• Beranda
  • ...
  • Manado
  • [Coc Reg. Manado] Bukit Kasih Kanonang Cerminan Kota Tinutuan dan Masyarakat Manado

rykenpbAvatar border
TS
rykenpb
[Coc Reg. Manado] Bukit Kasih Kanonang Cerminan Kota Tinutuan dan Masyarakat Manado

Wilayah Sulawesi Utara


"Torang samua basaudara karena samua ciptaan Tuhan"bukan hanya sekadar semboyan para kawanua Manado.


Tinutuan

Keharmonisan dari rumpun-rumpun agama, suku dan ras yang ada di wilayah Sulawesi Utara dan dijuluki kota Tinutuan sebagai bukti dari kebenaran semboyan tersebut.

Tinutuan adalah penggambaran dari kepribadian masyarakat Manado yang merupakan kata lain dari Bubur Manado.

Bubur Manado ialah salah satu kuliner khas Manado di antara begitu banyaknya kuliner Manado. Perpaduan beraneka bahan yang digunakan dalam bubur Manado jika ditilik memiliki makna besar dan luas.

Jenis kuliner yang terbentuk pada awalnya karena keadaan mendesak akibat kekurangan bahan pangan pada saat itu; terdiri dari pencampuran berbagai jenis sayuran yaitu sambiki (labu kuning), sayur gedi, kangkung, bayam, singkong rebus, bubur, dan mi tanpa ada unsur daging-dagingan.


Bubur Manado/Tinutuan


Tinutuan biasa disajikan bersama perkedel nike yang terdiri dari (ikan nike, campuran tepung, bumbu-bumbu dapur dan telur), perkedel jagung, ikan asin, ikan cakalang fufu ( ikan tuna asap) serta biasa juga disajikan bersama brenebon atau sup kacang merah campur tetelan sapi.

Ketenaran dan keberagaman isi dari bubur Manado inilah sebagai penggambaran dari berbagai agama juga suku yang hidup di Sulut, menjadikan "Tinutuan" sebagai motto kota Manado dan berjuluk Kota Tinutuan sejak masa kepemimpinan wali kota Manado Jimmy Rimba Rogi dan wakilnya Abdi Wijaya Buchari pada periode 2005-2010 menggantikan motto "berhikmat" sebelumnya.

Manado di kenal sebagai kota yang masyarakatnya paling toleran terhadap keberagaman di Sulawesi Utara.

Hal itu terbukti dengan adanya kepedulian dan cinta kasih terhadap agama, suku berbeda berasal dari hampir seluruh suku di Indonesia yang mendiami wilayah-wilayah di Sulawesi Utara.


Bukit Kasih Kanonang



Bukit Kasih Kanonang


Bukit Kasih Kanonang merupakan simbol dari sikap toleransi dan keramahtamahan masyarakat Manado dan Minahasa serta warga Sulawesi Utara pada umumnya.

Serta menjadi salah satu destinasi wisata di Manado selain Bunaken Sea Park, danau Linow, Tugu Zero Point dan obyek wisata terindah lainnya.

Bukit Kasih Kanonang terletak di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Untuk menuju lokasi wisata ini harus menempuh perjalanan sepanjang 55 km dari kota Manado dan dari Tomohon membutuhkan waktu 30 menit.

Bukit yang digagas oleh mantan Gubernur Sulawesi Utara, Adolf J. Sondakh dibuka untuk umum sejak tahun 2002.

Bukit ini simbol kerukunan beragama serta perdamaian. Terlihat dari adanya lima rumah peribadatan pada satu tempat; merupakan agama-agama yang hidup di Sulawesi Utara yaitu Gereja Katolik, Gereja Kristen, Mesjid, Vihara, Pura pada puncak kedua di Bukit Kasih Kanonang.

Selain itu tempat ini digunakan untuk bermeditasi dan menjalankan hal yang spritual. Unsur belerang yang dimiliki bukit kasih digunakan sebagai pengobatan.


Tugu Toleransi


Cerminan sikap kepribadian ramah tamah, mudah berbagi, menghargai serta menghormati yang dimiliki saudara kita di Sulawesi Utara dapat juga terlihat dengan adanya monumen Tugu Toleransi setinggi 22 meter yang berdiri pada pintu masuk menuju Bukit Kasih Kanonang.


Tugu Toleransi


Keunikan Tugu Toleransi ialah dengan adanya kutipan ayat dari kitab suci agama yang ada di Sulut. Simbol serta gambar dari masing-masing agama terpampang di tiap sisi tugu yang berbentuk segi lima.

Selain itu sikap kebersamaan dan saling melindungi serta menjaga sesama yang melekat di jiwa orang-orang Sulawesi Utara tampak saat adanya hari besar perayaan keagamaan.

Sangat sesuai dengan filosofi "Si Tou Timou Tumou Tou" yang artinya "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain" yang dicetuskan oleh seorang terpadang dari bumi Sulut sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia yaitu Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi dan lebih dikenal dengan sebutan Dr. Sam Ratulangi.

Kepribadian menghargai pun dapat kita lihat dengan adanya penghormatan terhadap leluhur nenek moyang orang Manado, dengan diukirnya wajah nenek moyang masyarakat Minahasa yaitu Toar dan Lumimuut yang merupakan suku asli dan terbesar di Sulut pada dinding tebing. Pahatan wajah besar ini berada di puncak Bukit Kasih Kanonang.



Patung wajah nenek moyang Manado


Semboyan "Torang Samua Basaudara" adalah semboyan yang harus dimiliki dan diresapi oleh seluruh manusia di bumi ini. Agar kedamaian selalu tercipta.

Jadi Torang Samua Basaudara jo. So, inga-inga ting. Salam Sulawesi.
Diubah oleh rykenpb 06-12-2020 07:40
rony25
wanitatangguh93
tien212700
tien212700 dan 40 lainnya memberi reputasi
41
3.8K
142
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Manado
Manado
icon
279Thread385Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.