MienHesselAvatar border
TS
MienHessel
Benarkah Meminjamkan Uang Membuat Miskin?


Saya yakin, ada dari pembaca yang ragu mau meminjamkan uang ke saudara atau tetangga. Khawatir uangnya tidak kembali saat kebutuhan kita sendiri menuntut untuk dipenuhi. Maka dari itu, tulisan ini saya buat, berdasarkan kisah nyata yang saya alami.

Bulan November 2019, saya dapat pesanan kue resepsi. Jumlahnya ratusan kardus. Uang ditransfer ke rekening saya hari itu juga. Awalnya, saya bingung mau saya belikan apa sebagian keuntungannya. Oven baru atau alat masak yang lainnya? Maklum, untuk pedagang kecil seperti saya membeli peralatan sekaligus terasa berat. Hanya bisa nyicil satu-satu kalau pas ada untung lebih.

Belum sempat saya memutuskan membeli apa, keponakan bapak datang. Dia bilang mau pinjam uang karena suaminya yang bekerja sebagai penjual tahu keliling sedang sepi pendapatan. Ada tujuh orang anggota keluarganya, termasuk menantu dan cucu-cucu yang masih kecil. Dia bilang akan mengembalikan dalam waktu dua minggu. Saya pun langsung meminjamkan uang yang ingin saya belikan peralatan masak itu. Saya pikir tak apalah saya beli alat masak dua minggu lagi, toh yang lama juga masih ada, sedang untuk membeli bahan pokok sisa uangnya masih cukup.

Dua minggu berlalu, uang tersebut belum juga dikembalikan. Saya tidak menanyakan. Barangkali memang belum ada. Sebutuh-butuhnya saya, saudara saya yang punya dua cucu itu lebih butuh.

Minggu ketiga, saya kena musibah. Kue-kue pesanan yang jumlahnya ratusan kardus hancur. Saya harus ganti rugi. Ganti rugi berupa duit? Tentu saja pemesan tidak mau. Berarti saya harus pesankan kue ke tempat catering lain karena saya masih shock dan belum bisa mengerjakan ulang. Itu artinya saya harus nombok. Itu pun belum tentu mereka bersedia menerima pesanan mendadak. Kami melakukan negosiasi sesaat sebelum azan maghrib berkumandang. Akhirnya, mereka bersedia menyelesaikan pesanan itu besok jam dua belas siang. Mungkin karena teman sendiri jadi mereka bersedia membantu.

Masalahnya, uang untuk mengganti rugi itu saya dapat dari mana? Sedangkan, di dompet tinggal dua ratus ribu. Saya cuma punya waktu delapan belas jam nyari pinjaman untuk membayar kue di tempat catering tersebut. Kakak yang tahu kerepotan saya, bersedia membantu dengan menjual antingnya. Itu pun masih kurang. Mau meminjami uang, dia sendiri sedang tidak pegang. Usahanya juga baru saja mengalami kerugian.

Sebenarnya kalau nagih ke sepupu, masalahnya beres. Namun, saya tidak bisa. Mulut saya tidak bisa terbuka. Lewat inbox juga tetap saja, tak kuasa jariku mengetiknya. Saya teringat mendiang ibu. Teringat bagaimana dulu susahnya beliau mengembalikan uang yang ia pinjam. Lebih susah lagi kalau yang meminjami sudah menanyakan. Bisa-bisa kami tidak makan demi untuk membayar utang.

Di tengah kebingungan itu, bukannya ngetik nagih utang, saya malah curhat ke teman. Teman saya merasa kasihan dan menawarkan pinjaman, tanpa bunga pastinya, karena dia bukan rentenir. Bahkan dia bilang terserah kapan saya mau mengembalikan uangnya. Saya sampai menangis karena haru.

Ok, masalah saya selesai.Sebulan berlalu. Uang saya belum juga dikembalikan oleh sepupu. Saya sudah ikhlas. Dikembalikan syukur, kalau tidak ya biarkan saja. Eh, sekitar dua minggu kemudian, saya mendapat rezeki dari arah yang tidak disangka sebelumnya. Ada uang datang pada saya jumlahnya hampir dua puluh tiga kali dari yang saya pinjamkan ke sepupu. Uang tersebut bukan warisan, melainkan hasil jualan buku. Kita tahu betapa susahnya mendapat uang dari menulis. Menulis itu hanya cocok dijadikan hobi. Namun, saya dengan sangat mudah mendapatkannya kali ini. Benar-benar tak disangka.

Saya pernah menulis kisah ini di wall Facebook, waktu itu saya bilang sepuluh kali lipat. Ternyata kurang tepat. Jumlah keseluruhan hampir mencapai dua pilih tiga kali dari uang yang dipinjam sepupu itu. Akhirnya, saya tidak jadi beli peralatan masak, tapi beli material untuk memperindah rumah karena jumlah uang yang saya miliki jauh lebih besar. Sayang sisanya kalau cuma dibelikan oven.

Jadi, setelah mengetahui pengalaman saya, masihkah ragu untuk mengurangi beban sesama? Saya yakin peristiwa di atas bukan kebetulan. Bukankah Allah akan memudahkan urusan orang yang memudahkan urusan orang lain?


Sumber: pengalaman pribadi
yonski10
chewygum29
tien212700
tien212700 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
7K
232
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Inspirasi
Inspirasi
icon
10.5KThread6.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.