kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[Curhat] Suamiku Meninggalkanku Karena Aku Keguguran
NOTE: Cerita ini adalah kisah nyata yang dialami oleh salah satu anggota keluarga besar TS kutilkuda. Semua komentar akan dibalas langsung oleh narasumber dalam waktu 24 jam.

Semenjak itu..
setiap malam aku merasakan sesak dalam dadaku.
penyesalan yang tiada akhir dan kesedihan yang menindih batinku.
Kelemahanku membuat kamu pergi meninggalkanku.
seandainya waktu bisa kuulang....

Tulisan itulah yang kusimpan dalam catatan pada handphone ku. Tulisan yang mewakili rasa pedih dalam hatiku. Aku telah menelan rasa sakit hati karena kenyataan yang ternyata tidak seindah mimpiku. 

Sebelum aku bercerita lebih dalam lagi. Aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Martini. Aku adalah saudara atau anggota keluarga besar dari pemilik akun ini. Sebenarnya aku malu untuk menceritakan kisah ini. Tetapi disini aku sendirian, dan tidak bisa mengungkapkan isi hatiku. Aku hanya ingin merasakan kelegaan saat aku bercerita dan mengisahkan persoalan ini. 

Lima tahun lalu, tepatnya 23 Februari 2015. Aku menikah dengan suamiku. Saat itu usiaku masih 24 tahun. Aku menikah dengan seorang pria yang bernama Fredy. Ia enam tahun diatasku. Saat itu, aku dikenalkan oleh salah seorang rekan kerja ayahku. Ia seorang kepala bagian di suatu perusahaan. Berlatar belakang pendidikan yang baik, lulusan dari universitas negri. Ia seorang anak tunggal yang telah ditinggal meninggal ayahnya. Ia hanya hidup bersama dengan ibunya. 

Saat kulihat foto nya, aku merasa sangat tertarik padanya. Ia memang tidak sempurna, tetapi bagiku sudah cukup dan sesuai dengan tipe idaman ku. Tinggi badannya hanya 165 cm, badan tidak terlalu gemuk, kulit putih bersih, dan juga memiliki jenggot tipis yang menawan. Kami pun berkenalan dan menjalani masa pacaran tidak terlalu lama. Hanya enam bulan saja kami berpacaran. Orang tuaku langsung merencanakan persiapan pernikahan bagi kami.

Mas Fredy menyetujui rencana orang tuaku. Hal ini dikarenakan usianya yang telah mencapai usia 30 tahun. Ia mengejar target dari mimpi masa lalunya, yaitu menikah di usia 30 tahun. Aku pun menyetujui rencana pernikahan kami. Aku saat itu berpikir, untuk apa aku menolak, karena Mas Fredy juga orang yang baik. Ia memiliki pekerjaan yang mapan, pendidikan yang baik, dan ia juga anak tunggal. Ia perlu partner untuk menjalani hari harinya. 

Akhirnya pernikahan pun dilaksanakan. Semua biaya pernikahan di tanggung oleh Mas Fredy. Keluarga ku hanya mengadakan syukuran kecil kecilan di rumah. Tetapi ia mengadakan pesta pernikahan di gedung besar. Ia menyewa gedung pertemuan di kota, membayar cathering, souvenir, dan make up. Tamu undangan juga kebanyakan dari relasi Mas Fredy. Rekan rekan kantor ayahku, dan juga keluarga besar ku serta mas Fredy. Semua datang dan menjadi saksi kebahagian kami. Kami pun memulai dalam kisah hidup kami sebagai sepasang suami istri sah. 

Satu tahun pertama, pernikahan kami masih baik baik saja. Semua terlihat indah. Kami berlibur setidaknya sebulan sekali. Kami menikmati masa masa romantis yang sangat aku impikan. Ia benar benar menjadi suami yang bertanggung jawab. Mas Fredy berkata pada ku," tahun ini kita programkan memiliki momongan ya? kamu mau kan?". 

