bungtak.selalu
TS
bungtak.selalu
Depok Tawarkan Pendirian Kampung Turki ke Dubes Indonesia
IHRAM.CO.ID, DEPOK -- Pemerintah kota Depok menawarkan pendirian Kampung Turki kepada Duta Besar Indonesia untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, dalam pertemuan daring, Jumat pekan lalu.

Dalam pertemuan yang diikuti Wali Kota Muhammad Idris dan Wakil Wali Kota Imam Budi Hartono, pemerintah kota Depok menilai Kampung Turki sangat menarik untuk mengenalkan masyarakat kepada bahasa dan budaya Turki, termasuk kuliner Turki.

"Kampung Turki juga akan mempererat kerja sama investasi dan perdagangan dengan Turki," kata Imam kepada Anadolu Agency.

Sebab itu pemerintah kota Depok berencana mengundang perusahaan Turki dan yayasan Turki untuk berkolaborasi mendirikan kampung Turki di Depok. Pasangan yang baru sehari ditetapkan sebagai kepala daerah terpilih itu juga menjajaki kerja sama investasi melalui Kedutaan Indonesia di Turki, antara lain kerja sama pembangunan infrastruktur maupun kawasan industri di kota Depok.

"Depok mengalami ledakan penduduk sehingga perlu layanan publik dan infrastruktur yang baik," kata Idris, dalam pertemuan tersebut.
Sedangkan di sektor perdagangan dengan Turki, pemerintah kota Depok menawarkan ekspor ikan hias dari kota itu yang selama ini sudah menembus pasar Eropa. Pada tahun ini, kata Idris, ekonomi Depok diperkirakan tumbuh sekitar 5 persen, dan pada 2022 dan 2023 di kisaran 6-7 persen.

"Ekonomi Depok banyak didorong oleh industri pengolahan dan jasa," kata Idris.
Dalam pertemuan Dubes Indonesia untuk Republik Turki, Lalu Muhamad Iqbal menyambut positif inisiatif pemerintah kota Depok menjajaki kerja sama. "Kami juga berkepentingan agar perdagangan Indonesia dengan Turki meningkat sehingga bisa surplus," kata Lalu, dalam pertemuan tersebut.

Lalu meminta pemerintah kota Depok untuk menyiapkan proyek-proyek infrastruktur maupun kawasan industri yang sudah siap atau ready to offer untuk ditawarkan kepada investor Turki, melalui skema kerja sama pemerintah-swata atau public private partnership dan skema lainnya.
Dalam bidang ekspor, Lalu mengatakan akan membantu eksportir dari Depok dengan layanan analisis pasar Turki. "Siapkan dulu komoditasnya, kami akan berikan analisis pasar, prosesnya sekitar dua minggu," kata Lalu.

Sumber : Gurun

Komentar TS :
Rudy S. Kamri dan banyak pihak, menanggapi ide Wakil Wali Kota Depok terpilih, Imam Budi Hartono, untuk mendirikan "Kampung Turki". Berbagai macam asumsi dan dugaan-dugaan yang akan bisa terjadi di masa depan pada "Indonesia" jika "Kampung Turki" di Depok ini benar-benar didirikan. Apalagi pihak yang menawarkan ide adalah Kader PKS, maka lengkaplah kecurigaan bahwa ide pendirian "Kampung Turki" hanya akal-akalan PKS saja. Padahal sebenarnya, ini adalah cara halus PKS untuk "mengimpor" warga Turki. Rudy S. Kamri, dalam video youtubenya, mengatakan bahwa kita harus menentang ide "Kampung Turki" ini karena ide ini bisa mengikis budaya asli Indonesia. Rudy mengambil contoh kehidupan rakyat Indonesia di masa lalu, saat tarian Jaipongan dari Jawa Barat yang dikenal sebagai tarian yang cukup seksi, atau tari Pendet dari Bali, sekarang ini sudah hampir tidak pernah lagi ditarikan dan dipertunjukkan, Kelangkaan penampilan budaya asli Indonesia sekarang ini, katanya, diakibatkan adanya erosi budaya dimana banyak kelompok agama Islam ekstrim memandang cara berpakaian para penari terlalu membuka aurat dan lain-lain. Jika "kampung Turki" ini tetap didirikan, maka bukan hal yang mustahil akan berdiri pula kampung-kampung Turki lainnya di wilayah lain di luar Depok.

Terhadap pendapat-pendapat yang kontra atas ide pendirian "Kampung Turki" seperti di atas sah-sah saja. Tapi pada waktu yang bersamaan, pendapat yang seperti itu juga bisa diartikan bahwa orang-orang itu memandang Indonesia ini hanya Depok saja. Padahal di Indonesia ini yang namanya Kampung Arab, Kampung Cina dan Kampung India, sudah berdiri dari sejak dulu kala, kok kita santai-santai saja. Bahkan kampung bule pun banyak. Kok kita bisa menerima keberadaan kampung-kampung "import" seperti itu?

Di Malaysia, kita juga sering mendengar dan membaca adanya kampung-kapung import. Hampir seluruh negara di Jazirah Arab, Kampung India, Kampung Pakistan dan Kampung Bangladesh bahkan seperti mendominasi setiap sudut kota. Pemerintah dan rakyat lokalnya, asyik-asyik saja.

