si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
SA-2 Guideline, Rudal Darat ke Udara yang Dipilih Soekarno Sebagai Perisai Ibukota
Pada era kepemimpinan Presiden Soekarno atau biasa disebut sebagai Orde Lama, kekuatan militer Indonesia cukup disegani, berbagai alutsista dari Blok Barat maupun Timur sudah pernah dioperasikan pada masanya. Salah satu yang menarik pada masa Soekarno adalah hadirnya rudal pertahanan udara (hanud) yang bernama SA-2.

Rudal jenis SAM (Surface-to-Air-Missile) ini cukup kondang pada masanya, rudal tersebut dibuat oleh Uni Soviet untuk menjatuhkan pesawat pembom dan mata-mata semasa Perang Dingin yang sering berseliweran di langit Soviet. Dan entah bagaimana caranya Indonesia yang termasuk negara non-blok bisa memiliki rudal ini ? TS akan coba membahas rudal yang sudah dapat cap battle proven tersebut, seperti biasa dimulai dari sejarahnya.



SEJARAH

Program pengembangan rudal permukaan ke udara yang dilakukan oleh Uni Soviet ini adalah sebagai tindak lanjut atas dibuatnya pesawat pembom oleh Amerika. Pada era 1950-an, Paman Sam membuat pesawat pembom B-47 Stratojet yang didukung oleh pesawat pengisian bahan bakar udara untuk memperluas jangkauan terbangnya jauh ke wilayah Uni Soviet. Pada perkembangannya Amerika juga membuat pesawat pembom baru yang bernama B-52 Stratofortress yang punya jangkauan dan muatan yang lebih besar dari B-47.

Hadirnya generasi pesawat pembom tersebut tentu membuat Uni Soviet merasa cemas, jika sewaktu-waktu terjadi perang maka hadirnya B-52 akan menjadi ancaman yang serius bagi negara komunis tersebut. Sebenarnya pada era 1950-an Uni Soviet punya rudal hanud yang bernama S-25, akan tetapi rudal ini bersifat statis.

Salah satu kelemahan sistem rudal hanud statis adalah tidak dapat memberikan kawalan terhadap pasukan darat dalam medan tempur yang berubah secara dinamis. Sementara kemampuan berpindah atau bergerak dari rudal hanud yang bersifat dinamis dapat memberi keuntungan seperti mudah dipindah untuk menghindari serangan musuh dan pelaksanaan serangan kejutan dari tempat yang tidak terduga. Biaya konstruksi sistem hanud bergerak juga lebih murah dari sistem statis karena tidak membutuhkan pembangunan tempat permanen untuk para operator sistem rudal.




Rudal SA-2 milik Indonesia dalam sebuah parade militer di Istora Senayan, jadi perisai udara Ibukota pada masanya.

Ilustrasi: yanuaridho.wordpress.com


Untuk melengkapi sistem hanud S-25, maka Uni Soviet meluncurkan sebuah program pengembangan rudal baru pada tahun 1953. Tepatnya pada tanggal 20 November 1953, diterbitkan Dekrit Dewan Kementerian Uni Soviet No. 2838-1201 tentang Pembuatan Sistem Senjata Peluru Kendali Anti-Pesawat Bergerak untuk melawan pesawat musuh. Sistem hanud baru ini dirancang untuk menghancurkan target dengan kecepatan hingga 1.500 km/jam pada ketinggian hingga 20 km. Massa peluru kendali tersebut diminta tidak melebihi dua ton.

Biro desain KB-1 dari Kementerian Pembangunan Permesinan ditunjuk sebagai pengembang utama dari senjata baru ini, dipimpin oleh A. A. Raspletin. Lembaga ini bekerja pada pembuatan perlengkapan rudal, penerima kendali komando, transponder, antena, autopilot, gir pengendali, dan stasiun pemandu rudal.

Sementara itu di saat yang bersamaan, Biro KB-2 yang dipimpin Pyotr D. Grushin bertugas mengembangkan rudalnya, dengan tujuan menembak jatuh pesawat berukuran besar, tidak bermanuver, dan terbang tinggi. Kemudian untuk produksi massalnya dilakukan oleh Lavochkin OKB.




Rudal yang dibuat Uni Soviet dipajang di National Museum of Military History, Sofia, Bulgaria.

Ilustrasi: wikipedia.org


Program rudal hanud baru ini berfokus pada produksi rudal yang dapat menjatuhkan pesawat besar, tidak bermanuver, dan tidak terbang tinggi. Karena itu rudal tidak perlu bermanuver tinggi, hanya cepat dan mampu menahan serangan balasan pesawat. Untuk membuat senjata dengan spesifikasi seperti itu, maka pengembangan berlangsung dengan cepat dan pengujian dimulai beberapa tahun kemudian.

