si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Tim Dassault Kunjungi Kemenhan, Akankah Indonesia Membeli Rafale ?
Hallo agan dan sista kembali lagi di forum Militer dan Kepolisian Kaskus, pada kesempatan kali ini TS mau update berita alutsista. Berita kali ini berkaitan dengan pengadaan jet tempur baru untuk TNI AU. Meski TNI AU dikaitkan dengan jet tempur Su-35 buatan Rusia, namun pada awal tahun 2021 ini justru jet tempur Rafale buatan Prancis kembali muncul ke permukaan untuk menjadi kandidat jet tempur baru.

Pada hari Kamis tanggal 11 Februari 2021 kemarin pihak Kemenhan RI mengkonfirmasi tentang kedatangan tim utusan dari pihak Dassault Aviation. Dassault sendiri adalah pabrikan pembuat jet tempur Rafale, berita kedatangan dua orang utusan tersebut juga sudah dipublikasikan di website resmi Kemenhan yakni kemhan.go.id.

Dirjen Pothan (Potensi Pertahanan) Kemhan Mayjen TNI Dadang Hedrayudha didampingi Dirtekindhan Laksma TNI Sri Yanto, S.T. menerima kunjungan dari Tim Dassault Prancis yang diwakili oleh Vice President business development, Jean Claude Piccirillo dan Vice President Offset Dassault, Michael Paskoff.




Saat kunjungan perwakilan Dassault ke Kemenhan.

Foto: kemhan.go.id


Dalam keterangan yang ditulis di website resminya, pihak Kemenhan mengatakan bahwa kedatangan dua perwakilan Dassault tersebut dalam rangka perkenalan perusahaan Dassault Aviation Prancis. Lebih lanjut dalam tulisan tersebut juga disampaikan bahwa Dirjen Pothan menyambut baik kedatangan Tim Dassault dalam rangka kerjasama akuisisi pesawat Tempur Multi Role Rafale produksi Dassault.

Dalam keterangan tulisan tersebut juga dituliskan bahwa Dirjen Pothan berharap kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Prancis banyak memberi manfaat bagi kedua belah pihak serta dapat memajukan industri pertahanan Indonesia.

Yang menarik dalam akhir tulisan di website Kemenhan tersebut terdapat kalimat seperti ini "Semua pihak berharap pembahasan Ofset pengadaan pesawat Rafale ini berjalan dalam suasana penuh kekeluargaan dan memberikan kemajuan di kedua pihak, serta segera dapat diwujudkan".

Lalu muncul pertanyaan di benak TS, apakah Indonesia benar-benar akan membeli Rafale untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger yang akan dipensiunkan ? Hal ini tentu masih menjadi tanda tanya, setelah kemarin Indonesia ditawari F-16 Viper dan F/A 18 Super Hornet sebagai pelipur lara karena tidak diberi izin membeli F-35. Datangnya perwakilan dari Prancis tersebut tentu hal yang mengejutkan.




Foto: kemhan.go.id


Kunjungan perwakilan Dassault Aviation ini kemungkinan adalah tindak lanjut atas kunjungan Menhan Prabowo Subianto ke Prancis pada tahun lalu. Seperti yang sudah banyak diberitakan di berbagai media, Pak Prabowo sendiri sudah dua kali mengunjungi Prancis. Kunjungan pertama beliau pada 13 Januari 2020, sementara kunjungan keduanya pada tanggal 21 Oktober 2020. Dalam kunjungan tersebut Pak Prabowo bertemu dengan Florence Parly, yang merupakan Menteri Pertahanan Prancis.

Dalam kesempatan itu, beliau membahas banyak hal, salah satunya kerjasama pertahanan antar kedua negara. Dari pemberitaan media lokal Prancis yaitu La Tribune, dalam pertemuan tersebut juga membahas tentang pembelian jet tempur Rafale. Diberitakan bahwa Prabowo berniat membeli 48 jet tempur Rafale dari Prancis untuk menggantikan jet tempur TNI AU yang sudah menua.

Namun, dalam artikel yang ditulis Times Indonesia (22/01/2020) Prabowo membantah rencana membeli 48 unit Rafale, beliau mengatakan bahwa Prancis yang menawarkan pesawat tersebut. Dalam keterangan yang lain, menurutnya ketertarikan pada pesawat tersebut hanya sebatas 'ingin'.




Ilustrasi: times.indonesia.co.id


Namun, pada Agustus tahun 2020 sebenarnya Pak Kemenhan telah menandatangani Letter of Intent (LoI)dengan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly. Dalam LoI tersebut, Kementerian Pertahanan Indonesia menyatakan minat untuk mengakuisisi beberapa jenis senjata. Selain Rafale, dalam LoI juga ada nama kapal selam Scorpene Class, rudal Exocet dan fregat La Fayette Class.

