berry.whiteAvatar border
TS
berry.white
Kisah kekejaman Australia berabad-abad pada Etnis Aborigin


Australia, sebuah benua yang awalnya dihuni oleh suku aborigin ini ternyata menyimpan kisah pedih penjajahan hingga saat ini. Australia yang menjadi benua buangan tahanan Inggris ini memang telah menjadi persemakmuran Britania Raya dan berubah menjadi benua makmur dibawah ratu Inggris.
Namun sejatinya benua Australia ini telah direbut dari suku asli yang berdiam 60 ribu tahun di benua kanguru ini. Suku Aborigin, suku asli Australia ini secara paksa tergeser dan menjadi budak selama bertahun-tahun.

1. Awal Kedatangan
Pada masa ‘Carnaval of Crime’ kejahatan di Inggris meningkat dan menjadikan penjara-penjara penuh. Inggris juga tidak bisa lagi membuang para tahanan ke benua Amerika karena Amerika telah memerdekakan diri dari Inggris. Akhirnya navigasi Cook ditahun 1770 yang kembali menemukan Australia membuka celah untuk menguasai benua itu sebagai milik Australia.
Awal Kedatangan (museumvictoria.com)

Kedatangan kapal James Cook ditahun 1770 menjadi awal klaim kepemilikan Inggris atas tanah Australia. Kapal yang awalnya berekspedisi mencari daratan baru ini akhirnya menjadi babak pertama penjajahan terhadap suku Aborigin. Dengan ditemukannya tambang emas semakin banyak imigran Inggris datang dan mengkapling tanah untuk pemukiman pendatang. Pengkaplingan ini kerap bersinggungan dengan tanah adat Aborigin.

2. Perlakuan Buruk Penjajah
Diawal pendudukannya, Inggris melakukan pembantaian ditahun 1806. Ratusan penduduk pribumi ditembak dan dikeroyok hingga tewas. Tercatat dalam laporan surat kabar Independen tahun 1997, banyak terjadi kasus pemerkosaan yang akhirnya menularkan penyakit mematikan bagi suku Aborigin.



Bangsa kulit putih ingin menguasai daratan Australia dan menyingkirkan suku asli Australia. Mereka memecah konflik berdarah karna memperlakukan suku pribumi dengan  buruk. Dalam arsip kolonial Australia telah dibenarkan dari tahun 1824 hingga 1908, setidaknya 10 ribu suku Aborigin tewas terbunuh. Arsip tersebut juga menyebutkan beberapa korban tewas karena menjadi ‘bahan mainan bangsa kulit putih’.

3. Suku yang tidak membangun
Berpedoman dengan teori evolusi Darwin, bangsa Inggris melihat suku Aborigin sebagai satu spesies manusia yang tidak membangun. Pada tahun 1890 wakil presiden Royal Society di tasmania, James Barnard menulis, “Proses pemusnahan ini adalah suatu prinsip evolusi dan yang kuatlah yang terus hidup.”

Suku yang tidak membangun (thestringer.com)

Hasil dari pandangan rasis ini membuat suku Aborigin dibantai beramai-ramai. Beberapa kepala yang dipenggal ditancapkan dipintu stasiun, roti beracun diberikan kepada keluarga Aborigin bahkan banyak diantara mereka yang dijadikan hewan eksperimen.
4. Pemusnahan Suku Aborigin
Diawal abad 20 masih berlanjut kekejaman terhadap suku Aborigin ini. Pembunuhan besar-besaran secara sistematis dilakukan dengan melakukan kebijakan ‘Pembauran’. Suku Aborigin dianggap suku yang tertinggal peradaban, karena memilih hidup di alam bebas atau memakai busana seadanya.

Pemusnahan Suku Aborigin (ourgeneration.com)

Kebijakan Asimilasi ini dijalankan secara paksa. Pada periode 1910 hingga 1970 lebih dari 100 ribu anak-anak suku Aborigin direbut paksa dari orang tuanya untuk dipasangkan dengan orang tua angkat kulit putih. Mereka diwajibkan berbahasa Inggris dan membuang semua kebudayaan Aborigin.

Pemusnahan Suku Aborigin (cdn.klimg.com)

Bagi Pria Pribumi yang melawan asimilasi, maka polisi berhak memukulinya, bahkan asimilasi ini terjadi sampai tahun 1970. Laporan Hakim Ronald Wilson juga menyebutkan praktik diskriminasi dan genosida dijalankan bahkan setelah Australia secara sukarela menandatangani traktat internasional Piagam PBB 1948.

5. Perjuangan Memerdekakan Diri
Pada 31 Maret 2014 yang lalu, suku Aborigin menunjukkan keinginannya merdeka dari Inggris. Mereka ingin mengakhiri pemerintahan kolonial yang telah berlangsung lebih dari 200 tahun, dengan mengirim surat kepada Ratu Elizabeth II dan pemerintah Australia.
Perjuangan Memerdekakan Diri (indigenousrights.net.au)

Sebuah deklarasi pembentukan negara Murrawari yang menjadi rumah suku Aborigin pun telah dilakukan. Sebelumnya gerakan kedaulatan Aborigin di Australia sudah terlihat pada tahun 1972. Sebuah kelompok Gerakan Kedutaan Kemah Aborigin mendukung hak atas tanah pribumi dan mengusir Inggris yang tidak pernah punya kuasa sah atas benua Australia.
Diskriminasi terhadap penduduk asli benua kanguru ini memang masih terjadi hingga sekarang. Suku pribumi ini masih dikucilkan dari peradaban modern benua Australia dengan penempatan daerah yang terkucil. Serta berbagai kebijakan yang memperparah kepunahan suku ini.



