Indonesia bukan anak kemarin sore, Presiden yang sering dinyinyirin rakyat karena perseteruan politik dengan membawa identitas agama dan isu tentang palu arit terhadap lawn politiknya membuat rakyat terdiam ketika pemerintah bereaksi, TNI dan Polri satu gerak satu narasi.

Satu persatu ormas yang bertentangan dengan kehidupan masyarakat yang heterogen harus masuk kotak, dan hilang bagai debu.

Walau pemerintahan saat ini tidaklah sempurna tapi cukup berani membuat keputusan ketika Uni Eropa mulai memperhitungkan Indonesia di kancah ekonomi dunia. Maka tak heran para penganggu yang merongrong kebhinekaan bangsa selalu saja diberikan panggung kini saatnya masuk lumbung.



Persatuan Indonesia seringkali diacak-acak dengan adanya pemberontakan seperti yang terjadi di Papua. Untuk itu kita sebagai rakyat jangan bodoh dan percaya dengan politik adu domba, bahasa-bahasa rasis sering di dendangkan. Padahal itu sangat berbahaya, seakan dibentrokan antar suku, ras dan agama.

Ini tak lepas dari pilihan Indonesia secara perlahan mulai melawan kepada bangsa lain yang dahulu senang dengan kekayaan alam Indonesia baik hasil laut, tambang dan juga barang non migas yang bersifat barang mentah.

Seperti ketika Indonesia melarang ekspor Nikel di tahun 2020, alasannya cukup masuk akal. Tambang nikel di Indonesia tambah lama akan defisit, bila di ekspor secara mentah maka sudah berjalan setahun ekspor nikel dibentikan.



Lantas baru-baru ini uni eropa kembali menggugat Indonesia atas dilarangnya ekspor Nikel ke WTO, menjadi hal yang lucu ketika Sawit mereka tolak dan bikin Indonesia rugi kini giliran mereka rugi malah menggugat, inilah negara yang sudah terbiasa menjajah maunya untung terus.

Kalau mau win solution perusahaan eropa yang butuh nikel bisa menjadi investor dan tanamkan modal di Indonesia, untuk mengolah dan mengekspor Nikel dan turunannya.



Tapi sebelum itu terjadi Indonesia sudah bergerak lebih dulu, bersama dengan LG Energy sudah menandatangani Momerandum of Understanding (MoU) untuk proyek baterai kendaraan listrik.

Bahkan nilai investasi yang dikucurkan tidak main-main, bisa dibilang cukup besar yang dikeluarkan LG yakni sejumlah 9,8 miliar Dollar Amerika Serikat, atau sekitar Rp 142 triliun.

Proyek pembuatan baterai mobil listrik ini bekerjasama dsngan 4 BUMN, yaitu PT Aneka Tambang, PT Pertamina, PT PLN, dan Inalum dan lokasinya berada di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah dengan luas 4.300 hektar.





Bagaimana eropa tidak ketar ketir bila kedepannya mobil listrik booming dan itu sudah menuju kepastian, maka Indonesia akan mengekspor barang jadi karena sebagai produsen baterai mobil listrik ke banyak pabrikan dunia, karena bahan baku dari baterai mobil listrik itu salah satunya Nikel.

Kita tahu baterai (Electric Vehicle/ EV Battery) bahan bakunya adalah nikel, alumunium, mangan, cobalt. Sedangkan 30% cadangan nikel dunia ada di Indonesia.

Akankah Indonesia akan seperti negara-negara arab, ketika mereka menjadi negara petrodollar karena menjual minyak mentah ke seluruh dunia?





Kita tunggu saja perkembangannya, infrastruktur kendaraan listrik juga sedang dibangun. Bila semua sudah siap, maka produsen otomotif dunia juga akan beralih memproduksi kendaraan listrik.

Lantas bagaimana dengan uni eropa?



Bagaimana tanggapanmu see u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2020
referensi : klik, klik,klik, klik
Pic : google