rizadwi88
TS
rizadwi88
Masih Menantimu
#menanti

Braaak!

Kubanting gawai dengan kesal hingga menghantam kursi. Untung saja, benda pipih tersebut tak sampai hancur.

Aku mengumpat kesal.

Bayangkan saja, sudah tiga hari ini Bang Harry, kekasihku, tak juga menghubungi. Chat tak dibaca. Telpon tak diangkat. Membuat cemas dan khawatir.

Tak terasa aku mulai menangis.

Dada ini terasa amat sesak.

Tak ada yang lebih membuatku tersiksa selain kehilangan kabar dari kekasih tercinta. Ingin rasanya mati saja.

Kami memang berpacaran jarak jauh. Aku ada di Surabaya, sementara Bang Harry tengah bertugas di Medan.

Tak biasanya dia seperti ini. Membiarkan aku sendirian, tanpa kabar berita. Apalagi sudah tiga hari, dia membuatku tak henti-hentinya menanti satu balasan chat darinya.

AAAARRGHH!

Kujambak rambut dengan kesal. Tangisku semakin menjadi. Dadaku semakin nyeri.

***

"Zara sayang …." Sebuah suara terdengar sayup-sayup di telingaku.

Perlahan, mata ini terbuka.

Sebuah wajah dengan senyuman manis yang selama ini kurindui, terpampang jelas di hadapanku. Sontak, aku terbangun.

"Bang Harry!" pekikku girang sambil memeluk pria berkulit sawo matang dan berlesung pipi itu.

Bruuk!

"Aooow!" Aku mengerang kesakitan saat kepalaku terbentur dinding dengan sangat keras.

Kuusap kening yang kini dihiasi sebuah benjolan sebesar bola kasti, sambil mengedarkan pandangan ke seluruh kamar.

Ke mana perginya Bang Harry? Kok tiba-tiba menghilang.

Aku meringis menahan nyeri sambil terus mengusap kening.

"Kamu kenapa, Ra?" Tiba-tiba ibu sudah memasuki kamar dan duduk di dekatku.

"Kejedot tembok, Bu …." Aku nyengir.

"Kok bisa?"

"Iya, tadi aku lihat Bang Harry di situ. Terus aku peluk, kan. Eh, dianya ngilang. Aku malah kejedot tembok. Hehe …." Aku terkekeh. "Aku ini halu banget, ya, Bu? Saking kangennya sama Bang Harry sampai kayak gini."

Aku terdiam. Sejenak, kurasakan rasa sakit menjalari dadaku. Jantung berdebar tak karuan.

Ibu menatapku lekat-lekat. Tampak manik matanya mulai berkaca-kaca.

"Zara sayang … kamu yang sabar ya, Nak. Ibu yakin kamu pasti kuat. Kamu harus ikhlas …." Suara ibu bergetar. Wanita itu memelukku erat.

"Zara pasti kuat kok, Bu. LDR kayak gini, kan, udah biasa buat aku. Aku cuma kangen banget sama Bang Harry. Kangeeeen bangeeet …." Sekuat tenaga aku menahan air mata yang sudah memaksa ingin meluncur turun dari kedua mata ini.

Sesak rasanya.

"Zara …." Ucapan ibu terdengar tertahan.

Ibu menghela napas berat.

"Bang Harry sudah meninggal, Sayang. Kamu harus ikhlas …." Bisikan lembut ibu terdengar bagai suara petir di siang bolong.

Aku tersentak.

"Ibu ngomong apaan, sih? Jangan becanda, ah! Aku lagi galau, malah nge-prank kayak gini," sungutku kesal.

"Jangan memungkiri kenyataan, Sayang. Belajarlah ikhlas … kasihan Bang Harry-mu, perjalanannya akan tersendat. Ikhlas ya, Nak …." Tangis ibu semakin keras.

Dadaku merasakan sakit yang luar biasa. Bagai dihantam oleh puluhan ribu kilo beban. Badan ini seketika terasa lumpuh.

Air mataku mengucur dengan derasnya.

Kenangan pahit itu terputar lagi di kepala. Bagaikan sebuah potongan trailer film, kini dapat kulihat kembali bagaimana peristiwa kecelakaan mengerikan itu terjadi.

Aku tak kuasa.

Kepala terasa sangat berat. Mata berkunang-kunang. Pandanganku perlahan mulai menggelap.

Sebelum aku benar-benar kehilangan kesadaran, tampak seraut wajah yang sangat kucintai itu kembali muncul di hadapanku. Menatapku sendu. Mengulas senyum yang manis namun terasa pahit.

Oh, Bang Harry … di sini aku masih menanti akan hadirmu. Sekalipun tak lagi ada ragamu, aku masih tetap mencintaimu.

I'm gonna miss you so bad ….

#end

Sidoarjo, 23-11-2020
Bgssusanto88senja87tien212700
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.2K
4
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.