Quote:


Bukan hal baru jika Australia menuduh terjadi pelanggaran HAM di Papua. Australia terlihat sangat agresif terhadap Indonesia. Kebijakannya tidak ramah dan bahkan kerap menunjukkan sikap arogan, contohnya dalam kasus penyadapan presiden Indonesia oleh intelijen Australia.
Soal Papua sendiri, di awal 2006, pemerintah Australia pernah melemparkan isu genosida pada penduduk Papua oleh Indonesia. Entah dari mana isu itu berkembang, yang pasti media setempat mengopinikan secara besar-besaran. Herman Wanggai, pimpinan separatis Papua.
yang mendapat visa Australia mengatakan, ratusan ribu warga Papua telah dibantai habis oleh TNI. Meski pun berkata seperti itu, Wanggai tidak bisa membuktikan kata-katanya.

Sebenarnya itu hanya politik Australia untuk mendeskreditkan Indonesia di mata internasional. Australia seolah ingin menumpahkan “dosa” pada Indonesia atas perlakuan terhadap orang Papua. Hal yang sama tetap mereka lakukan sampai kini, walau kadang dengan cara yang licik dan tak berterus terang.

Perlakuan Australia terhadap Aborigin
Orang atau negara yang tak bisa dipercaya adalah yang melarang berbuat kejahatan di satu sisi, tapi justru melakukan kejahatan yang sama/lebih buruk di sisi lain. Australia mestinya berkaca dengan apa yang mereka lakukan terhadap kaum Aborigin di negaranya. Mereka adalah penduduk asli Australia tapi bahkan disebut AB-origin (tidak asli).
Mereka kini hidup dipisah dalam penampungan-penampungan dan menajdi objek wisata tak beda dengan hewan-hewan di sebuah suaka margasatwa. Tak hanya hak politik, hak hidup sebagai layaknya manusia pun tak dimiliki orang Aborigin. Dahulu mereka dibantai, diculik dari rumahnya, dimatikan kebiasaan hidupnya, dirudapaksa agar lahir generasi mulato. Anda silakan Googling tentang The Stolen Generation.

Akibat perlakuan tak layak

Kini, semakin banyak warga Australia yang menyalahkan warga Aborigin atas tingginya angka penderita sakit, penghuni penjara, penganggur, pemabuk, dan berbagai penyalahgunaan. Orang Aborigin yang disurvei mengatakan mereka kehilangan rasa hormat, mengalami kondisi hidup yang tidak layak, serta kesulitan mengakses kesehatan dan pendidikan. Mereka menilai pemerintah gagal, dan terjadi diskriminasi yang dimainkan di semua peran, yang membuat keadaan buruk.

Beda nasib Aborigin dengan Papua

Secara fisik, suku Aborigin seperti orang-orang Papua : berkulit gelap dan berambut keriting, tapi sekarang sudah mengalami perubahan, yakin berkulit kecoklat-coklatan dan berambut ikal. Asal mulanya mereka mempunyai daratan yang sama. Para ilmuwan menyatakan, karena proses alam yang bergerak, daratan besar itu kemudian berpisah. Di sebelah selatan menjadi Australia. Sementara di daratan sebelah utara menjadi pulau Papua yang masuk wilayah Indonesia.
Namun nasib orang Papua berbeda dengan orang Aborigin. Orang Papua menjalani hidup dengan lebih baik. Orang Papua mempunyai hak yang sama dengan penduduk Indonesia lainnya. Bahwa ada masalah dengan kesenjangan ekonomi, iya. Tapi itu adalah masalah umum negara berkembang dan terjadi di daerah lain juga di NKRI, dengan porsi yang berbeda-beda.
Yang pasti, pemerintah Indonesia selalu berusaha menghapus kesenjangan di Papua dengan terus meningkatkan perekonomian. Orang Papua bahkan dilindungi oleh UU Otsus. Sesuatu yang tak dimiliki orang aborigin di Australia. UU Otsus juga secara substansi melindungi hak-hak politik Orang Asli Papua (OAP). Orang Papua yang menjadi gubernur, yang menjadi anggota parlemen, jadi menteri, jadi kepala polisi. Itu tak dinikmati oleh orang Aborigin di Papua.
Di era Jokowi ini, pemerintah Indonesia akan memperluas pemberlakuan kebijakan Otsus. Itu dilakukan untuk mempercepat pembangunan di Papua. Terlebih dari itu pembangunan di Papua harus mengangkat hayat hidup orang Papua.

Simpulkan sendiri
Silakan. Siapa yang lebih bernasib baik, Aborigin di Australia atau Papua di NKRI? Siapa yang lebih manusiawi, Indonesia atau Australia? Siapa yang lebih jahat? Siapa yang tidak benar-benar mau mengakui hak politik orang asli (Australia/Papua)? Siapa yang suka main tuduh hidung, sementara menyembunyikan bau kentut sendiri?


Waspada!!! #SaveNKRI!


Quote:


Agen Antek2 Australia


Shame on you Veronika

Diubah oleh berry.white 08-12-2020 06:17
yus.mnrg
arnoldarief
tien212700
tien212700 dan 69 lainnya memberi reputasi
68
14.9K
196
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.