Saat mas Fredy menanyakan itu, jujur aku belum siap. Saat itu usiaku masih 24 tahun. Aku baru saja lulus kuliah, dan masih ingin menikmati masa cemerlang karirku. Aku dengan segenap hati berkata kepada nya, "Mas, aku kan baru lulus kuliah, dan baru saja menikmati masa kerja satu tahun ini. Aku belum bisa membalas kebaikan ibu bapak juga. Kira kira kalau aku belum mau gimana?".

Wajahnya yang tadi nampak penuh harap tiba tiba menjadi berubah. Ia nampak kecewa dan seperti hilang harapan. Aku mencoba meyakinkannya dan memeluknya. "mas, kan aku masih 24 tahun, kalau laki laki kan bisa kapan aja mas, tenang saja ya", bujukku. Akhirnya ia pun menerima keputusan ku untuk tidak menjalankan program kehamilan dahulu. Aku masih ingin fokus bekerja dan belajar menjadi istri yang baik. 

Di tahun kedua, akhirnya aku pun menyetujui untuk mencoba program kehamilan. Informasi dari internet, buku, dan juga orang orang yang sudah berpengalaman selalu kami gali. Kami juga berusaha untuk memperintim hubungan kami. Dari gaya atas bawah, kanan kiri, putar sana putar sini. Semua kami coba. Jadwal melakukan hubungan seks dan semua trik tips kami jalankan dalam tahun kedua pernikahan kami. 

Akhirnya di awal tahun ketiga pernikahan kami, yaitu Maret 2017. Aku mencoba melakukan test kehamilan. Syukur Alhamdullilah, aku hamil saat itu. Wajah Mas Fredy nampak bahagia dan penuh dengan harapan. Setiap hari ia memberikan perhatian yang lebih kepadaku. Ia sangat menyayangiku. Memperhatikan apa yang aku makan, susu ibu hamil, dan apapun yang aku kerjakan. Ia takut anak kami kenapa kenapa. 

Tetapi nasib buruk harus kami alami. Kehamilan baru lima bulan, aku keguguran. Kejadiannya saat itu aku sedang bekerja di kantor. Saat aku ke kamar mandi, tiba tiba aku terpeleset dan jatuh di kamar mandi. Perutku terhantam toilet duduk dan kepalaku terbentur pada dinding dekat toilet. Saat terdengar suara aku jatuh, ada salah satu Office girl yang menolongku dan membuka pintu kamar mandi. Aku langsung dibawa ke rumah sakit dan disana dokter memeriksa kehamilanku. Ternyata janin di rahimku mengalami goncangan akibat kecelakaan di kamar mandi. 

Jujur hancur rasa hatiku. Aku hilang harapan. Rasanya aku seperti wanita yang tidak berharga. Aku sudah menghancurkan harapan suamiku. Aku seperti orang yang tidak ada semangat lagi. Jujur aku merasa gagal di tahun itu. Mas Fredy memang kecewa atas kejadian itu. Akhirnya kami mencoba memperbaiki hubungan kami dan menjalani rasa kecewa ini berdua. Kami datang ke ahli spiritual dan juga psikolog. Mereka memberikan saran dan masukan kepada kami. Kami pun mencoba untuk bertahan dalam badai rumah tangga kami kala itu. 

Dua tahun berlalu. Kami tidak menjalankan program kehamilan apapun. Karena menurut rekan rekan kerja kami, biasanya setelah keguguran anak pertama, akan sulit bila memiliki janin kembali. jadi kami menjalankan apa adanya saja. Ternyata di tengah tahun 2019, aku merasakan tanda tanda kehamilan. Benar saja, saat aku cek dan mencoba memeriksakan diri, aku sudah hamil 4 minggu. Rasanya seperti mendapat kejutan indah dari Allah.

