janeeta97Avatar border
TS
janeeta97
Kumpulan Puisi Janeet

Sumber gambar: klik disini


KEKUASAAN YANG MENGUASAI

Tak asing bagiku,
Pernahku dengar bertahun-tahun,

Hal ini menjadi asing bagiku,
Karena tak mengalaminya,
Pengetahuanku tentang itu hanya segelintir padi,
Tak begitu paham dalam anganku,
Semuanya serba awam bahkan abstrak bagiku.

Takdir mengantarkanku dari pengalamannya,
Dia berada dalam kegaduhan,
Aku tak mengerti,
Apa yang ada didepan mata,
Aku hanyalah pengamat,
Bukan pemain dalam aktivitas itu,
Diri ini tak bisa menaruh sedikitpun padanya,
Tak punya hak kuasa yang melekat,
Membuat tak berdaya pada diriku,

Kekuasaan itu membuat tak seorangpun beranjak,
Titik kelemahan berada saat kekuasaan berada ditangan,


SI KECIL PEMBAWA PETAKA

Duri tercipta keras,
Tajam dan runcing senjatanya,
Seluruh dunia tak akan berkata duri lunak,
Selamanya sampai kiamatpun tetaplah keras,

Filosofi duri sering berkata,
Menusuk....
Menyakiti....
Melukai...
Membuat teriris-iris.

Kecil...
Tapi, menyakitkan...
Tak begitu kasat mata,
Tapi, menusuk.
Bahkan melukai.
Jika kau usik, tanpa terusikpun duri bisa membuatmu terluka.
Sekelebat tak sengaja bisa menorehkan sakit.

Takdir tak pernah berkata,
Melainkan membawa bukti,


KAMU YANG TAK MENGENALKU

Kamu, kamu, dan kamu.
Kau bukan orang asing.
Tapi, kau asing dimataku.
Karenaku tak mengenalmu.

Rona wajahmu sumringah.
Sapamu indah.
Santunmu kau tunjukkan
Kau lakukan itu...
Tingkahmu nyata, tapi palsu.

Kertas kecil kau berikan padaku
Apa artinya?
Bukankah aku tak mengenalmu?
Dalam imajinasiku tak pernah terbersit wajahmu.
Kenapa aksara itu kau tujukan padaku?
Patutkah kau bertingkah seperti itu?


KAU KEJAR SURGA HANYA UNTUKMU SENDIRI

Dari caramu berbicara,
Tingkah lakumu,
Terbaca sudah semuanya.

Kau menginginkan berlian,
Tapi, Caramu salah.
Kau ambil hak dia, 
Kau gunakan untukmu.
Kau memang perampas kebahagiaannya.
Kau tertawa lepas melihat dirinya tertindas.
Itulah kau..

Kau ambil surga untukmu.
Kau taruh neraka untuknya.
Itulah nikmat yang kau inginkan.
Sungguh kejam dirimu.
Sang penguasa dalam dirimu keegoisan,
Bukan sebuah keadilan.


BUKALAH MATAMU

Diam...
Diam..
Diam...
Diam...
Diam..
Kenapa kau membisu?
Bisu bukan takdirmu?
Kenapa kau lakukan itu?

Aku tak bisa menafsirkan diammu?
Apakah gejolak kata yang melawanmu?
Apakah hantu yang membuatmu terpaku?
Atau segudang serpihan kaca yang membuatmu terdiam karena sakit?

Diammu kali ini tak membawa sekuntum mawar yang indah.
Hanya sebuah tangkai mawar berduri yang kau bawa.
Tapi, kau tak sadar dengan duri yang kau bawa.

Kau sadar ketika membuka mata.
Apakah matamu tertutup oleh diam?
Sehingga kau tak mengerti apa yang kau bawa?
Yang bisa membuat luka dirimu bahkan orang lain.


BERMAIN DENGANMU TAK MUDAH

Kubermain dengan kata-kata,
Kubertempur dengan kalimat,
Kubergelut dengan paragraf,

Kuperjelas setiap kata,
Kujelaskan antar kalimat,
Kurangkai dalam paragraf,
Kuperjelas sejelas mungkin dengan bahasa singkat.

Tapi, 
Kau tak mau tahu,
Bahkan tak ingin mengerti.

Aku tak bermain dengan singkat lagi.
Bertele-tele, ngalor-ngidul mulai kuajak.
Alhasil sama yang kutemui.

Dasar kau....
Apakah perlu mediasi?
Sehingga membuatmu jelas.


KETIKA MASALAH MENYERGAP

Masalah begitu menghantam,
Kefokusan mulai tenggelam,
Semua serba salah,
Emosi mulai mengelabuhi diri ini,

Aku terdiam,
Seribu bahasa takku lontarkan,
Seakan-akan acuh dengan semesta,

Datanglah insan,
Ia mulai melontarkan kata-kata,
Sepatah, dua patah kata yang muncul dibibir ini,
Kata-kata itu seakan-akan aku hancurkan dengan titik,
Tanpa ada tanda tanya yang terlontar,

Dia tersenyum,
Kusambut dengan masam,
Dia tertawa,
Hanya sebuah lirikan mata yang kukeluarkan,
Ketika ada yang bertanya?
To the point adalah jawabanku.


INDAHNYA WARNA KEHIDUPAN

Hidup bukan keinginan insan,
Hidup itu keinginan-Nya,

Andai keinginan seorang insan,
Tak akan memilih warna hitam bahkan abu-abu,
Warna indah menjadi pilihan,

Hanya sebuah lakon yang bisa dijalani,
Skenario dari-Nya tak bisa diubah,
Itulah ketetapan-Nya,
Lakoni, lakoni, dan terus lakoni,
Tak ada kata lain selain lakoni,

Berkelok, lurus, naik-turun itulah kehidupan,
Hidup lurus tanpa lika-liku mustahil,
Tak mungkin manusia hidup tanpa menikmati indahnya lika-liku,

Lika-liku dijalani,
Kau belajar darinya,
Melihat semesta penuh warna,
Warna yang membuat indah jagat raya,
Warna terkombinasi menjadikan pelangi di langit.



Janeeta Mz,
Jogjakarta, 08 Mei 2019


Quote:
Diubah oleh janeeta97 12-10-2020 00:58
Cahayahalimah
Indriaandrian
swiitdebby
swiitdebby dan 8 lainnya memberi reputasi
9
4K
90
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Poetry
Poetry
icon
6.1KThread5.7KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.