serbaserbi.com
TS
serbaserbi.com
Legenda Danau Maninjau; Ketika Fitnah Menjadi Petaka
Rasani dan Sigiran
Retelling by: serbaserbi.com
===



Pada zaman dahulu kala, ketika sumpah dan kutukan bisa terijabah seketika, terkisahlah sepuluh bersaudara. Sembilan di antaranya laki-laki, dikenal dengan sebutan Bujang Sambilan. Mereka ialah: Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, dan Kaciak. Juga seorang perempuan, Rasani si bungsu.

Mereka tinggal di sebuah kampung di kaki Gunung Tinjau. Gunung tinggi yang berdampingan dengan Marapi dan Singgalang. Konon katanya, di puncak gunung itu ada mangkuk kawah yang memerah dan meletup-letup. Sehingga, apapun yang masuk ke sana bisa lebur dimamah lava.

Tersebut pula Datuak Limbatang, mamak dari Bujang Sambilan dan Rasani. Ia memiliki seorang putra yang dinamai Sigiran. Ialah yang mendidik para kemenakan dan anaknya itu agar elok budi pekertinya.

Bulan berlalu tahun berganti. Bujang Sambilan tumbuh menjadi pemuda-pemuda kekar lagi gagah. Semua orang segan dan takut pada mereka. Sementara Rasani tumbuh menjadi gadis jelita yang elok laku. Sehingga banyak laki-laki yang tertarik padanya. Termasuk Sigiran, yang rupanya dibalas rasa oleh Rasani.

Akhirnya, diam-diam dua sejoli itu pun saling menjalin kasih.

Kedekatan Rasani dan Sigiran ternyata tak luput dari perhatian Datuak Limbatang. Ia pun khawatir, kedekatan sejoli itu bisa menimbulkan gonjang-ganjing di masyarakat. Hingga tebersit niat untuk menjodohkan anak dan kemenakannya itu.

"Buruak bunyi didanga urang, buruak rupo diliek urang, buruak laku dinilai urang." Datuak Limbatang memulai perundingan yang dilakukan di rumah gadang Sudaro nan Basapuluah. "Melihat kedekatan Rasani dan Sigiran, Mamak mengusulkan agar mereka dinikahkan saja. Takutnya, nanti malah jadi gunjingan di masyarakat."

"Ampun baribu ampun, Mamak," timpal Kukuban. "Sebelumnya, ada baiknya kita tanya pada Sani dan Sigiran dulu. Apa betul keduanya benar-benar setuju untuk menikah?"

Datuk Limbatang mengiyakan. Lantas, ia bertanya pada Rasani dan Sigiran. "Apa betul kalian berdua setuju untuk menikah?"

Kedua sejoli itu pun mengangguk malu-malu.

"Nah, mereka berdua sudah setuju. Sekarang bagaimana dengan kalian?" tanya Datuak Limbatang pada Bujang Sambilan. Belum ada yang menjawab. Sembilan laki-laki itu saling pandang dan berdiskusi singkat.

Selang beberapa menit kemudian, Kukuban, sulung di antara Bujang Sembilan angkat bicara. "Kami rasa, tidak ada yang salah dengan perjodohan ini, Mamak. Kami bersembilan setuju."

Senyum lega pun terkembang dari bibir Rasani dan Sigiran. Begitu pula Datuak Limbatang.

"Kalau begitu, tak perlu buang masa. Dalam waktu dekat ini, kita sahkan hubungan Rasani dan Sigiran secara adat," titah Datuak Limbatang.

"Tunggu!" Tiba-tiba Malintang menyela. Semuanya diam, menatap heran pada laki-laki berbadan paling kekar itu.

"Kenapa, Malintang?" tanya Datuak Limbatang, heran.

"Saya menentang perjodohan ini!" Nada bicara Malintang meninggi. Suasana hangat mendadak tegang seketika. Semuanya terkejut.

"Udaa." Rasani memelas.

"Maafkan saya. Tapi saya tidak setuju bila kau menikah dengan orang yang sudah membuat saya malu!" jawab Malintang. "Kau, Giran! Jangan pikir saya lupa dengan pertarungan kita beberapa waktu lalu!"

Merahlah wajah Sigiran. Ia tak menyangka, perkelahiannya dengan Malintang di acara perhelatan di ujung kampung, akan berimbas pada hubungannya dengan Rasani. Waktu itu, ia tak sengaja melukai Malintang. Malintang pun tak terima, sebab kekalahan itu mematahkan harga dirinya.

"Ingat, Sani! Mulai hari ini kau tak diizinkan bertemu dengan Sigiran!" tegas Malintang.

Seketika, luruhlah air mata wanita bak purnama itu. Namun, Malintang sama sekali tak peduli. Ia bangkit dan menghentak kaki, keluar dari rumah gadang itu. Perjodohan pun batal.

Sejak hari itu, tiada lagi binar terang dari roman Rasani. Sementara Bujang Sambilan tetap tidak peduli. Mereka malah semakin mengekang Rasani. Ke mana pun gadis itu pergi, selalu dimata-matai. Mereka betul-betul tak ingin Rasani bertemu lagi dengan Sigiran.

