goodnewsfromindonesia.id


Sudah bukan rahasia lagi jika Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Kalimantan yang memiliki beragam keunikan dan daya tarik.

Kalimantan Barat (Kalbar) yang merupakan provinsi terluas ke-4 di Indonesia (setelah Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah), telah dihuni oleh berbagai macam etnis.

Di antara etnisyang mendiami Kalbar adalah Tionghoa, Dayak, Melayu, dan lain-lain.

Sementara tiga etnis, yakni Tionghoa, Dayak, dan Melayu disebutkan sebagai etnis mayoritas dan telah lama mendiami Kalimantan Barat.

Berdasarkan data Wikipedia, Etnis Dayak yang ada di Kalimantan Barat jumlahnya mencapai 43,1%, sementara Etnis Melayu 25,56%, dan Etnis Tionghoa 8,17%.

Meskipun hidup berdampingan dengan etnis berbeda, tetapi hal tersebut tidak menjadi hambatan dalam menjunjung nilai toleransi dan kebersamaan penuh kerukunan.

Tari Tidayu dan busana Tidayu merupakan bukti sekaligus simbol pemersatu di antara perbedaan yang ada.

Tidayu berasal dari gabungan Tioghoa, Dayak, dan Melayu. Tari Tidayu biasa digelar saat ada acara-acara tertentu, termasuk ketika menyambut tamu agung seperti pejabat pemerintahan. Sementara Busana Tidayu yang memiliki makna mendalam, merupakan busana nasional khas kebanggaan Kalimantan Barat.

Kalimantan Barat memang kental dengan adat, tradisi, dan budaya yang memiliki makna mendalam. Berbagai macam adat, tradisi, dan kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat bisa kita jumpai salah satunya melalui berbagai gelaran festival unik di sana.

Berikut ane ulaskan 5 festival unik yang ada di Kalimantan Barat;



1. Festival Kulminasi


equator.co.id

Hanya ada 12 negara di dunia yang dilintasi oleh garis khatulistiwa, tetapi cuma ada satu kota yang persis memisahkan belahan bumi bagian utara dengan selatan, yakni Kota Pontianak.

Dan seseorang akan berada tepat di titik tersebut saat mengunjungi Tugu Khatulistiwa yang berada di jl. Khatulistiwa, Pontianak Utara, Kalimantan Barat.

Fenomena alam titik kulminasi terjadi dua tahun sekali, tepatnya 21-23 maret dan 21-23 september.

Saat kulminasi matahari terjadi, atau saat fenomena ketika matahari tepat berada di garis khatulistiwa sehingga bayangan benda apapun menghilang, biasanya bersamaan dengan itu diadakan sebuah festival pesona kulminasi di Tugu Khatulistiwa, diisi dengan berbagai acara menarik seperti pertunjukan seni, musik, budaya, dan sulap.

Wah, sangat menarik



2. Festival Meriam Karbit


pontianakpost.co.id

Selain Tugu Khatulistiwa, Kalimantan Barat juga memiliki sungai terpanjang di Indonesia, yakni Sungai Kapuas.

Di pesisir sungai Kapuas, setiap menjelang hari raya idul fitri akan diadakan sebuah festival bernama Festival Meriam Karbit.

Meriam Karbit awalnya terbuat dari sebatang bambu, tetapi seiring berjalannya waktu kini penggunaan bambu beralih menjadi pohon pinang, pohon kelapa, serta gelondongan kayu yang sudah tidak terpakai, seperti kayu meranti dan mabang yang bobotnya bisa mencapai 500 kg.

Kayu yang sudah dipilih, dikeruk bagian tengahnya, lalu diberi pelumas dan kembali disatukan menggunakan rotan yang dililit kuat sepanjang badan kayu, sebelum kemudian direndam beberapa hari di Sungai Kapuas untuk memperpanjang usia kayu serta menghilangkan rayap.

Agar semakin menarik dan indah, kayu-kayu yang memiliki panjang sekitar 4 hingga 5 meter dengan diameter 50 cm tersebut, dicat warna-warni maupun dibungkus dengan berbagai motif kain.

Sebelum meriam digunakan, akan diisi dengan sekitar 3-5 ons karbit. Lalu meriam siap dihidupkan, dengan cara disulut menggunakan obor.

Suara dentuman keras meriam buatan sendiri nyaring di sepanjang pesisir Kapuas, menyambut datangnya lebaran.

Festival Meriam Karbit semakin meriah dengan adanya pertunjukan dari kapal tongkang yang menyajikan beragam kesenian khas Kota Pontianak.

