daddydaddydoo
TS
daddydaddydoo
Moeldoko Didesak Mundur Usai Kudeta PD, PKS Minta Jokowi Bersikap
Matius Alfons - detikNews
Selasa, 09 Mar 2021 08:36 WIB


Jakarta - PKS menunggu langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko terlibat acara yang diklaim Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, Sumut. PKS menilai aksi Moeldoko bisa ditafsirkan disetujui oleh Jokowi.

"Aksi Pak Moeldoko sangat khawatir ditafsirkan diketahui dan disetujui oleh Pak Jokowi, karena beliau aktif sebagai Kepala Staf Kepresidenan, karena itu gonjang-ganjing Demokrat, sebetulnya sangat-sangat buruk bagi Pak Jokowi," kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera saat dihubungi, Senin (8/3/2021).

Mardani mengatakan masyarakat saat ini tengah menunggu langkah Presiden Jokowi menyikapi tindakan Moeldoko yang terlibat KLB Partai Demokrat. Menurutnya, diamnya Jokowi bisa berarti setuju dengan aksi Moeldoko.

"Publik sekarang menunggu langkah Pak Jokowi, diamnya Pak Jokowi bermakna setuju dengan aksi Pak Moeldoko, karena itu Pak Jokowi ditunggu aksinya segera, nuwun sewu Pak Jokowi ini jadi preseden buruk dan warisan buruk bagi kepemimpinan Pak Jokowi, ke depannya akan dibaca seluruh anak bangsa," ucapnya.

Lebih lanjut, Mardani menilai kisruh Partai Demokrat merupakan musibah bagi demokrasi di Indonesia. Dia berpandangan elemen kekuasaan, terlebih figur aktif dalam pemerintahan yang ikut campur dalam persoalan partai, menjadi preseden buruk bagi kesehatan partai politik di Indonesia.

"Kisruh Partai Demokrat adalah musibah bagi demokrasi, demokrasi hanya akan sehat ketika partai politiknya sehat. Bahwa ada perpecahan dan faksi dalam partai politik sesuatu yang niscaya, tetapi ada elemen kekuasaan apa lagi figur masih aktif masuk campur dari luar maka ini akan menjadi preseden yang sangat buruk bagi kesehatan partai politik di Indonesia dan otomatis kesehatan demokrasi di Indonesia," ujarnya.


Diberitakan sebelumnya, Din Syamsuddin mempertanyakan apakah ada campur tangan Presiden Joko Widodo dalam KLB yang menetapkan Moeldoko sebagai ketua umum tersebut. Moeldoko sebelumnya berkali-kali menyatakan jangan menyeret-nyeret Jokowi dalam kasus KLB PD.

Jika Jokowi mengizinkan, menurut Din, patut ditelisik adanya intervensi pemerintah dalam kasus KLB PD. Namun, jika tidak, Din menyarankan agar Moeldoko dipecat.

"Penting untuk dipertanyakan apakah keterlibatan Jenderal (Purn) Moeldoko pada KLB tersebut sudah seizin Presiden Joko Widodo sebagai atasannya atau tidak? Jika Presiden Joko Widodo mengizinkan atau memberi restu, maka dapat dianggap presiden telah mengintervensi sebuah partai politik dan merusak tatanan demokrasi," ucapnya.

"Jika beliau tidak pernah mengizinkan, maka Jenderal (Purn) Moeldoko layak dipecat dari KSP karena merusak citra presiden, dan jika dia memimpin partai politik maka akan mengganggu pelaksanaan tugasnya sebagai KSP," imbuh Din.

Sementara itu, Tenaga Ahli KSP Ali Mochtar Ngabalin menjawab Din. Dia meminta Din tidak ikut campur soal itu.

"Soal urusan nanti mau diangkat, diberhentikan, itu bukan urusan kita, itu urusan presiden, nggak usah terlibat-terlibat, itu bukan urusan kalian," kata Ngabalin ketika dihubungi, Senin (8/3/2021).

Lagi pula, menurut Ngabalin, keikutsertaan Moeldoko dalam KLB Partai Demokrat itu urusan pribadi. Setiap orang berhak, kata Ngabalin, berhak menentukan sikap.
"Itu (urusan) pribadi, kan yang diangkat Moeldoko bukan kepala kantor staf presiden, masa sih dia punya latar belakang militer sama seperti AHY, kemudian dia bermetamorfosis dengan dunia politik masuk sana masuk sini, siapa sih yang urus, ya dia orang dong," ujarnya.

Ngabalin menekankan urusan setiap orang untuk bersikap itu diatur dalam undang-undang. Dia menyarankan agar Din tidak terlalu mengurusi hal itu.
"Ada tiga hal, tolong dikabarkan ke Pak Din, kita sadar bahwa Undang-Undang Dasar 1945 memberikan jaminan atas hak setiap individu dalam berpendapat, bersikap, dan menentukan hak politiknya kenapa harus pertanyaan itu muncul. Coba libat UU turunannya No 9 tahun 98 tata cara orang dalam bersikap mengemukakan pendapat. Apakah urusan yang terkait dengan orang datang menanyakan, meminta Pak Moeldoko, beraudiens, kemudian berencana KLB, kemudian meminta Pak Moeldoko menjadi ketum. Apakah itu bukan hak pribadi beliau?" ucapnya.

"Jadi saya kira baca duli deh UU yang banyak, baca dan pahami nggak usah grasak-grusuk komentar-komentar yang bisa menyesatkan orang banyak, urus saja Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia itu, atau kalau nggak bantu sana Demokrat supaya menyelesaikan urusan internalnya, nggak usah suruh-suruh presiden pecat-pecat orang," lanjut Ngabalin.


Opini dari Sobat Cebong Gurun:

Kader PKS pernah kudeta Anis Matta emoticon-Big Grin
Dulu si imin tetap bisa jadi mentri tuh. emoticon-Big Grin
emoticon-Traveller
Diubah oleh daddydaddydoo 09-03-2021 04:27
gabener.edanron_jeremyovgossard
ovgossard dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.4K
25
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.