Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis perhotelan di Bali terpukul sangat keras ditandai dengan ekonomi Bali yang minus paling parah dari sekian provinsi di Indonesia akibat pandemi covid-19. Bagaimana dengan kondisi jelang akhir tahun?
Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHMA) Bali I Made Ramia Adnyana mengatakan saat ini memang tingkat okupansi hotel di Bali masih jauh dari normal. Bahkan ada beberapa hotel yang okupansinya hanya 10% atau 15% saja, alias 85%-90% kamarnya kosong.
"Sekarang okupansi tak lebih dari 30%, padahal normal bisa 80-90%, sekarang masih ada yang di bawah itu, ada 15% sampai 10% saja," kata Ramia kepada CNBC Indonesia, Selasa (24/11).

Namun, ia mengatakan baru beberapa pekan ini memang ada sedikit tren positif karena ditopang dari geliat wisata domestik. Belakangan tren wisata rally atau touring di Bali sedang ramai di kala pandemi.

"Untuk domestik market mulai ada geliat, cuma belum mendongkrak okupansi secara maksimal," katanya.
Indikasi kunjungan wisata di Bali memang dapat dilihat dari aktivitas pergerakan orang yang tiba di Bandara Ngurah Rai Bali. Ia bilang saat masa paceklik parah, pergerakan penumpang hanya 2.000 orang per hari, tapi kini sudah ada 5.000 penumpang per hari mendarat di Bali. Namun, memang semuanya tak otomatis belanja sewa kamar hotel.
"Mulai ada perbaikan, sejak libur panjang kemarin, sepertinya sampai tahun baru trennya harusnya naik, memang ditiadakan libur panjang, tapi biasanya tahun baru ramai," katanya.
Ia bilang faktor lain yang juga jadi penentu adanya perbaikan okupansi hotel di Bali, karena terbantu adanya program diskon tiket pesawat melalui subsidi airport tax oleh pemerintah.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...song-sampai-90