Hingga pada suatu hari, Rasani baru saja kembali dari pekan kampung. Ketika hendak pulang, melewati jalan setapak yang penuh belukar, ia tersandung ranting dan jatuh. Bajunya koyak serta kakinya berdarah. Namun, beruntunglah Sigiran melihatnya dan segera membantu.

"Kakimu berdarah, Sani," ucap Sigiran. Ia jongkok di hadapan Rasani. Gadis itu tidak menjawab, hanya meringis menahan sakit.

"Ya sudah, mari kuantar pulang."

Namun, malang tak dapat ditolak. Seorang warga melihat mereka berdua di dalam belukar. Ia langsung berteriak berang, menuduh dua sejoli itu berzina. Warga yang mendengar pun berbondong-bondong datang. Mereka menarik paksa sejoli itu dan mengaraknya ke rumah gadang Bujang Sambilan.

"Bagaimana kalian mengajari adik kalian ini, Bujang Sambilan?! Perbuatannya itu sangat menjijikkan!" teriak seorang warga.

"Udaa! Demi apapun, kami tidak melakukan itu," tangis Rasani. Menyangkal tuduhan keji yang warga timpakan pada dirinya dan Sigiran.

"Diam, Sani! Baju kau saja sudah koyak begitu! Masih berani kau berkilah?!" hardik Malintang.

"Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik saja?" pinta Datuak Limbatang.

"Tidak bisa, Mamak! Mereka sudah melanggar adat! Mereka harus dihukum!" berang Kukuban.

Maka, atas perintah Bujang Sambilan, diaraklah Rasani dan Sigiran ke balai adat untuk dihukum. Sepanjang jalan, Rasani terus menangis dan meronta. Sedangkan warga terus melontarkan cacian pada dua sejoli itu.

"Dasar kotor!"
"Binatang!"
"Jalang!"

Rasani pun tidak tahan. Hatinya sakit juga kecewa. Tiada seorang pun yang percaya padanya, bahkan saudara dan mamaknya sekalipun. Sebab terlanjur terluka, ditariknya tangan Sigiran lantas mereka lari ke puncak Gunung Tinjau. Warga pun mengejarnya, diikuti Bujang Sambilan dan Datuak Limbatang.

Rasani dan Sigiran sudah berdiri di pinggir kawah, ketika warga baru sampai di puncaknya. Tidak ada yang berani mendekati sejoli itu, sebab hawa kawah terasa sangat panas, meskipun dari kejauhan.

"Kalian semua manusia terkutuk!" ratap Rasani. Air matanya bercucur deras. "Aku sudah berkata jujur, tapi kalian tidak percaya!"

Tidak ada yang menyela. Hanya hening yang berkuasa.

"Sekarang, kami akan membuktikan kalau kami tidak bersalah! Kami akan melompat ke kawah ini! Jika kami memang berzina, maka tidak ada apapun yang terjadi. Namun, jika kami tidak bersalah, maka aku mengutuk kalian! Gunung ini akan meletus, air akan meluap, dan alam akan menenggelamkan kalian semua!"

JEDUAR!

Petir menyambar seketika. Hujan turun begitu deras diiringi angin badai yang amat kencang. Rasani dan Sigiran berpandangan, kemudian saling menggenggam tangan.

"Malintang. Kukuban. Mamak mohon, cegatlah mereka." Datuak Malintang bersimpuh di kaki kemenakannya itu. Berharap sesuatu yang buruk tidak akan terjadi. Namun, terlambat. Belum sempat dicegat, Rasani dan Sigiran sudah melompat ke dalam kawah.

Saat itulah penyesalan datang. Alam mendadak sangat marah. Gemuruh tiba-tiba terdengar dari perut gunung. Bumi pun bergoncang. Badai semakin kuat menerjang. Orang-orang langsung berhamburan mencari perlindungan.

Gunung Tinjau pun meletus, menciptakan ceruk besar. Air meluap dari perut bumi, menimbulkan genangan yang mendanau. Bujang Sambilan yang menyesal mengutuk diri mereka menjadi ikan. Sedangkan Datuak Limbatang larut dalam air matanya yang kemudian menjadi anak sungai.

Semuanya panik. Semuanya tenggelam. Tak bersisa ....

Baso, 05-06-20

Glosarium:

Bujang Sambilan: sembilan pemuda

Mamak: panggilan kepada saudara laki-laki ibu

Kemenakan: sebutan kepada anak saudara perempuan oleh mamak

Anak dipangku, kamanakan dibimbiang: petitih adat tentang tugas mamak; mendidik anak dan kemenakannya.

Buruak bunyi didanga urang, buruak rupo diliek urang, buruak laku dinilai urang: petitih Minangkabau yang menyuruh kita untuk berhati-hati dalam bertindak. Sebab, segala tindak-tanduk kita tak lepas dari penilaian orang banyak

Rumah gadang: rumah adat Minangkabau, beratap gonjong.

Sudaro nan Basapuluah: sepuluh bersaudara
Diubah oleh serbaserbi.com 11-10-2020 03:26
HeidymahraniNdaru4utien212700
tien212700 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
2.8K
59
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.