TheNinetiesKid
TS
TheNinetiesKid
Thalidomide, obat yang sebabkan jutaan kasus cacat lahir
Pada tahun 1956, Grunenthal, sebuah perusahaan farmasi di Jerman Barat, mengeluarkan obat yang bernama Thalidomide. Obat tersebut dipasarkan sebagai obat multifungsi yang diklaim bisa menyembuhkan insomnia, batuk-batuk, demam, dan sakit kepala. Kebanyakan orang menggunakannya sebagai obat tidur atau penenang. Lalu, ditemukan bahwa obat ini memiliki satu fungsi lain, yaitu menghentikan morning sickness atau mual-mual yang umum dialami oleh wanita yang sedang hamil. Dengan penemuan tersebut, Thalidomide mulai dijual dengan nama baru, Contergan.


Thalidomide yang dijual dengan nama Contergan dari tahun 1956.

Percaya diri dengan obat produk mereka, Grunenthal menyebarkan sample obat tersebut, ke masyarakat luas dan para pekerja di perusahaan mereka sendiri. Pada tanggal 25 Desember 1956, seorang bayi perempuan lahir tanpa telinga. Bayi tersebut merupakan anak dari seorang wanita yang bekerja di Grunenthal. Namun, hubungan antara konsumsi Contergan dengan cacat lahir yang dialami bayi tersebut belum disadari. Dan Contergan masih dikonsumsi secara bebas oleh banyak ibu hamil. Bahkan, di beberapa negara di Eropa, penjual Contergan mengalahkan Aspirin,  obat sakit kepala yang masih dijual hingga sekarang.

Sukses di Eropa, Grunenthal ingin mengembangkan sayapnya ke Amerika. Mereka sudah mempersiapkan jutaan pil yang akan langsung mereka kirimkan ke Amerika Serikat jika sudah disahkan oleh FDA (The United States Food and Drug Administration). Untungnya, satu dokter yang bekerja untuk FDA, Dr. Frances Kelsey, merasa resah dengan sedikitnya riset efek samping yang disediakan oleh Grunenthal. Pada bulan Juni 1961, sebuah artikel dirilis yang berisikan klaim bahwa Thalidomide aman untuk dikonsumsi ibu hamil. Artikel ini ternyata ditulis oleh seorang dokter yang bekerja di Grunenthal. Berkat ketekunannya untuk melarang Thalidomide masuk ke AS, Dr. Frances Kelsey telah membantu menghindari ledakan kasus cacat lahir seperti yang terjadi di Eropa. Untuk itu, ia diberikan penghargaan langsung oleh Presiden AS saat itu John F. Kennedy. Ia merupakan wanita kedua dalam sejarah yang mendapatkan penghargaan tersebut.


Dr. Frances Kelsey saat menerima penghargaan dari JFK. Foto: Reuters.

Di Jerman pada tahun 1962, bukti-bukti yang mengkaitkan Thalidomide dengan kasus cacat lahir tersebarluaskan ke publik. Di tahun yang sama, penjualan obat tersebut akhirnya dilarang di seluruh dunia. Namun, sudah banyak keluarga yang menderita karena efek samping dari Thalidomide. Bentuk cacat lahir yang paling umum disebabkan oleh Thalidomide adalah phocomelia, yaitu tangan dan kaki yang sangat pendek. Salah satu penderitanya adalah Giselle Cole, yang berasal dari Trinidad dan Tobago. Meski memiliki kekurangan, Giselle tetap mencetak prestasi sebagai atlet. Sekarang, Giselle masih aktif dalam perjuangannya mencari keadilan untuk para korban Thalidomide.


Giselle Cole lahir dengan penyakit phocomelia. Foto: The New York Times.

Bukannya langsung mengakui kesalahan mereka dan mengambil tanggung jawab, Grunenthal menolak bukti-bukti bahwa Thalidomide menyebabkan kecacatan pada janin. Mereka memberikan sejumlah alasan lain untuk peristiwa tersebut seperti radiasi nuklir dan aborsi yang gagal. Baru pada tahun 2012 lalu, Grunenthal mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf. Namun, bantuan yang mereka janjikan pada para korban pun tidak diberikan secara rutin. Meskipun memakan banyak korban, tragedi Thalidomide telah membuka jalan untuk para perusahaan farmasi untuk lebih berhati-hati dalam mengeluarkan dan meriset efek samping dari obat-obatan mereka.

Sumber: Wikipedia, dan YouTube (The Shadow of the Thalidomide Tragedy).
Daniswara92trac0netien212700
tien212700 dan 33 lainnya memberi reputasi
34
9.3K
78
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.