Empat tahun waktu yang diperlukan insinyur Uni Soviet untuk mengembangkan sekaligus membuat rudal hanud ini, rudal tersebut kemudian resmi diperkenalkan pada tahun 1957. Penampilan perdananya di depan publik terjadi saat ditampilkan pada parade May Day tahun 1957 di Moskow, Uni Soviet kemudian memberi nama resmi rudal hanud ini sebagai S-75 Dvina.Sementara pihak NATO yang mengetahui kemunculan rudal ini memberi nama kesayangan SA-2 Guideline.




Ilustrasi Foto: Miroslav Gyűrösi.


Penyebaran skala luas S-75 dimulai pada tahun 1957, dengan berbagai peningkatan selama beberapa tahun berikutnya. Selain digunakan Uni Soviet, sistem hanud ini juga dipakai oleh negara yang punya hubungan dekat dengan mereka. Dalam operasionalnya, SA-2 digunakan pada tahun 1957 oleh resimen PVO-Strany dan ditempatkan di dekat kota Sverdiovsk.

Sebenarnya S-75 Dvina tidak dimaksudkan untuk menggantikan rudal permukaan-ke-udara S-25 yang berada di sekitar Moskow, akan tetapi S-75 menggantikan senjata anti-pesawat ketinggian tinggi, seperti KS-30 130 mm dan KS-19 100 mm. Antara tahun 1958-1964, intelijen AS menemukan lebih dari 600 sistem hanud S-75 di Uni Soviet.



Rudal SAM yang Battle Proven

SA-2 sendiri memiliki berat 2.3 ton, panjang 10.6 meter serta diameter 0.7 meter. Dengan bobot hingga 2.3 ton, daya jelajah rudal ini terbilang fantastis dengan jangkauan efektif mencapai 45 km. Sementara kecepatannya adalah Mach 3.5, hal tersebut menjadikannya tergolong sebagai rudal udara jarak jauh pada masanya.

Sebuah keberuntungan karena negara kita pernah memiliki rudal hanud dengan kecepatan yang fantastis ini, mengingat Indonesia waktu itu belum pernah memiliki rudal darat ke udara dengan kecepatan sampai Mach 3 (3 kali kecepatan suara). Meski termasuk rudal kelas berat, proses peluncuran SA-2 bisa dilakukan dengan cepat bila telah mengunci sasaran.

Saat pertama diaktifkan, yang menyala adalah engine booster selama 4 sampai 5 detik, kemudian engine utama akan aktif selama 22 detik dengan kecepatan sampai Mach 3,5 serta tingkat akurasi 65 meter. Selain unggul dalam daya jelajah dan kecepatan luncur, jangkauan ketinggian SA-2 pun termasuk tinggi, yakni bisa mencapai 20.000 meter.

Daya hantam SA-2 juga cukup menakutkan pada masanya, dengan dibekali hulu ledak high explosive fragmentasi seberat 200 kg. Dengan spesifikasi seperti itu, rudal hanud ini merupakan salah satu senjata yang bisa menjatuhkan pesawat mata-mata seperti U-2 Dragon Lady.




Ilustrasi Foto: Miroslav Gyűrösi


Meski punya spesifikasi yang menakutkan pada masanya, SA-2 tidak cocok untuk menyergap pesawat yang terbang di ketinggian rendah dengan manuver tinggi. SA-2 adalah rudal untuk menghantam target pada ketinggian menengah dan tinggi yang bermanuver rendah, lebih cocok untuk menyerang pesawat pembom dan pesawat mata-mata.

Memiliki bobot yang besar, SA-2 bukan rudal yang bersifat mobile, platform peluncurannya menggunakan ground mounted. Sedangkan untuk pengiriman rudal menggunakan truk Zil-131. Walau SA-2 resminya tidak mobile, tapi bicara soal mobilitas, SA-2 bisa dipindahkan ke wilayah operasi lain dengan waktu penggelaran 7 sampai 24 jam. Selain itu ada kendaraan tambahan yang berfungsi sebagai stasiun kontrol dan radar.

SA-2 mengusung sistem conical scan, dengan 2 antena, satu mengukur azimuth (sudut putar dari arah barat sampai timur) dan satunya lagi elevasi. Sistem ini menghasilkan data pengukuran yang sedikit lebih lama. Hal ini menyebabkan SA-2 lebih rawan terhadap faktor alam, di mana RCS (Radar Cross Section) pesawat berubah ubah sesuai penampang yang dilihat radar.




