dewaagniAvatar border
TS
dewaagni
Perundungan Lintas Agama di Indonesia Disorot Media Internasional
Perundungan Lintas Agama di Indonesia Disorot Media Internasional

M Nurhadi

Jum'at, 19 Maret 2021 | 20:54 WIB



Ilustrasi siswi menggunakan jilbab (Kemenag)

SuaraBatam.id - Kasus pelajar perempuan non-muslim yang diwajibkan menggunakan jilbab beberapa saat lalu mendapatkan sorotan media internasional.

Berita yang diangkat beragam, mulai dari perkara perundungan yang menimpa siswi itu karena tidak memakai hijab hingga trauma yang dialami siswi tersebut.

Salah satunya Dailymail.co.uk yang memberitakan perempuan non muslim di Indonesia dipaksa untuk mengenakan hijab layaknya seorang muslimah. 

Media Inggris itu menyebut, siswi itu mengalami tekanan psikologis akibat akibat penghinaan di depan publik, hingga penjatuhan sanksi.

“Pakai jilbab harus jadi pilihan, bukan aturan wajib. Ada kepercayaan yang berkembang di seluruh Indonesia bahwa jika Anda seorang wanita Muslim dan Anda tidak mengenakan jilbab, Anda kurang saleh; Anda secara moral kurang,” tulis Daily Mail mengutik ucapan peneliti Human Right Watch (HRW), Andreas Harsono pada Kamis (18/3/2021).

Berbeda dengan Daily Mail, media Reuters mengabarkan trauma yang dialami korban yang dipaksa mengenakan jilbab.

“Dampak tekanan agama, terutama untuk memakai jilbab, saat masih muda, terasa seperti tidak ada ruang untuk bernapas,” kata Ifa Hanifah Misbach, seorang Psikologis Indonesia, dilansir dari Reuter pada Kamis (18/3/2021).

“Saya ingin melarikan diri,” lanjutnya.

Melansir Terkini.id (jaringan Suara.com), media timur tengah, Aljazeera bahkan mengangkat soal prinsip Bhineka Tunggal Ika yang dikaitkan dalam kasus ini.

Diberitakan bahwa semboyan itu tidak dirasakan bagi sebagian perempuan di Indonesia, salah satunya Wiwin, perempuan berusia 21 tahun yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan.

“Mereka (sekelompok tujuh guru) menanyai saya di kantor kepala sekolah, bertanya, apa agamamu, siapa Tuhanmu, di mana kitab sucimu?” cerita Wiwin, dikutip dari Aljazeera pada Kamis (18/3/2021).

“Saat pelajaran agama, guru saya bilang, pakai hijab. Saya merasa rendah diri. Saat jam istirahat, teman-teman saya kadang memanggil saya kafir,” ujarnya lagi.

Dalam penuturannya, Wiwin mengaku sekolah umum yang tidak berorientasi agama apapun seharusnya berhak belajar di sekolah tanpa menggunakan hijab.

“Apa gunanya ‘berbeda-beda tetap satu juga’, jika para guru tidak mengerti,” kata Wiwin.

https://batam.suara.com/read/2021/03...ional?page=all

Miris rasanya, mungkin sudah saatnya ganti status agama mereka di ktp anda agar mereka nggak merasa besar kepala karena merasa mayoritas
Ehajul65
Proloque
tien212700
tien212700 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.4K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.