si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Hugin 1000 AUV, Drone Bawah Laut yang Menjadi Andalan TNI AL
Penggunaan unit drone alias kendaraan tak berawak mulai booming akhir-akhir ini, diperkirakan 10 tahun kedepan hampir seluruh negara di dunia akan menggunakan drone untuk kebutuhan militernya. Bicara soal drone, teknologi ini termasuk murah tapi tidak murahan. Cocok untuk negara dengan dana militer terbatas.

Biasanya drone identik dengan pesawat tanpa awak yang terbang di udara, namun drone juga bisa digunakan untuk misi di lautan. Kali ini TS akan kenalkan salah satu alutsista milik TNI AL yang berwujud drone. Mari kita mulai dongengnya dimulai dari sejarahnya.


SEJARAH

Nama drone yang beroperasi di lautan ini adalah Hugin 1000, drone ini adalah hasil karya insinyur Norwegia. Biasanya kalau kita bicara soal Norwegia pasti identik dengan sejarah genre black metalnya, negara ini identik dengan band kontroversial bernama Mayhem. Tapi kita tidak akan membahas hal itu.

Drone ini diciptakan oleh pabrikan bernama Kongsberg,mereka memulai proyek pengembangan pada pertengahan tahun 1980-an. Kendaraan ini juga dikenal dengan nama Autonomous Underwater Vehicle (AUV), awalnya dibuat untuk keperluan pengembangan dan pengujian teknologi.




Ilustrasi drone buatab Kongsberg.

Foto: kongsberg.com


Pada awal 1990-an pihak Kongsberg mulai bekerjasama dengan berbagai pihak untuk pengembangan lebih lanjut atas proyek UAV mereka. Lantas Kongsberg mulai bekerjasama dengan beberapa perusahaan dan lembaga riset seperti Statoil, Norwegian Defence Research Establishment (FFI), serta Norsk Undervannsintervensjon (NUI).

Proyek ini pun terbukti sukses, mereka berhasil menciptakan unit drone bawah laut yang bisa menyelam sampai kedalaman 3.000 m, pada tahun 2001 drone ini resmi masuk dinas militer Norwegia dan diberi nama Hugin 1000. Kemudian memasuki pertengahan tahun 2000-an, pihak Kongsberg berhasil menjalin kerjasama sebagai pemasok teknologi manajemen kapal untuk OCEA Les Sables d’Olonne. Salah satu galangan kapal di Prancis yang membuat kapal untuk keperluan militer.




Foto: indomiliter.com


Hugin 1000 Bertugas Untuk Divisi Satsurveihidros TNI AL

OCEA Les Sables d’Olonne pada tahun 2013 mendapat dua pesanan kapal dari Indonesia dengan nilai kontrak US$ 100 juta. Kapal yang dipesan untuk TNI AL itu adalah kapal Hidro Oseanografi (HO), fungsi kapal ini sebagai kapal survei dan pemetaan laut yang dilengkapi dengan peralatan survei hidro-oseanografi terbaru, dapat digunakan untuk pengumpulan data dan pemetaan di laut dalam.

Kapal tersebut memiliki panjang 60,1 m dan lebar 11,3 m dengan bobot 515 ton. Kapal pertama datang pada awal tahun 2014, serta kapal kedua datang akhir tahun 2015. Kehadiran kapal ini sangat dinantikan TNI AL, terutama divisi Dishidros. Kapal yang datang pertama diberi nama KRI Rigel 933, sementara yang kedua diberi nama KRI Spica 934.




KRI Rigel 933.

Foto: indomiliter.com


Divisi ini bertugas untuk urusan survei, peneletian, publikasi, serta keselamatan navigasi. Satuan ini sudah dibentuk sejak tahun 1951, meski jarang terdengar, namun perannya sendiri cukup vital gan sist. Dinas Hidro-Oseanografi (Dishidros), ditempatkan langsung dibawah KSAL. Seperti satuan kapal eskorta, satuan kapal amfibi, dan satuan kapal cepat, maka Dishidros pun punya armada kapal sendiri yang dikenal dengan nama Satuan Surveihidros (Satsurveihidros).