Sistem radar dan stasiun kontrol yang melengkapi SA-2.

Ilustrasi Foto: Miroslav Gyűrösi.


Perubahan RCS tersebut bisa membingungkan radar serta menghasilkan pengukuran posisi sasaran yang salah, akibatnya bisa menyebabkan rudal meleset. Atas dasar tersebut, SA-2 di desain memiliki hulu ledak relatif besar (200 kg) untuk mengkompensasi error diatas.

SA-2 juga relatif lebih rawan terhadap jamming dengan teknik Inverse Gain seperti di Vietnam, kemudian pada perkembangannya SA-2 di Vietnam dan milik AURI diberi tambahan Optical Sight.




Tentara Vietnam Utara mempersiapkan SA-2 Guideline untuk ditembakkan.

Iluatrasi: Popperphoto/Getty Images


Tak butuh waktu lama bagi SA-2 untuk unjuk gigi di medan pertempuran yang sebenarnya, 3 tahun setelah resmi diperkenalkan SA-2 berhasil menembak pesawat mata-mata Amerika yang bernama U-2 Dragon Lady. Kejadian ini terjadi pada 1 Mei 1960, pesawat tersebut ditembak pada ketinggian 15.24 km.

Dalam insiden ini Uni Soviet berhasil menangkap pilot U-2 yang bernama Francis “Gary” Powers. Kejadian tersebut merupakan keberhasilan penembakan pesawat yang dipublikasikan secara resmi, sebenarnya setahun sebelumnya SA-2 sudah menembak jatuh pesawat lain. Pesawat pertama yang ditembak jatuh oleh SA-2 adalah pesawat pengintai ketinggian milik Taiwan yang bernama Martin RB-57D Canberra.

Pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal hanud SA-2 yang dioperasikan China di dekat Beijing, kejadian ini terjadi pada 7 Oktober 1959. Namun, keberhasilan ini tidak pernah dipublikasikan secara resmi untuk menghindari bocornya informasi terkait rudal SA-2. Rudal SA-2 milik China juga sukses menjatuhkan lima unit U-2 yang dioperasikan ROCAF (Angkatan Udara Taiwan). Bisa dibilang SA-2 (S-75 Dvina) merupakan momok menakutkan bagi pesawat mata-mata Amerika tersebut.




Rudal SA-2 dikirim menggunakan truk.

Ilustrasi: wikipedia.org


Kiprah SA-2 tak berhenti sampai disitu, SA-2 kembali unjuk gigi di Krisis Rudal Kuba. Disana lagi-lagi pesawat Amerika menjadi korbannya, U-2 Dragon Lady kembali menjadi sasaran empuk pada insiden ini. Mayor USAF Rudolf Anderson ditembak jatuh di Kuba oleh sebuah S-75 Dvina pada bulan Oktober 1962.

Rudal hanud ini kembali menunjukkan kehebatannya dalam Perang Vietnam, waktu itu Vietnam Utara meminta bantuan untuk melawan kekuatan udara Amerika. Karena sistem pertahanan udara mereka tidak memiliki kemampuan untuk menembak jatuh pesawat yang terbang di ketinggian. Setelah melakukan diskusi, Soviet setuju untuk memasok Vietnam Utara dengan S-75 Dvina.

Pada 24 Juli 1965,  sebuah pesawat F-4 Phantom USAF ditembak jatuh rudal SA-2 yang dioperasikan Vietnam Utara. Rudal hanud SA-2 terbukti efektif untuk merontokkan pesawat Paman Sam, selama Perang Vietnam SA-2 telah menembak jatuh 1.046 pesawat, atau 31% dari semua pesawat AS yang jatuh. Dalam perang tersebut, Uni Soviet mengirimkan total 95 sistem hanud S-75 Dvina dan 7.658 rudal ke Vietnam. Sebagian besar S-75 dikerahkan di sekitar area Hanoi-Haiphong selama Perang Vietnam.



SA-2 Sang Perisai Ibukota

Kedatangan SA-2 di Bumi Pertiwi merupakan bagian dari Operasi Trikora, dalam pertempuran yang melibatkan operasi udara yang menjadi target utama adalah Ibukota Indonesia. Maka dari itu Bung Karno mencari alutsista untuk menjadi Perisai Ibukota. Awalnya Bung Karno tertarik membeli rudal Nike buatan Amerika, kemudian beliau mengirim Mayor Kusudiarso pada April 1959 ke Amerika untuk melihat dari dekat dan menjajaki pembelian rudal Nike yang saat itu adalah rudal hanud paling modern.