Festival ini tentunya menarik perhatian banyak orang dan siapapun bisa mencoba sensasi menyalakan meriam secara langsung.

Tradisi Meriam Karbit ini bahkan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sementara pada tahun 2010, Tradisi Meriam Karbit mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI), sebagai parade meriam karbit terbanyak pada 2007 dan menjadi satu-satunya yang ada di dunia. Saat itu terdapat 150 meriam dengan 31 kelompok diikutsertakan.

Wow, mantab betul.



3. Festival Cap Go Meh


nusadaily.com

Di Kalimantan Barat terdapat etnis Tionghoa yang telah lama mendiami provinsi "seribu sungai" tersebut, terutama di Singkawang.

Oleh karena itu, setiap pertengahan januari-februari di Singkawang ada sebuah festival yang sangat kental dengan nuansa Tionghoa, yakni Festival Cap Go Meh.

Cap Go Meh adalah perayaan orang Tionghoa yang diisi dengan berbagai macam acara, seperti pertunjukan barongsai, parade dan arak-arakan yang dilanjutkan dengan festival lampion, hingga akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek yang dilakukan tiap tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa.

Di dalam Festival Cap Go Meh di Kalbar, biasanya juga ada pertunjukan Tatung Singkawang.

Tatung Singkawang adalah semacam media berupa raga atau tubuh seseorang yang dijadikan sebagai alat komunikasi dengan roh leluhur/dewa. Menggunakan mantra/mudra tertentu, roh dewa dipanggil ke altar lalu memasuki raga orang tersebut.

Tujuan dari pemanggilan roh tersebut adalah untuk kepentingan tertentu, misalnya pengobatan atau meminta suatu nasihat.

Nah, Festival Cap Go Meh dan Tatung Singkawang ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda nasional setelah melewati serangkaian prosedur administrasi dan proses penilaian secara daring oleh UNESCO, lho.

Kereeen.



4. Festival Robo Robo


indonesiatravel.news

Festival Robo Robo adalah festival unik yang ada di Kalimantan Barat berikutnya.

Robo-robo merupakan upacara tolak bala oleh masyarakat Kota Mempawah, Kalimantan Barat. Upacara ini digelar pada hari rabu pekan terakhir bulan safar (hijriyah).

Upacara Robo Robo biasanya diawali dengan kegiatan napak tilas kedatangan Opu Daeng Menambon (raja pertama Kerajaan Mempawah), dilanjutkan dengan acara seremonial pembukaan gelaran robo-robo, lalu adzan, dan baca doa tolak bala yang dilakukan oleh keluarga Kerajaan Mempawah, hingga berlanjut pada ritual buang-buang.

Sementara bersama semua lapisan masyarakat, dalam Festival Robo-robo juga diadakan makan Saprahan atau makan bersama yang dilakukan luar rumah, seperti di lapangan, halaman masjid, tepi jalan, dan lain-lain.

Selain sebagai upacara tolak bala, sekarang Festival Robo Robo juga dijadikan sebagai hari untuk mengenang Opu Daeng yang telah wafat.

Festival Robo Robo semakin meriah dengan digelarnya beragam hiburan tradisional seperti jepin, tundang atau pantun berdendang, hingga pertunjukan berbagai macam adat dan budaya Melayu Mempawah.

Festival Robo Robo ini merupakan aset budaya Kabupaten Mempawah yang sejak 27oktober 2016 ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak saat itu pula, Festival Robo-robo masuk dalam kalender wisata nasional dan menjadi agenda wisata budaya setiap tahunnya.

Mantul



5. Festival Gawai Dayak


genpi.co

Gawai Dayak merupakan perayaan yang dilakukan oleh Suku Dayak sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah sekaligus bentuk doa agar terhindar dari marabahaya.

Gawai Dayak umumnya dilakukan oleh Suku Dayak pada bulan mei atau awal bulan juni.

Biasanya festival ini dilakukan di Rumah Adat Radank, lantas masyarakat Suku Dayak turun ke jalan untuk pawai mengeliligi pusat kota, dengan menggunakan pakaian adat Dayak lengkap, serta menunjukkan beragam macam atraksi, maupun alat-alat serta segala yang berhubungan dengan budaya Dayak.

Festival ini berlangsung selama seminggu, diawali dengan melakukan beberapa adat istiadat seperti Ngampar Bide atau gelar tikar oleh tokoh Suku Dayak.

Keren


Nah, itulah 5 festival unik yang ada di Kalimantan Barat yang tentunya patut dilestarikan.

Sangat menarik, bukan?