Kemudian, ide kader PKS tentang "Kampung Turki" ini dihubung-hubungkan dengan politik luar negeri negara Turki yang mendukung ISIS, lalu kecurigaan bahwa tentang militan ISIS yang berada di Turki bisa "diimport" ke Indonesia dan bersembunyi di Kampung Turki. Kecurigaan seperti ini hanya kecurigaan yang di ada-adakan. Memangnya Pemerintah Indonesia akan menutup mata jika terjadi penyelundupan manusia seperti itu? Memangnya menyusupkan orang asing itu semudah kita mengarang halusinasi seperti itu? Jelas tidak. WNA itu sangat sulit untuk bisa tinggal tetap di Indonesia.

Coba saja kalian main ke kantor imigrasi lalu duduk dan perhatikan di bagian Intelijen dan Penindakan Keimigrasian atau "Inteldakim", di sana kita bisa melihat bagaimana negara kita ini memiliki aturan dan persyaratan yang cukup ketat bagi WNA yang ada di Indonesia. Saya saja, yang anaknya memiliki dwi kewarganegaraan, ketika akan memperpanjang paspor WNI-nya, hampir kehilangan status WNInya jika saya tidak menyertakan certifikat permohonan WNI-nya. Jangankan Negara, kita saja sebagai rakyat jelata, kalau melihat orang baru berkeliaran di lingkungan kita, pasti lama-lama kita akan bertanya apa siapa dan bagaimana orang asing itu bisa berkeliaran dan tinggal di lingkungan kita.

Ga usah orang asing, kalau di lingkungan kita tiba-tiba ada penduduk baru yang berpenampilan kadal gurun saja, kita pasti bertanya pada Pak RT. Karena kalau kita bicara orang Turki, mereka itu ya modern seperti orang Eropa. Dan tentang Erdogan yang katanya mendukung ISIS, pemberitaan Kompas.com tanggal 15 Oktober 2019 menunjukkan hal yang sebaliknya. [url=Sumber.]https://internasional.kompas.com/read/2019/10/15/16060471/erdogan-tak-akan-ada-anggota-isis-yang-bakal-keluar-dari-suriah[/url]

Tuduhan bahwa Erdogan mendukung ISIS hanya akal-akalan politik Donald Trump. Karena secara logika, jika Pemerintah Turki mendukung ISIS, sedianya mantan ISIS dan keluarganya disediakan suaka dan ditampung di Negara Turki. Atau adanya perubahan pada tatanan kehidupan rakyat Turki menjadi seperti orang-orang ISIS. So far, Turki sendiri seperti aman-aman saja. Yang pasti yang namanya perang di Suriah, antara pihak pemberontak yang didukung ISIS melawan Pemerintahan Bassar Ashad adalah tak lebih dari permainan politik pihak produsen senjata perang. Besarnya tuduhan atas Turki yang katanya mendukung ISIS, tak menjadikan Turki sebagai negara penampun eks ISIS.

Saya yakin dan percaya bahwa jika ide pendirian Kampung Turki ini berpotensi membahayakan keamanan Nasional, Pemerintah Indonesia, termasuk Dubes Indonesia di Turki sana, pasti tidak akan menyatakan dukungannya. Kalau soal penggerusan budaya, selama tidak ada peraturan dan perundangan yang mewajibkan masyarakat sekitar untuk mengganti gaya berbusana, mengganti bahasa komunikasi, mengganti mata uang sebagai alat tukar dari rupiah ke lira, Kampung Turki akan muncul tak ubahnya sebagai tempat pemikat wisatawan lokal. Samalah seperti Kampung Cina di Bekasi. Dan saya pikir, keberadaan Kampung Turki ini pun tak akan lama, hanya bertahan sampai euforia masyarakat hilang. Setelah itu, kehidupan warga Depok akan kembali normal.

Pun dengan munculnya Pasar Dirham. Ini juga hanya lucu-lucuan saja. Biarkan saja... Mau berapa lama mereka akan berakting pura-pura hidup seperti di jaman Rosulullah? Uang dirham dan uang dinar yang orang-orang itu miliki, tak ubahnya seperti barang koleksi. Kalau mereka mau membeli terasi, tetap saja uang dirham dan dinarnya harus ditukar ke rupiah. Memangnya mau membeli terasi setengah dinar? Selain itu, penetapan rupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah itu diatur di dalam dengan Pasal 23 B UUD 1945 jo. Pasal 1 angka 1 dan angka 2, Pasal 2 ayat (1) serta Pasal 21 ayat (1) UU Mata Uang.

Di sisi lain, melihat reaksi keras masyarakat terhadap ide pendirian Kampung Turki adalah bukti bahwa kita masih mencintai Negara Indonesia. Walaupun budaya Indonesia dikikis oleh budaya Arab yang didalih sebagai bagian dari ajaran Islam, tetap saja tidak menjadikan keturunan Arab sebagai kelompok mayoritas.

Diubah oleh bungtak.selalu 29-01-2021 00:20
muhamad.hanif.2extreme78meooong
meooong dan 2 lainnya memberi reputasi
3
4K
78
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.