Akhirnya suara ketukan palu terdengar di ruang sidang RUU cipta kerja pun sudah sah menjadi sebuah Undang-Undang. Banyak buruh merasa rugi bila ternyata undang-undang itu tidak menguntungkan.

Dimana Pasal 59 dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah dihapus, pasal ini memberikan syarat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau yang biasa disebut dengan PKWT.

Ok saya kutip sekilas isi dalam pasal tersebut,





Simplenya gini, bila ada karyawan kontrak pertama 2 tahun, bisa dikontrak lagi selama setahun lalu perusahaan punya pilihan bila karyawan ini loyal, baik, dan smart, serta dedikasinya untuk lancarnya perusahaan juga baik maka karyawan tersebut tidak bisa lagi dikontrak namun harus diangkat sebagai karyawan tetap karena karyawan seperti ini yang dicari oleh perusahaan.

Tapi sekarang ketika hal itu dihapus, maka karyawan bisa dikontrak seumur hidup. Apakah akan menguntungkan perusahaan? Jelas iya, tapi kalau karyawan yang smart ia tidak akan mau berlama-lama di satu perusahaan.

Bisa menjadi impostor dalam dunia bisnis, simplenya gini kamu kerja di bagian produksi sabun cuci dan sebagainya. Berapa banyak perusahaan yang bergerak di bidang itu? Di arus bawah antar karyawan dari bagian produksi hingga sales bisa saja mengambil ilmu dari perusahaan tersebut lalu menikung dari belakang ketika kontrak mereka habis.



Bisa membuat produksi ala UMKM, berwirausaha mandiri atau mengajukan lamaran pekerjaan ke pihak kompetitor dengan besaran gaji yang lumayan dibandingkan perusahaan awal.

Sudah pasti akan ada persaingan tidak sehat dimana orang terbaik dari perusahaan akan mencari keuntungan untuk dirinya sendiri sebagai jaminan di hari tua. Tidak ada lagi loyalitas tanpa batas, karyawan akan berusaha mendalami ilmunya untuk dijual ke perusahaan lain yang bisa menggaji dirinya lebih tinggi. Bila perusahaan cerdas karyawan seperti ini akan di ikat menjadi karyawan tetap, namun terkadang perusahaan juga punya strategi tersendiri dalam memainkan kebijakan, bisa saja karyawan sebelum pinter luar dalam sudah putus kontrak, iya toh?

Tapi yang jadi masalah sekarang ini bagian produksi hampir seluruhnya di kuasai oleh teknologi robot, mesin-mesin canggih banyak digunakan oleh pabrik besar alhasil tenaga kerja yang diperlukan penyerapannya semakin berkurang.

Mungkin pabrik skala middle low yang masih membutuhkan tenaga buruh dalam jumlah banyak.





Hampir 80% karyawan buruh kerjanya monoton, sekarang ini pekerjaan mereka dari hari ke hari ya hanya pencet-pencet tombol, memeriksa barang istilahnya quality control dan bagian angkat-angkat barang serta pengiriman yang masih dijalankan oleh manusia karena saat ini pekerjaan itu belum bisa dilakukan oleh robot. Namun karyawan seperti inilah yang menderita, karena skillnya memang tidak ada untuk dijual secara lebih ke perusahaan lain, kecuali di perusahaan yang serupa.

Ente mau lulusan sarjana pun kalau jadi buruh pabrik, ya akan belajar ulang mengenai pengoprasian alat di pabrik seperti mesin moulding, atau mesin jahit dan mesin-mesin pabrik lainnya.

Jadi karyawan yang bekerja seperti ini hidupnya akan pas-pasan untuk kebutuhan hidup, jangan berharap lebih pada perusahaan toh sekolah tinggi-tinggi banyak ilmu yang dipelajari tidak dipakai ketika menjadi seorang buruh, untuk itu sekolahlah yang pinter dan jadilah rakyat yang menumbangkan para cukong asing dengan mengembangkan produk dalam negeri, bukan melamar sebagai buruh.

Dengan adanya UU ini akan tercipta rasa tidak aman, hidup akan sangat kompetitif maka karyawan dituntut untuk hidup lebih mandiri untuk hari tua. Alhasil putaran keluar masuk karyawan dimasa depan akan cepat, ini yang dinamakan cipta kerja.



Lantas bagaimana menurutmu? Mau, menjadi karyawan kontrak seumur hidup? Atau ada yang salah dalam UU cipta kerja yang digagas oleh DPR?

Saya, c4punk see u next thread





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2020
referensi : klik
Pic : google