• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Segi Olahraga: Indonesia Tidak Krisis Prestasi Tapi Krisis Kesadaran Diri

coloridosAvatar border
TS
coloridos
Segi Olahraga: Indonesia Tidak Krisis Prestasi Tapi Krisis Kesadaran Diri


Selamat Siang untuk semua kaskuser pengamat olahraga dan pengamat berita sekalian. Izinkan pada kesempatan kali ini ane ikut nimbrung tentang permasalahan olahraga di Indonesia. Ada banyak hal yang bisa disoroti dalam kasus yang terjadi baru-baru ini terkait dunia olahraga di Indonesia.



Rusuh Lagi, Rusuh Lagi! Ane lihat berita di media massa, media online dan siaran berita televisi. Timnas Indonesia mengalami kekalahan 2-3 atas timnas Malaysia. Bermain di 'rumah' sendiri Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia. Oke, ane bisa terima berita ini karena kesebelasan tim Indonesia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa meladeni permainan timnas Malaysia. Apa daya, timnas Malaysia mampu mengalahkan tim tuan rumah dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022. Namun, yang membuat ane sedih adalah berita berikutnya, tentang kerusuhan suporter tim tuan rumah terhadap suporter tim lawan. Mengapa harus terjadi hal seperti ini? Apa yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi?. Ajang sepakbola Internasional harus ternodai oleh aksi tidak terpuji dari oknum suporter tim Indonesia memaksa masuk ke tribun suporter tim Malaysia. Ane menerka-nerka apakah penyebabnya karena tidak terima akan kekalahan timnas atau masih sakit hati dengan pernyataan oknum Pimpinan Taksi Online Malaysia atau bahkan karena harga tiket yang mahal ditambah antri lama di luar stadion? Entahlah, itu hanya sebatas tebakan ane. Tapi dengan kericuhan yang terjadi ini tentu akan merugikan bagi timnas Indonesia dan sepakbola Tanah Air.



Kericuhan suporter tersebut bisa berbuntut panjang. Selain mendapat sanksi dari FIFA, Indonesia terancam gagal dalam proses mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021. Salah satu kelompok suporter mengaku menyesal dengan kejadian tersebut sebab sebagai tuan rumah, Indonesia seharusnya menjaga situasi tetap aman dan sportif ketika menyambut tim tamu. Lalu apa sebenarnya yang membuat kerusuhan ini sampai terjadi? Salah satu koordinator masyarakat suporter, Arista Budiono memberikan penjelasannya di lapangan kurang lebih seperti ini:


Quote:



Oke, dari pernyataan Arista di atas, ane bisa bayangkan betapa totalitasnya suporter Indonesia untuk mendukung tim Tanah Air berlaga di kancah Kualifikasi Piala Dunia 2022. Rela mengantri panjang dan membeli tiket dengan harga mahal namun dibayar dengan kekalahan timnas Indonesia. Ane juga pasti kecewa dengan kekalahan dengan hasil tersebut, tapi inilah kompetisi ada tim yang menang dan tim yang kalah, ane tidak bisa serta merta mengumpat dan menghina cara bermain kesebelasan timnas kita, padahal kalau ane sendiri dipersilahkan main belum tentu juga ane bisa mencetak gol apalagi bermain sampai 90 menit di lapangan. Oleh karena itu, boleh saja kecewa tapi tetap menjunjung tinggi suportifitas.

Tidak perlu ada aksi kekerasan yang disorot media hingga menjadi perbincangan publik emoticon-Frown. Perlunya kesadaran diri dalam hal ini. Termasuk dari kubu PSSI sendiri, bagaimana mungkin untuk suporter Indonesia sendiri harga tiket bisa sampai mahal sekali harganya? Ada apa dengan manajemen PSSI dalam hal ini?. PSSI juga perlu 'menyadarkan diri' agar memberikan dampak yang baik bagi sepakbola Indonesia ke depannya. Rusuh antar suporter masih sering terjadi, tidak hanya dengan suporter Malaysia tapi juga suporter sesama anak bangsa sendiri, waduh emoticon-Frown.