Niat ingin membeli rudal tersebut ternyata ditolak pihak AS, Paman Sam tidak berkenan menjual Nike ke Indonesia yang saat itu tengah berselisih dengan Belanda. Saat di AS, Kusudiarso bersama Atase Udara RI di Washington, Kol. R. Soedjono hanya mendapat kesempatan untuk melihat demonstrasi penembakan rudal Nike dari kejauhan.

Kusudiarso kembali dengan tangan hampa, kemudian hal tersebut dilaporkan ke KSAU Suryadarma, yang lantas meneruskan ke Presiden Soekarno. Mendengar kabar penolakan Paman Sam menjual Nike ke Indonesia, Soekarno pun tak terima dan memerintahkan Jenderal A.H. Nasution ke Uni Soviet untuk membeli rudal hanud tandingan dari Blok Timur. Bung Karno menyebut pengadaan SA-2 ini sebagai “Proyek A“.




Ilustrasi: jabartribunnews.com


Setelah melewati beberapa proses, kemudian SA-2 mulai memperkuat pertahanan udara obyek vital di Indonesia pada awal dekade 1960-an. Dalam proses akuisisi rudal ini, TNI AU mengirimkan teknisi ke Uni Soviet untuk dilatih mengoperasikan rudal ini pada tahun 1962. Setiap teknisi yang belajar rudal tersebut dinamakan 'Naya'.

Sementara program pendidikan awak dan teknisi berjalan, di Tanah Air dilakukan persiapan mulai dari pembangunan hangar, shelter dan mess. Pada tahun 1962, seratus personel yang direkrut dari bintara yang bertugas di satuan-satuan radar AURI dikirim untuk belajar sistem rudal. Pendidikan itu dilaksanakan di Polandia, di sana pendidikan khusus bagi calon operator radar yang akan bertugas di skadron rudal dilaksanakan.




Pemasangan SA-2 pada Ground Mounted.

Ilustrasi: fas.org


Melalui Skep Men/Pangau Nomor 53 Tahun 1963 tanggal 12 September 1963, dalam rangka mempertahankan wilayah kedaulatan udara nasional, dilakukan pembagian unsur-unsur rudal hanud dalam pelaksanaan operasi. Unsur-unsur itu berada di bawah naungan Wing Pertahanan Udara (WPU) 100, membawahi 3 skadron peluncur dan 1 skadron teknik peluru kendali. Daftar skadron tersebut adalah sebagai berikut:

1. Skadron 101 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 di Cilodong.
2. Skadron 102 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 di Tangerang.
3. Skadron 103 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 di Cilincing.
4. Skadron Teknik 104 Penyiap Peluru Kendali di Pondok Gede.

Tiga skadron pertama merupakan skadron operasional, sementara Skadron 104 merupakan skadron penyiap yang bertanggungjawab menyiapkan rudal-rudal yang akan ditempatkan di ketiga skadron operasional.




Ilustrasi: Ilustrasi: yanuaridho.wordpress.com


Beberapa tugas WPU 100 Peluru Kendali antara lain mengatur, mengkoordinasikan dan memimpin langsung kegiatan dalam rangka pertahanan udara yang meliputi usaha penghancuran dengan peluru kendali terhadap sasaran-sasaran musuh/lawan, baik didalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia. Kedua adalah mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi latihan yang membawa semua kesatuan yang dibawahnya dalam keadaan siaga.

WPU 100 Peluru Kendali berpangkalan di Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Rencananya waktu itu juga akan ditempatkan di Bekasi dan Surabaya. Alasan memilih Surabaya, pertimbangannya karena di sana pusat Angkatan Laut. Namun, rencana tersebut urung terjadi.

Meski SA-2 milik Indonesia digunakan untuk memagari langit Ibukota, namun tak banyak cerita yang terjadi selama situasi genting tersebut. Karena Indonesia dan Belanda lebih suka menyelesaikan pertikaian waktu itu melalui meja runding. Walau tak sempat menembak jatuh pesawat musuh, akan tetapi rudal hanud ini 'nyaris' menembak jatuh U-2 Dragon Lady milik Amerika. Akan tetapi rudal tersebut gagal menembak target akibat Bung Karno tidak mengangkat telepon yang masuk dari Panglima Kohanud.




Personel AURI mempersiapkan SA-2.