Kehamilan kedua ini, kami benar benar menjaga baik baik apa yang aku lakukan dan asupan gizi. Berhati hati saat di kamar mandi, tidak bekerja terlalu berat , dan menjaga makanan serta kesehatan. Tidak hentinya kami berdoa agar diberi keselamatan atas kami. Jujur, trauma atas keguguran ditahun 2017 membuatku cukup ketakutan setiap kali melakukan aktifitas. Kami mengikuti pengajaran baik dari internet dan juga buku mengenai bayi sehat, kehamilan sehat, dsb. 

Tetapi nasib buruk terjadi kembali. Desember 2019. Saat itu kehamilanku masih menginjak usia enam bulan. Biasanya bayi di perutku kontraksi setiap kali aku putarkan musik. Tetapi kali itu tidak ada kontraksi sama sekali. Perutku juga terasa penuh, seperti sesak. Tidak nyaman rasanya. Perasaan ku juga gelisah. Aku telpon suamiku, dan akhirnya kami ke rumah sakit. Ternyata kehamilanku lemah. Aku harus benar benar menjaga kondisi kehamilanku.

Tetapi saat perjalanan pulang bersama suamiku, air ketuban dari rahimku merembes keluar. Ketuban ku pecah diusia kehamilan masih 27 minggu. Sungguh benar benar membuatku takut. Aku panik dan suamiku juga. Kami berputar arah dan kembali ke rumah sakit. Ternyata aku mengalami ketuban pecah dini. Pecahnya ketuban itu menyebabkan adanya infeksi pada janinku, dan akhirnya aku keguguran untuk yang kedua kalinya.

Rasanya hancur sehancur-hancurnya. Tidak ada harapan lagi. Aku berada di titik stress dan hilang harapan. Suamiku kecewa dengan apa yang terjadi pada pernikahan kami. Aku mulai merasa depresi. Setiap kali melihat wanita menggendong bayi, baju bayi yang ada di lemari, foto foto kehamilan ku, semuanya membuatku semakin terpuruk. Aku tidak ingin melanjutkan hidup. Emosiku semakin tidak terkendali.

Suamiku awalnya mencoba untuk menenangkanku dan menerima kenyataan. Tetapi emosiku dan traumaku membuat beban lebih pedih bagi suamiku. Akhirnya, suamiku menyerah menghadapi depresi ku. Aku selalu marah, menangis dan tidak terkendali. Khususnya ketika teringat dengan kejadian itu. Suamiku selalu kubentak, ku marahi, dan kadang ku lempar barang karena aku merasa sangat benci dengan siapapun yang berada di dekatku. Akhirnya Ia memutuskan mengantarku ke orang tuaku. Aku juga berhenti bekerja. Ia berusaha agar aku bisa pulih kembali.

Tetapi nasib ku mungkin tidak baik. Juli 2020 ini, suamiku dan aku sudah menjalani proses perceraian. Meskipun belum keputusan sidang, masih dalam tahap perceraian. 

Ini yang ada dalam hatiku saat ini, dan ingin kusampaikan pada Mas Fredy..

Dulu... kamu mencintaiku sungguh sungguh
Aku rela melepas masa mudaku untuk menikah denganmu.
Aku berusaha mengikuti target mu. 
Ternyata di 2017 aku keguguran.
lalu 2019 aku keguguran lagi yang kedua saat bersama kamu. 

Apakah aku sengaja membunuh anakku?
Apakah aku ingin keguguran??? TIDAKK
aku juga tidak ingin ini terjadi.
Tetapi kenapa kamu tega meninggalkanku.
Meskipun aku depresi. Seharusnya kamu menemaniku. Seharusnya kamu disini.

Aku hanya butuh untuk dihibur, ditenangkan dan dikuatkan.
Jujur aku tidak ingin kita berpisah, tetapi sepertinya kegagalan dalam keturunan menjadi pemicu perpisahan kita. 



Sekian.
Martini, jawa tengah
juna247
HendraJP88
tien212700
tien212700 dan 11 lainnya memberi reputasi
10
2.5K
54
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.