PSSI sebagai Induk Organisasi Sepakbola di Indonesia bisa belajar dari kejadian yang ada saat ini, pembenahan dalam hal ini perlu dilakukan. Mengapa bisa ada pemimpin PSSI yang memiliki rangkap jabatan? Fokus sepakbola mau dibawa kemana?. Kadang ane berpikir bukankah sebagai Organisasi yang memiliki wewenang untuk menerapkan kebijakan dalam sepakbola setidaknya bisa menjadi panutan bagi elemen yang dipimpinnya. Lebih parah lagi dulu ada oknum pimpinan PSSI yang korupsi tapi masih terus dipertahankan lalu pernah muncul juga dualisme dalam kubu PSSI. Sekarang ini yang ada dipikiran ane semoga saja PSSI bisa melakukan pembenahan untuk semua elemen yang perlu dibenahi agar ke depannya masalah kericuhan, harga tiket yang mahal, dualisme, dan korupsi dalam kubu PSSI tidak terjadi kembali. Ane memang memimpikan Indonesia masuk Piala Dunia, tapi yang lebih ane impikan Sepakbola Indonesia yang lebih maju dan menjunjung penuh sportifitas.



Masuk ke ranah bulutangkis, berita lainnya adalah diberhentikannya Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis yang telah berlangsung selama belasan tahun (2006). Awal permasalahannya adalah karena klaim Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengenai eksploitasi anak pada ajang tersebut. Klaim KPAI menyatakan bahwa ajang Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis PB Djarum memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan merek Djarum yang identik dengan produk rokok. KPAI benar, memang Djarum identik dengan produk rokok, namun mengapa baru sekarang disinggung dan dipermasalahkan? Setelah 13 tahun berjalan audisi umum beasiswa Bulu Tangkis PB Djarum yang telah melahirkan generasi-generasi berbakat dalam olahraga bulu tangkis mengapa hanya karena masalah Jersey yang dikenakan atlet anak-anak tersebut terdapat merek Djarum menjadi masalah eksploitasi anak? Kemana saja KPAI selama ini?. Sinetron yang menampilkan anak-anak berbuat tidak terpuji mengapa dibiarkan begitu saja? emoticon-Mad.



Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin saat konferensi pers di Hotel Aston Imperium bahkan sudah mengusulkan 2 opsi yang menurut ane akan menjadi potensi Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis PB Djarum tetap berjalan :

Quote:



Namun KPAI menolak usulan tersebut dan meminta pelaksanaan audisi umum steril dari brand Djarum emoticon-Frown. Berdasarkan pernyataan Yoppy berikutnya:

Quote:



Quote:





Itulah yang menjadi alasan pemberhentian Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis PB Djarum emoticon-Frown.  Meski akan menghentikan ajang Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis PB Djarum mulai tahun depan, kabar baiknya Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis PB Djarum tahun 2019 tetap berjalan hingga babak final di Kudus bulan November mendatang. Selain itu, penjaringan bibit muda akan dibina melalui kehadiran mereka dalam turnamen dan memantau pemain berpotensi menjadi atlet bulu tangkis profesional. Langkah yang menurut ane masih memberikan peluangbagi generasi muda untuk menjadi atlet bulu tangkis berbakat tanpa harus melalui Audisi Umum seperti sebelumnya, meskipun ane menyayangkan jika Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis PB Djarum dihentikan emoticon-Berduka (S).

Sekian semua opini ane mengenai "Ada Apa dengan Olahraga Indonesia" seperti yang ane ulas di atas jelas sekali ada permasalahan yang perlu dibenahi khususnya olahraga Sepakbola dan Bulu Tangkis. Meski menurut ane prestasi Indonesia dalam olahraga tidak begitu buruk sejak ane lihat pencapaian Indonesia dalam Asian Games 2018 yang spektakuler dan mengagumkan ketika berada di peringkat 5 besar.



Sumber: Opini dan Pengamatan Pribadi
Sumber Berita : Merdeka
Sumber Gambar: GoogleImage
gongsolangsi639
bbear
darmawati040
darmawati040 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
335.6K
194
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.