Satsurveihidros memiliki total 5 KRI sebelum pesanan dua kapal dari Prancis datang. KRI yang berada di Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau dikenal dengan istilah BHO. Lima KRI tersebut adalah satu KRI Dewa Kembar 932, satu KRI Leuser 924 dan tiga kelas kondor yaitu KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang 723 dan KRI Pulau Rempang 729.




KRI Spica 934.

Sumber Ilustrasi Foto


Dari kelima kapal, hanya KRI Dewa Kembar 932 yang punya hak sebagai kapal survei dan riset bawah air. Kapal ini pun sebenarnya bukan barang baru, KRI Dewa Kembar sebelumnya bernama HMS Hydra buatan tahun 1964, kemudian dibeli TNI AL pada Mei 1986.

Semua KRI yang berada dijajaran Satsurveihidros adalah kapal hasil modifikasi, bukan kapal khusus untuk Hidro Oseanografi. Sejatinya kapal yang digunakan adalah jenis kapal untuk rumah sakit, kapal tunda samudera dan kapal penyapu ranjau sehingga memiliki nama dan nomor lambung yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama.




KRI Dewa Kembar 932.

Foto: indomiliter.com


Satsurveihidros adalah satuan yang jarang mendapat mainan baru, meskipun hanya 2 unit kapal baru. Setidaknya kapal tersebut mampu meningkatakan kemampuan TNI AL. Karena memiliki kapal jenis OSV (Oceanographic Offshore Support Vessel) atau BHO (Bantu Hidro Oseanografi) adalah mutlak bagi negara maritim seperti Indonesia.

Kapal baru milik TNI AL tersebut dibekali masing-masing sebuah drone alias AUV buatan Kongsberg, drone ini berfungsi sebagai wahana tambahan untuk misi Satsurveihidros TNI AL. Mari kita lihat spesifikasinya gan sist.


Spesifikasi Hugin 1000

Dirancang sebagai kapal riset yang canggih, Si Kembar Rigel dan Spica pun dibekali beberapa teknologi dan persenjataan yang canggih pula. Tugas pemetaan bawah laut yang diembannya berperan vital dalam keselematan navigasi dan pelayaran, baik untuk fungsi militer dan non militer.

Untuk mendukung misi tersebut, baik Rigel dan Spica dibekali sebuah AUV alias drone yang bernama Hugin 1000. Mengusung warna oranye yang cerah, rancangannya terlihat mirip senjata torpedo milik sebuah kapal selam.

Misi Hugin sendiri tidak selalu harus berada dilaut dalam, ia juga bisa digunakan dilaut dangkal. Beberapa peran yang bisa dilakukan adalah misi AKS (Anti Kapal Selam), operasi surveillance dan reconnaissance. Pada masa damai, AUV lebih banyak digunakan untuk misi hidro oseoanografi dan beragam penelitian baik untuk kepentingan umum maupun militer.




Foto: indomiliter.com


Hugin 1000 sendiri punya panjang 4,5 meter dan diameter 0,75 meter. Sementara bobotnya bervariasi, mulai dari 650 kg dan 850 kg. Bobot ini bergantung pada konfigurasi pada payload (daya angkut). Berikut ini beberapa sensor yang bisa dibawa Hugin 1000:

●HISAS (High Resolution Iterferometric Synthetic Aperture Sonar).
●EM2040 Multibeam Echosounder.
●Sidescan sonar.
●Sub-bottom profiler.
●Still image camera.
●Turbidity sensor.
●ADCP Methane sensor.


