riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Beruntung Warga Jakarta Punya Gubernur Anies
Jika Anda berpikir ini tulisan buzzer, mending baca tulisan ini sampai selesai. Dengar-dengar juga Pak Anies gak pakai buzzer, tentu ini bukan tulisan pesanannya kan.

Quote:


Lagi pula saya warga daerah yang tidak paham betul kehidupan di ibukota. Namun yang jelas, bagi saya warga Jakarta beruntung punya Gubernur Anies dan label Jakarta Sentris yang melekat sebagai "keistimewaan" daerah ibukota.


Memiliki Gubernur yang juga nyambi influencer. Setiap perbuatannya selalu diikuti. Meski hanya memimpin satu provinsi, namun satu Indonesia menyorotnya. Dan pengaruhnya yang kuat dan luas. Entah kenapa media selalu menguntit beliau. Kadang bikin iri.


Berbeda dengan gubernur lainnya yang tidak terlalu disorot tentang kebijakannya dan apa saja yang dikerjakan. Namun bukan berarti ini semua menunjukkan perbedaan kualitas. Carilah di tulisan ini apakah ada disebut Gubernur Anies lebih baik dari gubernur daerah lain?


Juga tidak disebutkan Gubernur Anies lebih baik dibandingkan gubernur terdahulu. Karena seburuk-buruknya Gubernur DKI selama gak doyan korupsi dan mau kerja, itu sudah baik dan syukuri saja.


Dulu saat Pilgub Jakarta, Anies dipandang "tidak ada apa-apanya" dibanding BTP atau Ahok. Dengan menyampingkan kondisi politik saat itu. Terpenting adalah pencapaiannya saat ini.


Barangkali sebagian warga Jakarta tidak menyadari keunggulan yang dimiliki oleh gubernurnya. Ini bukan soal kualitas seorang Anies Baswedan. Namun kondisi yang mendukungnya. Seolah segala sumber daya untuk jadi pemimpin terbaik ada disitu.


Seolah bekerja diawasi Kim Jong Un



Sorotan media pada ibukota begitu besar. Belum lagi peran oposisi yang seimbang. Dan jangan lupakan peran netizen yang atas kombinasi ini seolah membuat celah kekurangan sedikitpun langsung habis dikuliti. Jadi transparan.


Siapapun Gubernurnya, selama masih niat mau kerja dan tidak korupsi. Maka bekerja di kondisi dalam "tekanan" seperti itu. Setidaknya ada hasil yang dapat dibanggakan. Ini seolah bekerja diawasi mandor yang seperti Hitler maupun Kim Jong Un. Kebayangkan gimana?


Meskipun kondisi seperti itu terkesan gaduh karena terlalu banyak kritik dan politisasi. Kontrol yang kuat dari segala elemen politik dan masyarakat, membuat sebuah pemerintahan berjalan dengan baik. Kiranya kondisi demikian lebih baik dibandingkan di daerah.


Adem ayem, diam-diam kena OTT KPK


Dimana diluar ibukota kondisinya memang adem ayem kelihatannya, tapi tau-tau saja bangun tidur baca berita ditangkap KPK (gubernur). Sekali lagi, warga DKI beruntung. Ingat ya, ini bukan soal sosok figur. Tapi keseluruhan sistem pemerintahan.


Mungkin sebagian warga ibukota negara tidak menyadari. Namun sebagai warga daerah, saya sadari betul perbedaan daerah dan pusat.


Entah kenapa media selalu menyoroti apa yang terjadi di ibukota. Setiap gerak-gerik gubernurnya selalu diikuti. Bahkan saya pernah baca berita, ada pintu rumah warga yang menghalangi jalan trotoar. Tidak lama setelah itu langsung dibereskan.


Warga Jakarta bahkan satu negara ini dapat dengan mudah mengetahui capaian kinerja Gubernur beserta jajarannya. Seolah siapapun bisa mengawal jalannya pemerintahan.


Bagaikan cari bahan skripsi


Mungkin bagi warga Jakarta bukan persoalan susah untuk tahu topik terkini di sekitarnya. Apa saja yang sedang, sudah dan harus dikerjakan oleh gubernurnya. Karena topik tentang Ibukota akan selalu menjadi Headline di banyak media nasional.


Tapi di daerah, menurut apa yang saya rasakan. Untuk mengetahui apa yang sedang dikerjakan pemerintah daerah rasanya bagaikan mencari bahan skripsi. Mesti browsing dulu satu-satu.


Ini bukan karena pemerintah daerahnya yang gak kerja. Namun kurang ekspose dan sosialisasi. Memang masuk berita, tapi gaungnya kurang. Dan tidak menjangkau banyak masyarakat.


Saya tahu pemberitaan saat ini memang sangat Jakarta Sentris. Mungkin sulit mengubahnya menjadi Indonesiasentris. Tapi setidaknya jika daerah mendapat porsi sorotan yang lebih memadai. Harapannya agar lebih banyak pemimpin dan jajarannya yang mengalami bekerja dibawah "pengawasan Kim Jong Un". 


Sidak dadakan baru bergerak


Pernah kejadian Presiden Jokowi marah ketika kunjungan ke Medan, Sumatera Utara pada tahun 2017. Mertua Walikota Medan yang sekarang itu marah sebab kondisi jalan rusak tak kunjung diperbaiki.


Barulah setelah "di gebrak" tadi. Tak lama langsung diperbaiki. Kemudian terdengar Walikota Medan saat diciduk KPK dengan kasus PU. Gak tahu deh apa kejadian itu saling terkait.


Mungkin kita memang perlu sesuatu yang seperti itu. Dipelototi 24 jam baru bekerja benar.


Pecahkan saja gelasnya



Dulu saya heran sama politik di Jakarta. Gaduh sekali, apa-apa dikritik dan demo dimana-mana. Kondisi seperti ini tidak hanya berlaku pada masa Anies Baswedan, tapi juga sewaktu kepemimpinan Ahok, Jokowi dan gubernur terdahulu lainnya.


Yang sebenarnya itu lebih baik. Dibanding yang kelihatannya tidak terjadi apa-apa, tapi diam-diam pakai rompi orennya KPK. Lebih baik gaduh, transparan dan buka-bukaan.


Seperti kata Mas Rangga AADC : "pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh" biar semua dunia tahu.


Kiranya gelas kaca yang pecah lebih baik dibanding gelas retak rambut yang terus dipajang di lemari kaca. Terlihat baik-baik saja namun pecah ketika dibutuhkan.

Rianda Prayoga @riandaprayoga #NapaweiPost
Binjai, 16 Maret 2021
Diubah oleh riandyoga 16-03-2021 15:02
Jangan.maling
saveur
tien212700
tien212700 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.3K
57
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.