kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
Aku harus bagaimana? Hidup Sebatang Kara & Dihina Tetangga Karena Miskin
NOTE: Kisah Nyata dari rekan kerja TS kutilkuda. Fakta. More Info DM aja

Satu tahun ini aku hidup sebatang kara di rumah ini. Ayahku meninggal dua tahun lalu karena penyakit tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan total dalam waktu satu bulan. Ibuku meninggal dunia di awal tahun lalu karena stroke yang menyerangnya untuk kedua kalinya. Kematian kedua orang tuaku ternyata membawa kisah hidupku menjadi semakin buruk karena aku memasuki kondisi dimana aku hidup sebatang kara di dunia ini.

Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Aku saat ini 27 tahun dan adekku meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku SD. Ia meninggal karena kecelakaan yang menimpa rombongan anak sekolah dasar yang berangkat piknik ke Malang di tahun 2008. Kematian adekku membawa suatu kesedihan besar dalam kisah hidup ayah dan ibuku. Tetapi saat ini, aku yang merasakan kepahitan karena harus menghadapi realita bahwa ayah dan ibu juga menyusul adek ke pangkuan Sang Pencipta. 

Dalam kondisi yang penuh dengan sepi dan kesedihan ini, ditambah masa covid yang memaksa kita untuk tetap tinggal di rumah membuat ku semakin merasa dunia ini benar benar hancur dan tidak ada rasa bahagia sama sekali. Jujur keuangan ku juga mengalami kehancuran setelah ibu meninggal. 

Setelah ibu meninggal, saudara dari ibu menggugat tanah tempat tinggal kami dengan alasan sudah dijual ke pemilik toko besi dengan surat sertifikat resmi. Entah bagaimana kisahnya ia bisa mendapatkan surat sertifikat itu dan secara jelas bahwa rumah kami sudah diambil alih pemilik toko itu. Ia berkata bahwa ayah sudah menandatangani perjanjian bisnis bahwa ketika kedua orang tua meninggal, maka rumah ini milik toko besi. Ternyata ada hutang dari orang tuaku dan rumah ini sebagai jaminannya. 

Akhirnya di bulan puasa 2020, aku pergi dari rumah yang kami tempati selama 13 tahun terakhir. Hilang semua kenangan kisah remaja dan kebahagiaan bersama ayah dan ibu di rumah itu. Aku pun mencari kost di kota dekat tempat ku bekerja. Aku bekerja sebagai karyawan swasta di suatu perusahaan di kota. Aku tidak punya tabungan sama sekali. Uang ku habis untuk pengobatan ayah dan ibu selama mereka hidup. Dan akhirnya aku hidup mengandalkan gaji ku tiap bulannya demi bisa memenuhi kebutuhan sehari hari. 

Disaat kondisi berat dan berduka karena hidup sendiri, akupun diputuskan pacarku. Ia seorang gadis yang berusia satu tahun lebih tua dariku. Ia bekerja sebagai staff di satu bank swasta. Tetapi ia malah meninggalkanku disaat aku memulai hidup sendiri sebatang kara dan tidak punya apa apa. Aku terima kenyataan pahit ini dan menjalani hidupku apa adanya. Motor kujual, handphone ku jual dan komputer juga ku jual demi bisa mencukupi kebutuhan hidupku. Apalagi kondisi covid ini membuat gajiku dipotong 50%. Benar benar menyakitkan hatiku. Rasa nya hidup seperti jatuh ke dalam jurang. 

Nah karena aku tidak bisa membayar kost, aku pulang ke rumah nenekku yang berjarak 50 km lebih dari kota. Aku naik bus trans dengan biaya murah untuk PP kerja. Rumah nenekku berada di desa, rumah tua dan tidak ada yang menempati. Awalnya aku tidak menempati rumah itu karena saudara saudara ayah masih merebutkan rumah itu. Tetapi tidak ada keputusan hingga 10 tahun setelah nenek dan kakek meninggal hingga rumah ini menjadi kosong dan layaknya rumah hantu. Saudara ayah semua merantau, baik di Kalimantan, Jakarta dan Surabaya. Tidak ada saudara di desa ataupun di kecamatan ini. Daripada aku tidak bisa membayar kost, maka kuputuskan pulang ke kampung agar lebih hemat dan ada tempat tinggal. Meski sudah reyot, kayunya tua dan dinding kusam, aku tetap merawat rumah itu.

