Pikiran ane melayang ke masa belasan tahun silam. Ketika ane masih memakai baju seragam biru putih. Kala itu masih kelas satu dan masih segitu bangga sekaligus noraknya sebagai murid SMP. Karena secara fisik kami nanggung, besar belum, tapi kecil sudah lewat. Membingungkan ya.

Oke skip. Ketika ada moment hari kemerdekaan, kami sebagai murid selalu antusias. Bagaimana bisa antusias? Yah karena biasanya banyak acara 17- an artinya tidak belajar, atau dikurangi jam pelajarannya, yeah! Ya wajar, walau kurang baik, guru saja ikut happy apalagi murid.

Acara 17 Agustus banyak ragam loh, dari lomba baris-berbaris, lomba menari, baca puisi, volley, menyanyi dan sejenisnya.

Salah satu acara yang cukup banyak pengikutnya dan memang harus banyak sih, adalah karnaval 17 agustus. Bisa dibilang karnaval adalah tema kolosalnya lomba 17-an karena melibatkan banyak peserta. Beberapa hari bahkan sampai tiga minggu sebelum hari H biasanya 16 Agustus ya, kami sudah sibuk mempersiapkan acaranya.



Jadi sekitar minggu akhir Juli, mulai ada pembagian 'peran' dalam karnaval tersebut. Ada yang menjadi presiden Soekarno-Hatta, Ibu Fatmawati, para pejuang, pemuda pemudi, ibu bapak tani, ibu bapak guru dan sebagainya. Biasanya sekitar tiga kelas perwakilan diajukan untuk berlomba dengan wakil dari sekolah lain.

Setiap hari kami 'dilatih' baris berbaris dan berjalan dalam kelompok secara rapi. Namanya juga masih abege kadang ga karuan kalau tidak dipersiapkan walau cuma sekedar berbaris.

Kalau tidak salah, waktu itu ane kebagian peran pemudi dari kalangan pelajar, berpakaian coklat-coklat pramuka. Banyak yang masuk kelompok ini ya. Memang banyak peminatnya soalnya simpel ga perlu kostum khusus, cukup pakai seragam sekolah pramuka hanya lebih lengkap saja, pakai topi dan sebagainya.

Biasanya agar seru dan bersemangat ada teman yang dijadikan top maskot karnaval SMP, dia laki-laki tetapi didandani cantik bermake-up pakai bedak, kebaya, jarit dan ...pake sanggul!

Ketika hari-H tiba, seperti biasa, mengelola anak SMP yang masih labil perlu kecermatan dan penanganan khusus serta kesabaran tinggi. Bapak Ibu guru petugas pendamping ada mendampingi di kanan kami dalam setiap kelompok.



Tujuannya selain kami tetap tertib berjalan sejauh sekian kilometer dalam karnaval juga menjaga keamanan anak didiknya juga, karena kami berjalan di jalan raya utama loh, banyak kendaraan umum lewat. Mereka khawatir jika kami lupa jalan sambil bercanda berlebihan dan kena keserempet kendaraan. Apalagi jika ada yang tiba-tiba sakit. Barabe kan.

Sepanjang perjalanan karena sudah menjelang siang tentu udaranya panas sekali, kami merasa haus. Beruntung masing-masing murid sudah membawa bekal minum botol masing-masing. Panitia pun menyediakan minuman di pos-pos pemberhentian.

Masyarakat biasanya antusias melihat karnaval ini. Mereka berjajar sepanjang jalan meneriakkan yel-yel merdeka. Kami pun semakin bersemangat saja. Ada bapak dan ibu murid yang juga kepoin anaknya sendiri-sendiri.

Seperti dugaan, selalu maskot karnaval kami yang jadi pusat perhatian, ditertawakan karena kegenitannya dalam berakting sebagai perempuan.

Yeah akhirnya kami sampai di lapangan luas tempat berkumpulnya semua peserta. Lumayan banyak dan keren-keren serta niat banget mereka memakai seragam karnaval. Kalau sudah begitu biasanya kami lumayan tidak percaya diri, merasa kalah dalam karnaval.



Hanya bapak ibu guru selalu besarkan hati kami, bahwa menang kalah itu bukanlah hal terpenting. Yang paling utama adalah kami dapat mengenang jasa pahlawan melalui partisipasi dalam karnaval sehingga bisa lebih menghargai dan bersyukur ketika mengecap manisnya kemerdekaan seperti saat itu dan berjuang dengan semangat 45 dalam pendidikan kami masing-masing demi masa depan. Yeah keren.