Judul Asli Berita :
Soal Omnibus Law, Aziz: Kalau Tak Percaya Jangan Dipilih Saat Pemilu

sumber berita


Pemerintahan dari satu masa ke masa berganti, tapi bangsa dan negara kita tetap Indonesia. Kecewa dengan pemerintahan di satu masa tertentu itu wajar dan juga tidak mungkin ada satu pemerintahan yang bisa memuaskan semua orang.

Lalu kalau kecewa pada pemerintah bagaimana kita harus bersikap?

Apakah kemudian kita rusak tatanan berbangsa dan bernegara itu demi meluapkan rasa kesal kita?

Ya jangan, nanti yang rugi ya diri kita sendiri, keluarga dan orang-orang yang kita kasihi.

Dalam negara demokrasi, ketika rakyat kecewa dengan pemerintahannya, maka sudah ada saluran-saluran yang resmi dan bahkan dilindungi hukum, bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya. Pertama ya tentunya adalah wakil-wakil rakyat yang dipilih.


Ketika wakil rakyat sebagai pengawas eksekutif tiba mewakili suara kita, masih ada saluran lain, boleh berdemonstrasi sesuai hukum dan peraturan yang berlaku.

Bisa juga kekecewaan itu disalurkan dalam bentuk tulisan yang disampaikan ke media, tentunya tulisan tersebut tidak boleh memuat kebohongan, apalagi mengajak pada perbuatan yang melanggar hukum.

Selain jalan di atas, masih ada jalan yang lebih efektif dalam "menghukum" pemerintahan yang mengecewakan rakyat. Yaitu gunakan hak kita pada saat pemilu, pilkada dan pilpres. Jangan pilih partai yang sebelumnya berkuasa, atau masuk ke dalam koalisi dari pemerintahan yang berkuasa, bila pemerintahan waktu itu dirasa mengecewakan.

Pilihlah partai oposisi.

Memang kemudian menjadi sulit bagi posisi rakyat, ketika sebagian besar partai politk justru berkoalisi dan mendukung pemerintahan.

Akan tetapi justru inilah kesempatan rakyat untuk menunjukkan bahwa rakyat tidaklah bodoh dan mengecewakan rakyat sama saja dengan bunuh diri satu partai politik.

Pilih partai oposisi. Saat ini, masih terkait dengan masalah pengesahan UU yang baru terjadi, bukankah masih ada dua pilihan?



Jangan takut salah pilih, toh tidak jauh bedanya partai mana yang berkuasa. Inilah kesempatan untuk memberi pelajaran politik pada politikus-politikus Indonesia.

Kalau anda mengecewakan rakyat, habislah anda.

Ketika partai yang berkuasa, dan koalisinya kehilangan sebagian besar suara, maka itulah sebuah tamparan yang mengingatkan mereka, bahwa kekuasaan yang diamanatkan ke tangan mereka itu berasal dari rakyat, dan bisa diambil dari mereka pada saat pemilu bila mereka tidak melaksanakan amanat rakyat itu dengan baik-baik.

Kalau ternyata mereka itu masih terpilih juga, masih menangguk banyak suara, ya artinya mayoritas rakyat masih percaya pada mereka.


Salam...............

ADD::
Karena banyak juga yg jawaban-nya asal njeplak, mikirnya cupet dan pendek.

Ane tambahin dah, jadi begini saudara-saudara, usulan saya di trit ini, itu sebagai tanda bahwa saya masih punya rasa "optimisme" pada proses demokrasi di negara ini.

Bahwa keinginan rakyat, itu sesungguhnya masih menjadi perhatian para politikus di negara kita.

Contohnya, saat Bpk Jokowi berhasil merebut hati rakyat dengan blusukan, maka berbondong-bondong politikus berusaha tampil merakyat dan ikut blusukan.

Pada saat ada yang berhasil meraih simpati rakyat dari golongan tertentu dengan jualan isu tertentu, maka berebut pula beberapa politikus ikut berusaha menggali suara dari isu yang sama.

Artinya apa? Artinya rakyat itu sebenarnya masih diperhatikan opeh politikus-politikus itu.

Maka sekarang, rakyat yang harus pandai-pandai memberikan suaranya.

Kalau disurvey harus jelas memilih siapa dan kenapa.

Sehingga menjadi feedback atau umpan balik bagi politikus-politikus. Apa yang harus mereka lakukan, angkat dan perjuangkan supaya bisa merebut hati rakyat.

Gunakan suaramu untuk mempengaruhi suasana politik negara ini, jangan memilih koruptor, jangan memilih orang yang cuma ndompleng nama orang terkenal, dsb.

Add::
Kebetulan ane baca komentar agan kaskuser di bawah yg rasanya mewakili perasaan ane.