Ternyata masalah muncul kembali. Menyakitkan hati dan membuat ingin berontak. Tetangga sebelah rumah ku itu seorang yang bisa dibilang kaya. Ia bekerja sebagai PNS di kantor pemerintahan. Anaknya pertama sudah menikah dengan seorang "berseragam", anak kedua juga sudah menikah dengan dokter di Jakarta, sedangkan anak ketiga seumuran denganku. Anaknya bekerja di Jakarta juga sebagai pegawai kantoran. 

Awalnya biasa saja, tetapi sering ia ngobrol dan memamerkan kesuksesan anaknya. Tetapi aku menanggapi dengan positif. Mungkin ia terlalu bangga dengan anaknya. Tetapi makin kesini makin menjadi. Kemarin senin, sepulang kerja ada mobil diparkir depan pintu masuk rumahku. Mobil HRV warna hitam. 

Saat aku pulang, bapak itu keluar dan berkata:

"waduh maaf ya mas mobilnya nutupin ya. bentar biar calon mantu saya majukan mobilnya"

aku menjawab," oh iya pak, tidak apa apa. Mobilnya bersih sekali pak, rajin dibersihkan ya". 

Aku berkata seperti itu untuk basa basi saja sih. Tetapi dengan PD nya bapak ini menjawab:

"iya mas, ini mobilnya mahal 100 juta lebih, mas pasti gak bisa beli. Ini mobil calon mantu saya, kerjanya di pertambangan mas, Gajinya gede dan sukses. Seumur mas kan ya.. beda gak kayak mas".

Dua hari setelahnya, ia membeli ayam banyak sekali dan berkehendak membuat peternakan kecil. Tetapi karena rumah nenekku tua dan tidak bagus, tidak ada pagar, dengan mantapnya ia letakkan ayam ayam itu menempel di dinding rumahku. Ia berkata," mas, kan rumah ini rumah nenek, dan ini juga tanah masih bersama, jadi saya taruh ayam ayam saya di sini ya nempel dekat rumah nenek, hanya 2 meter ke belakang kok".

Aku menjawab," e tapi nanti kotor tidak ya pak?"

baru satu kalimat menjawab, tetapi istrinya langsung menyambar dengan amarah besar. "Sudah nebeng sok bersih lagi.. Heh kamu ini jaka tua, gak laku, miskin lagi. Selama ini rumah ini saya yang jagain dari kamar saya. Keluarga mu juga gak berisik selama ini. Setelah kamu dateng aja sok sok an dibatasi, sok sok an bersih. Makan aja susah kan kamu..."

Aku hanya terdiam dan menjawab dengan tenaga yang tidak kuat," tidak usah ngegas bu, saya paham kok kondisi saya". Aku langsung masuk ke rumah dan tidak peduli lagi apa yang mereka katakan. Ayam-ayam itu pun dipasang nempel dengan dinding, ditambah bau dan berisik yang tidak terkendali setiap waktu. Pintu terbuka saja baunya tidak tertahankan. Bau kotoran ayam. Bayangkan saat ada mobil ayam potong, baunya saja tidak enak kan. Nah ini, nempel di dinding kayu rumah nenek. Aku benar benar tidak tau harus bagaimana. Foto rumah nenekku mirip mirip seperti foto rumah ini (gambar). 

Semenjak itu ia selalu menggunjingkan aku dengan ibu ibu lainnya. Dibilang tidak ada jodoh, banyak utang, miskin, gagal dan dikira sakit jiwa karena tiap malam ngomong sendiri. padahal aku sedang telpon dengan teman teman kuliah ku dulu untuk memecah kesepianku.

Rasanya seketika drop dalam pikiran. Sebegitunya kah hidup di desa. Miskin dihina dan tidak dihargai. Apa karena aku yang terlalu baper atau memang mereka yang tidak mengharga keberadaanku. Jujur aku merasa sangat rendah diri dan gagal dalam hidup.

Semoga saja gajiku bisa kembali 100% dan syukur syukur ada kenaikan, supaya aku bisa kost dan pergi dari sini.  Aku sudah sangat lelah dengan hidupku. Usia 28 tahun di 2021 ini, tapi masih gak punya apa apa. Dihina dan tidak dianggap. Ingin pergi tapi pergi kemana. Hidup sendiri dan sebatang kara, tidak ada yang membela dan melindungi. 

Menurut teman teman kaskusers semua, apa yang harus kuperbuat menghadapi kondisi ini? 

Terimasih. 

Dimas, jawa tengah.



Quote:
Diubah oleh kutilkuda1202 17-05-2021 12:35
nomorelies
p.a.c.o.l
jazzcoustic
jazzcoustic dan 14 lainnya memberi reputasi
15
3.2K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.