Perlu dipahami gan, bahwa LoI bukanlah perjanjian atau kontrak pembelian suatu produk, melainkan hanya sebuah pernyataan minat untuk mengakuisisi, sementara proses pembicaraan serta negosiasi masih harus dilakukan. Bisa jadi kedatangan perwakilan Dassault ada kaitannya dengan kelanjutan kesepakatan LoI yang diteken pada bulan Agustus tahun 2020.




Pak Prabowo Subianto saat bertemu Menhan Prancis Florence Parly.

Foto: Keduataan Besar RI untuk Prancis.


Pemberitaan pembelian Rafale dalam jumlah besar tersebut juga sempat menjadi sorotan Ibu Sri Mulyani yang menjabat sebagai Menteri Keuangan, beliau memperingatkan Kemenhan agar bijak dalam menggunakan anggaran. Menurut beliau dalam pembelian alutsista prosesnya harus dilakukan dengan efisien dan sesuai perencanaan yang matang.

Mungkin ada agan sista yang penasaran, berapa harga satu unit Rafale buatan Prancis sehingga membuat Ibu Menkeu ikut mengomentari pembelian pesawat tersebut. Website aircraftcompare menyebutkan bahwa satu unit Rafale dibanderol US$ 115 juta atau setara Rp1,6 triliun. Jika benar Indonesia membeli 48 unit, maka Indonesia harus merogoh kas negara sampai Rp 72 Triliun.

Sementara pesawat Su-35 yang direkomendasikan TNI AU untuk dibeli sebagai inventaris baru pesawat tempur dibanderol Rp 910 Miliar per unitnya. Rencananya TNI AU akan dibelikan 11 unit Su-35, diperkirakan 11 unit jet tempur tersebut berniali Rp 16 Trilun.
Namun, untuk pembelian Su-35 sendiri masih belum jelas apakah dilanjutkan atau tidak. Mengingat kontraknya sudah ditandatangani, ane berharap pembelian Su-35 tetap dilaksanakan.



Sekilas Tentang Dassault Rafale

TS sudah pernah membahas Rafale pada tahun lalu di Kaskus, mungkin disini ada agan sista yang kebetulan lupa-lupa ingat tentang pesawat dari Prancis ini maka TS akan sedikit mengulasnya pada thread ini. Rafale sendiri masuk jet tempur generasi 4.5, spesifikasinya memang tidak sehebat pesawat generasi 5 seperti F-35 buatan Amerika. Meski begitu dari segi harga dan biaya perawatan, Rafale lebih murah dari F-35.

Rafale sendiri ditenagai oleh dua mesin Snecma M88, mesin ini membuat pesawat mampu melesat hingga Mach 1,8 atau setara 1.912 km/jam dengan daya jelajah maksimal mencapai 3.700 km. Rafale memiliki panjang 15 meter serta tinggi 5 meter, Rafale sendiri juga memiliki varian pesawat untuk kapal induk yang diberi nama Rafale M.

Versi Angkatan Udara dibekali 14 hardpoint (cantelan) sementara versi Angkatan Laut dibekali 13 cantelan. Hardpoint tersebut dapat dipasangi berbagai senjata mulai dari rudal MICA untuk target jarak menengah, rudal Meteor untuk membidik target jarak jauh, rudal anti-kapal (AM39 Exocet), Laser-Guided Bom, HAMMER (Highly Agile and Manoeuvrable Munition Extended Range) senjata berpemandu presisi udara-ke-darat yang diperkuat roket serta 3 tangki bahan bakar eksternal. Untuk senjata internalnya adalah meriam otomatis NEXTER 30M791 30 mm dengan 2500 butir peluru.




Ilustrasi: dassaultaviation.com


Yang menjadi ciri khas Rafale adalah sayap delta dengan canard (sayap kecil) di bagian depan, selain itu ada probe (corong) yang dipasang di sisi luar sebelah kanan. Probe tersebut digunakan untuk keperluan isi ulang bahan bakar via udara.

Selain itu yang menjadikan keunikan Rafale adalah pesawat ini mampu mengisikan bahan bakar kepada sesama jet tempur Rafale, hal ini biasanya dilakukan ketika dalam sebuah misi, pesawat tanker yang bertugas mengisi bahan bakar tidak dapat mendekat untuk melakukan isi ulang bahan bakar. Proses isi ulang kepada sesama jenis Rafale ini disebut sebagai buddy to buddy refueling ada juga yang menyebutnya sebagai buddy to buddy.

