sumber

Istilah sumbu pendek pasti sudah tidak asing lagi di telinga GanSist, ini adalah perumpaan bagi mereka yang mudah tersulut emosinya. Sumbu pendek ini bukan hanya baper loh, GanSist, ini lebih bar-bar lagi berujung anarkis. Sumbu pendek ini dipenuhi oleh amarah, segala cara digunakan untuk meluapkan emosinya. Tak peduli dengan perasaan orang lain, penting hati puas.

Ibarat sebuah petasan yang memiliki sumbu, makin pendek sumbunya maka tidak ada waktu untuk berpikir jernih, sehingga petasan akan cepat meledak. Beda halnya dengan petasan yang bersumbu panjang, maka akan ada waktu berpikir sebelum meledak. Istilah inilah yang dijadikan acuan buat masyarakat yang mudah tersulut emosi tanpa mau terlebih dahulu mencari kebenarannya. Maka, jangan heran jika media sosial selalu riuh dan ricuh karena media sosial tempat menjamurnya berita-berita hoax.

sumber
Masyarakat sekarang banyak yang bertindak di luar nalar, baik di media sosial maupun di dunia nyata. Di media sosial kita ambil contoh akan terjadi adu bacot, adu argumen yang tak berdasar, hingga berujung rasis.

Sedangkan di dunia nyata tak jarang kita temui maling yang tertangkap basah, dikeroyok, dihajar massa, hingga berakhir pembakaran. Tak ada sedikit pun empati di sana. Di mana ada yang dengan sukarela dan semangat 45 mengabadikan kejadian tersebut lewat jepretan atau rekaman video di ponselnya. Meskipun ada yang berpikir waras, ia akan kalah oleh jumlah, dan berujung pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Ada juga supporter bola yang bertindak anarkis terhadap supporter lainnya yang berujung kematian. Hanya karena beda pilihan, loh, GanSist. Miris, tapi itulah realita yang sering kita jumpai.

Masyarakat sumbu pendek ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor.

1. Pendidikan

Pendidikan agama, moral, hingga pendidikan akademik. Pendidikan agama sudah pasti itu merupakan pondasi utama sebagai makhluk sosial. Di mana ia harus bisa membedakan baik buruknya perbuatan dan akibat yang akan ditanggungnya jika melanggar. Pendidikan moral dan prilaku juga berperan penting dalam membentuk pribadi seseorang. Sedang pendidikan akademik bisa menentukan pola pikir seseorang. Bukan berarti orang dengan pendidikan akademik rendah maka pola pikirnya juga sama, bukan. Ambil contoh, orang yang dengan pendidikan akademik paling engga sedikit banyak taulah tentang hukum asas praduga tak bersalah. Namun, itu kembali lagi ke oknumnya sih.

2. Tekanan Ekonomi

Kehidupan tetap harus berjalan, suka atau tidak suka dengan beban hidup yang ditanggung. Kesulitan ekonomi banyak membuat orang-orang mengambil jalan yang salah dan berakibat fatal. Kebutuhan pangan, bayar kontrakan, bayar listrik, tagihan sekolah, dan tetek bengek lainnya yang kadang membuat napas seketika sesak memikirkannya. Stres pasti! Maka ketika ada momen untuk melampiaskannya, tanpa pikir panjang akan diluapkan semua amarahnya.

3. Lingkungan

Ruang lingkup seseorang sedikit banyak mempengaruhi kehidupan seseorang. Yang paling berperan penting adalah lingkungan keluarga. Ajarkan sejak dini tentang kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, berempati dengan orang lain, dan juga tidak memaksakan kehendak. Banyak orang tua yang sadar atau tidak telah menjerumuskan anak-anaknya ke arah negatip. Misal, ketika sang anak meminta sesuatu apalagi jika sudah mengamuk, maka dengan sekuat tenaga orangtua akan mengabulkannya. Semua permintaan terpenuhi, jika tidak anak akan tantrum. Bibit-bibit sumbu pendek sudah tertanam sejak dini.

Mungkin GanSist punya pendapat lainnya? Tetap santuy dalam berpendapat

Ane pamit undur diri, jumpa lagi di thread ane selanjutnya. Tetap semangat dan bahagia selalu