bersumber pada 2 buah aki yang masing-masing bertegangan 12 Volt. Sebagai sarana komunikasi, PT-76 menggunakan radio tipe R-123.

Tank PT-76 secara standard dipersenjatai dengan 2 jenis senjata, yaitu sepucuk meriam D-56TM kaliber 76,2 mm dan sepucuk senapan mesin koaksial SG-43 kaliber 7,62 mm. Sebagai tambahan, PT-76 juga dapat dipasangi dengan sepucuk senapan mesin penangkis serangan udara jenis DShK kaliber 12,7 mm yang ditempatkan di kubah. Senapan ini memiliki sistem penggerak ganda, yaitu manual dan elektrik, mampu berputar penuh 360 derajat dalam tempo 20 detik.

Meriam D-56TM memiliki panjang laras 3,315 m dan mampu menembak beruntun sebanyak 40 kali dengan kecepatan antara 8 hingga 15 tembakan per menit serta memiliki daya jangkau tembakan hingga 4 km. Pada penembakan tunggal, meriam ini mampu menjangkau jarak sejauh 12,8 km.




Ilustrasi: Pinterest



PT-76 dapat mengangkut amunisi meriam sebanyak 40 butir yang terdiri atas amunisi jenis HE (high Explosive), HEAT (High Explosive Anti Tank) dan HVAP (High Velocity Armour Piercing). Sementara itu senapan mesin koaksialnya yang berbobot 13,8 kg dibekali 1000 butir peluru dan tersimpan dalam 4 magazen. Senapan mesin ini mampu menembak secara beruntun 350 tembakan per menit dengan jarak efektif hingga 2,5 km. Senapan mesin ini terletak di sebelah kanan meriam.

Kemudian sebagai pertahanan diri para awak, PT-76 dibekali dengan 18 buah granat tangan. Khusus pada tugas-tugas operasional di malam hari, awak senapan mesin ditunjang dengan teropong bidik jenis TSK 66. Dalam perkembangannya PT-76 sudah dikembangkan dalam banyak varian yang berbeda, berikut ini beberapa varian terkenal yang dikembangkan dari basis PT-76 sepengetahuan TS:

PT-85



Ilustrasi: aw.my.games/


Varian ini dibuat dalam jumlah terbatas, memiliki turret baru dan meriam kaliber 85 mm tipe D-58, tampaknya turut digunakan selama invasi ke Cekoslovakia tahun 1968.


Type 63



Ilustrasi: radarmiliter.com


Seperti yang sudah ditebak dan menjadi sebuah kebiasaan, China juga ikut mengembangkan varian dari PT-76. Di China versi copy paste ini diberi nama Type 63.


BTR-50



Ilustrasi: super-hobby.com


Kendaraan tipe APC (Armored Personnel Carrier) alias kendaraan angkut personel berkemampuan amfibi dengan roda rantai, dibuat dari tahun 1954 yang didasarkan pada chasis PT-76 dengan banyak varian yang sudah dibuat. Varian APC ini juga dimiliki oleh Marinir TNI AL.


ASU-85



Ilustrasi: aliexpress.com


Aviadesantnaya Samokhodnaya Ustanovka (ASU), cukup susah untuk menulis serta mengucapkannya dalam bahasa Rusia. Sementara dalam versi bahasa Inggris-nya, kendaraan ini dikenal dengan nama Airborne Assault Gun. Mulai dibuat pada tahun 1958, yang merupakan versi meriam serbu berpenggerak dengan menggunakan banyak komponen PT-76. Perbedaan dengan PT-76 adalah kendaraan ini tidak memiliki kemampuan amfibi. Dilengkapi meriam utama 85 mm dan senapan mesin 7,62 mm.


1S91



Ilustrasi: militaryimages.net



Merupakah kendaraan pemandu untuk sistem rudal udara ke permukaan yang bernama SAM 2K12 Kub (kode NATO SA-6 Gainful).