Pada sisi avionik Rafale dilengkapi berbagai sistem dan radar mulai dari radar AESA, IR missile, EWS spectra, data link, sistem IFF, optronics FSO+IFF serta C4ISR/C2. Sistem avionik tersebut tergabung dan diolah dalam satu komputer inti yang akan menghasilkan tracking system. Hasil dari pengolahan data tersebut kemudian ditampilkan melalui display dan network.




Isi ulang bahan bakar sesama jenis emoticon-Big Grin

Ilustrasi: dassaultaviation.com


Menjual Rafale ke Indonesia merupakan tantangan yang berat untuk Dassault, pada tahun 1986 Dassault Aviation pernah menawarkan produk pesawatnya ke Indonesia. Saat itu mereka menawarkan Dassault Mirage 2000, namun karena Indonesia pada masa Orde Baru lebih dekat ke Amerika, maka Indonesia dibawah pimpinan Si Bapak Tersenyum lebih memilih F-16 daripada Mirage 2000. Selain Prancis, Rafale sudah digunakan oleh India, Mesir serta Qatar.

Sebenarnya Rafale sudah 3 kali singgah di Indonesia dalam kegiatan yang berbeda. Kehadiran pertamanya pada Maret 2015, AU Perancis (Armée de l’Air) sempat mendemonstrasikan kebolehan manuver jet tempurnya di langit Halim. Kemudian tanggal 19 Agustus 2018, tiga Rafale varian B (kursi ganda) AU Perancis kembali singgah di Halim Perdanakusuma, Rafale datang ditemani pesawat angkut berat Airbus A400M yang 'katanya' juga diminati oleh pemerintah.

Kedatangan empat pesawat tersebut merupakan bagian dari Misi Pegasus 2018 untuk mengunjungi pangkalan udara negara sahabat yang ada di Benua Asia. Melalui misi ini, AU Perancis juga ingin menampilkan kemampuan tempur pesawat mereka. Kedatangan terakhir Rafale ke Indonesia terjadi pada 18 Mei 2019. Saat itu tujuh Rafale varian M (untuk kapal induk) Angkatan Laut Perancis melakukan pendaratan darurat di Lanud Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, lantaran cuaca buruk.




Saat Rafale mendarat di Aceh Besar.

Foto: Dokumentasi Lanud Sultan Iskandar Muda


Seandainya Indonesia membeli Rafale, hal ini akan menjadi hal yang bersejarah bagi dunia kedirgantaraan Indonesia. Karena selama ini Indonesia dikenal menggunakan pesawat tempur buatan Paman Sam, dan bisa jadi karena maju mundurnya proses pembelian Su-35, kemungkinan Dassault untuk menjual produknya ke Indonesia masih sangat terbuka lebar.

Tentu kita berharap Kemenhan membeli pesawat yang terbaik bagi TNI AU, karena saat ini jet tempur TNI AU sudah sangat tertinggal. Australia akan segera mengoperasikan F-35, sementara Singapura dikabarkan juga akan membeli pesawat tempur generasi 5 ini. Untuk mengimbangi kekuatan udara dua negara tersebut, setidaknya TNI AU harus memiliki pesawat generasi 4.5 seperti Rafale atau Su-35 yang harganya masih bisa dijangkau oleh kas negara.

Kalau menurut rekan-rekan Kaskuser sekalian apakah Dassault Rafale sudah ideal untuk menjaga langit Indonesia menemani Su-27 (Flanker) ? Silakan isi votenya serta jangan lupa komen juga ya emoticon-Shakehand2




Ilustrasi: dassaultaviation.com


Demikian sedikit update berita militer dalam negeri, semoga bisa menambah wawasan baru serta perkembangan alutsista dalam negeri. TS mau undur diri dulu, terimakasih bagi agan dan sista yang sudah membaca tulisan ini dari awal sampai akhir. Jika kalian menyukai tulisan ini jangan lupa untuk rate 5, share, cendol serta komen. Keep ngaskus emoticon-Angkat Beer



Referensi: 1.2.3.4.5.6.7
Ilustrasi: google image, dassaultaviation.com, kemhan.go.id
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 16 suara
Apakah Dassault Rafale sudah ideal untuk Indonesia ?
Sudah ideal gan, TNI AU butuh jet tempur generasi baru
69%
Tidak ideal gan, harganya sangat mahal
31%
Diubah oleh si.matamalaikat 15-02-2021 04:59
m4ntanqv
tien212700
feraldi2001
feraldi2001 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
12.1K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.