Ilustrasi: Ilustrasi: yanuaridho.wordpress.com


Waktu itu anggota Skadron Peluncur 102 bersiaga seperti hari-hari sebelumnya. Namun, tiba-tiba keluar kabar yang mengejutkan, bahwa sebuah pesawat intai strategis U-2 Dragon Lady melintas di Teluk Jakarta. Karena pesawat yang dimaksud sudah masuk jarak tembak, maka kejadian itu segera dilaporkan ke Panglima Kohanud.

Menindaklanjuti laporan tersebut, Panglima Kohanud lantas melaporkan kepada Presiden lewat jalur ‘telepon merah’ untuk menunggu perintah selanjutnya. Waktu itu operator radar SA-2 sudah mengunci posisi U-2 Dragon Lady, sementara Skadron Peluncur 102 tinggal menunggu perintah untuk menembak.

Akan tetapi Bung Karno saat itu sedang tidak ada di tempat ketika telepon berdering dari Panglima Kohanud, karena RI-1 sedang tidak ada di tempat maka target yang sudah terkunci kemudian melarikan diri. Bagaimana jadinya jika Bung Karno berada ditempatnya dan mengangkat telepon waktu itu ? Kemungkinan Indonesia akan kembali meghadapi peperangan.




Truk Zil-131 yang pernah dipakai TNI AU untuk membawa rudal SA-2 pada masanya.

Ilustrasi: yanuaridho.wordpress.com


Rudal SA-2 sudah diproduksi sekitar 4600 unit dalam berbagai varian, sebagian besar penggunanya para negara sahabat Uni Soviet. Di lingkungan ASEAN, tercatat hanya Vietnam dan Indonesia yang juga pernah mengoperasikan rudal ini. Sebagai rudal yang dikendalikan lewat gelombang radio, SA-2 rawan menghadapi aksi jamming, untuk itu pihak Uni Soviet berhenti menggunakan rudal ini pada tahun 1980. Sementara Indonesia mempensiunkan SA-2 pada tahun 1983.

Pada masanya SA-2 ikut mewujudkan sebuah sistem pertahanan udara yang boleh dibilang canggih kala itu untuk Indonesia. Kekuatan AURI waktu itu juga dilengkapi pesawat tempur dari keluaraga MiG (MiG 15, 17, 19, 21), ditambah bomber legendaris sekelas Tu-16, menjadikan Angkatan Udara Republik Indonesia menjadi disegani di belahan bumi selatan pada dekade 1960-an.

Bagi agan dan sista yang ingin melihat wujud asli rudal SA-2 ini bisa mengunjungi museum Satria Mandala yang berada di Jakarta. Lokasinya berada di Jalan Gatot Subroto 14-16 Jakarta Selatan. Selain di Jakarta, rudal legendaris ini juga di pajang di Musem Dirgantara Mandala Yogyakarta. Museum ini lokasinya masih berada satu komplek dengan Pangkalan Udara TNI AU Adisucipto, Yogyakarta.




SA-75 (SA-2) di Museum Satria Mandala.

Ilustrasi: labskyhistoricalseeker.blogspot.com




S-75 (SA-2) di Museum Dirgantara Mandala.

Ilustrasi: intisari.grid.id



SA-2 Guideline (S-75 Dvina)

Negara Asal : Uni Soviet
Produsen : Lavochkin OKB
Berat : 2.300 kg
Panjang : 10,6 meter
Diameter : 0,7 meter
Tenaga Penggerak : Solid fuel booster dan liquid fuel upper stage operational
Hulu Ledak: 200 kg
Daya Jangkau : 45 km
Batas Ketinggian : 20.000 meter
Kecepatan : 3,5 Mach
Negara Pengguna: Uni Soviet, Mesir, Kuba, China, India, Vietnam, Indonesia dan masih banyak lagi emoticon-Peace



Spoiler for Video Tambahan:



Demikian sedikit nostalgia tentang SA-2, salah satu rudal legendaris yang pernah jadi perisai Ibukota kita tercinta. Semoga pembahasan kali ini bisa menambah wawasan baru untuk kita semua di bidang sejarah sekaligus alutsista. Jika agan dan sista menyukai tulisan ini jangan lupa untuk share, rate 5, komen serta cendolnya. Terimakasih sudah membaca tulisan ini dari awal sampai akhir, keep ngaskus emoticon-Angkat Beer




Referensi: 1.2.3.4
Ilustrasi: wikipdia.org, google image
Diubah oleh si.matamalaikat 20-02-2021 12:33
tien212700
SoupAyam
pulaukapok
pulaukapok dan 41 lainnya memberi reputasi
42
10.7K
95
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.