2K1 Mars (Frog-2)



Ilustrasi: wikipedia.org


Kendaraan ini digunakan sebagai platform peluncur roket, dengan jarak tembak roketnya mencapai 18 km. Uni Soviet memberi nama 2K1 Mars, sementara NATO memberi nama kesayangan Frog-2.



Sebagian Tank Sudah Menjadi Monumen


Tidak diketahui secara pasti berapa unit tank yang dimiliki Marinir, namun beberapa sumber mengatakan bahwa Marinir mempunyai 120 unit tank. Beberapa yang sudah tidak bisa di retrofit kemudian dijadikan monumen dan disebar ke berbagai kota di Indonesia. Sementara yang masih layak, terus dilakukan retrofit.

Salah satu monumen PT-76 bisa kita jumpai di Bundaran Lianganggang, kompleks Taman Makam Pahlawan Brigjen Hasan Basry, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sementara itu di pantai Alam Indah di Kota Tegal, agan dan sista dapat melihat PT-76 di sekitar pantai sebagai monumen. Selain tank PT-76, terdapat alutsista lain yang dijadikan monumen disana. Beberapa diantaranya adalah kendaraan tempur Pintam BRDM, pesawat Nomad N-22, jangkar dan rantai, ranjau tanduk, serta torpedo MK 44.

PT-76 terhitung laris dijadikan monumen gan sist, satu lagi yang menjadi monumen ada di Mataram (NTB) tepatnya diresmikan pada awal tahun 2018 lau, yang diberi nama Monumen Bahari Multilateral Naval Exercise Komodo. PT-76 juga bisa kita temui di Kota Pariaman, Sumatera Barat, terdapat di Monumen Perjuangan TNI AL. Sementara di Jawa Timur, PT-76 ada di Museum Kota Probolinggo.




Jadi monumen di Kota Banjarmasin.

Ilustrasi: tripadvisor.com




Jadi monumen di pantai Alam Indah Kota Tegal.

Ilustrasi: Afif/detikTravel




Jadi monumen di NTB.

Ilustrasi: Antara




Mengisi Monumen Perjuangan TNI AL di Kota Pariaman.

Ilustrasi: Antara




PT-76 di Museum Kota Probolinggo.

Ilistrasi: jelajahnesia.blogspot.com



PT-76 Versi Retrofit TNI AL


Negara Asal: Uni Soviet
Produsen: VTZ, Kirov Factory
P x L X T: 6,91 m x 3,14 x 2,21 m (tanpa meriam)
Bobot: 13,5 ton (kosong) dan 14,5 ton (siap tempur)
Kru: 3 orang
Mesin: DDA V-92 T Turbo Charge buatan Amerika Serikat yang berkekuatan 290 hp
Kecepatan: 58 km/jam di jalan raya, di medan off road 40 km/jam, di jalan biasa 35 km/jam
Kecepatan Berenang: ke depan kecepatan 11 km/jam dan ke arah belakang 5 km/jam
Persenjataan: Cockerill Mk.III A-2 kaliber 90 mm dan senapan mesin 12,7 mm FN GPMG
Negara Pengguna: Uni Soviet dan sekutunya, Indonesia, Kamboja, Laos, Vietnam, Zambia dll emoticon-Peace


Spoiler for Video Tambahan:




-----



Demikian pembahasan panjang soal tank amfibi tua milik Marinir TNI AL, dari era Presiden Soekarno sampai Presiden Jokowi, PT-76 masih mengabdikan dirinya untuk NKRI. Semoga pembahasan kali ini bisa menambah wawasan baru untuk kita semua. Terimakasih sudah membaca dari awal sampai akhir, sampai jumpa lagi dan keep ngaskus ya emoticon-Angkat Beer



Old soldiers never dies, they just fade away. But sometimes they are 'REBORN'.




Referensi: 1.2.3.4
Ilustrasi Gambar: Reuters, indomiliter.com, wikipedia.org, google image
Daniswara92
orgbekasi67
stipen212
stipen212 dan 30 lainnya memberi reputasi
31
6.3K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.