Hugin 1000 sendiri tersedia dalam 3 varian dengan kemampuan menyelam yang berbeda mulai dari 3.000 m, 4.500 m dan 6.000 m. Material untuk body drone ini terbuat dari bahan carbon fibre laminate dan syntactic foam. Untuk Hugin 1000 yang berada di KRI Spica dan KRI Rigel memiliki kemampuan menyelam maksimal mencapai kedalaman 3.000 m.




Ilustrasi: kongsberg.com


Hugin 1000 dapat dioperasikan secara otonom (otomatis), semi otonom, atau bisa juga dikendalikan langsung oleh seorang operator. Wahana ini menawarkan observasi penuh bagi operator di permukaan dengan akurasi data yang tinggi. Untuk integrasi sistemnya terdapat NavP (navigation processor) advanced real-time, inertial navigation system (AINS), doppler velocity log (DVL), ultra short base line (USBL), inertial measurement unit (IMU), depth sensor dan global positioning system (GPS).

Setelah selesai menjalankan operasi, dan AUV kembali dinaikkan ke atas kapal, output data dapat langsung di download lewat jaringan internet dan WiFi. Tenaga milik Hugin 1000 sendiri dipasok dari motor propulsi bertenaga baterai pada bagian belakang. Untuk menjelajah laut, AUV ini dilengkapi tiga bilah baling-baling.




Ilustrasi: indomiliter.com


Kecepatan Hugin 1000 ada di kisaran 2-6 knots. Dapat dioperasikan sehari penuh pada kecepatan 4 knots, dan bisa beroperasi di kondisi laut hingga sea state 5. Selain digunakan Indonesia dan Norwegia, Hugin 1000 yang berstandar NATO juga digunakan oleh AL Polandia dan Italia.

Selain memasok AUV, Kongsberg juga memasok sistem GeoAcoustics’ Sonar 2094 side-scan sonar pada KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934. Nama Kongsberg sebenarnya sudah tidak asing di lingkungan TNI AL, pasalnya pabrikan ini juga memasok teknologi combat management system pada kapal selam terbaru TNI AL yaitu Changbogo Class yang kemarin dipesan dari Korea Selatan.

Hugin 1000 hadir dalam dua varian, varian untuk komersial dan militer. Untuk varian komersial Hugin 1000 dirancang untuk misi sebagai berikut:

●Pemetaan dan pencitraan dasar laut berkecepatan serta beresolusi tinggi.
●Inspeksi situs geofisika.
●Inspeksi pipa dan struktur bawah laut.
●Survei oseanografi.
●Pemantauan lingkungan.
●Survei geologi laut.
●Operasi pencarian.




Foto: kongsberg.com


Sedangkan untuk varian militer digunakan sebagai penanggulangan ranjau, pemetaan lingkungan laut, intelijen, pengawasan dan pengintaian. Misi Satsurveihidros memang tak bisa disepelekan, karena dengan kehadirannya, pihak pemerintah maupun TNI bisa mendapat data yang akurat tentang kondisi bawah laut Indonesia.

Salah satu peran drone ini adalah mendeteksi ranjau laut yang disebar di kawasan laut Indonesia, meskipun berada dimasa damai. Tentu Indonesia tak boleh bersantai, negara ini tetap harus pasang mata, hidung dan telinga. Karena ancaman sewaktu-waktu bisa datang kapan saja ke wilayah laut Nusantara.

Demikian sedikit bedah alutsista milik TNI AL, semoga bisa menambah wawasan baru buat kita semua tentang alutsista TNI. Jika agan dan sista menyukai tulisan ini jangan lupa untuk memberi rate 5, cendol serta share ke media sosial kalian. Sampai jumpa di thread selanjutnya, enjoy Kaskus emoticon-Angkat Beer


Jalesveva Jayamahe emoticon-I Love Indonesia



Referensi: 1.2.3.4
Ilustrasi: kongsberg.com, indomiliter.com
Diubah oleh si.matamalaikat 18-11-2020 12:32
rotten7070
Daniswara92
tien212700
tien212700 dan 34 lainnya memberi reputasi
33
5.8K
74
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.