adijaya89Avatar border
TS
adijaya89
Mimpi Buruk Bertemu Mantan di Perpustakaan
Pagi ini matahari bersinar begitu cerah, aku beranjak dari tempat tidur ku meski mata masih mengantuk akibat begadang mengerjakan skripsi. Perkenalkan, nama ku Dema, seorang mahasiswa tingkat akhir Angkatan 2004 di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Aku tinggal di sebuah rumah kos yang sederhana di kawasan Margonda, Depok. Bab demi bab skripsi yang tak kunjung selesai sementara tenggat waktu pengumpulan semakin menipis membuatnya harus rajin bangun pagi untuk mencari sumber literatur di perpustakaan. Sudah 4 bulan Dema ditemani laptop antiknya, meskipun antic laptop itu adalah teman akrabnya untuk menuntaskan skripsi. Hampir setiap hari ia bergadang dan membuatnya sedikit lelah untuk ke perpustakaan hari itu, namun apadaya Lelah adalah nomor dua karena masa depan tak mungkin disia-siakan.

 

Waktu menunjukkan pukul 08:00 WIB, ia mulai bersiap diri untuk berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Sesampainya di perpusatakaan, ia bertemu penjaga perpustakaan. Pada tahun itu perpustakaan UI masih berada diantara kampus FIB dan Fasilkom. Saking seringnya ke perpustakaan tentu Dema sampai mengenal akrab petugas disana.

“Pagi pak Darmo,” sapa Dema.

“Eh mas Dema, biasa ma?” sahut pak Darmo sambal tersenyum

“Biasa pak, sampe luluuuuus,” jawab Dema.

“Semangat kalo gitu, biar bisa banggain orang tua dan sukses mas, kalo udah jadi orang jangan lupa sama saya hehe.”

“Aamiin, tenang aja pak. Masa saya lupa sama orang yang udah berjasa sama saya, hampir setiap hari saya lembur disini, bahkan bikin bapak rela nungguin saya selesai.” Jawab Dema

“Hehehe gapapa mas, saya juga sembari ngopi-ngopi sama yang lain di depan. Yang penting mas Dema tugasnya amaan.”

“Hehehe, makasih banyak lho pak, saya lanjut ya pak naik.”

“Monggo mas, kalo ada apa-apa tinggal kebawah aja ya.”

Ia langsung menuju lantai dua, ruangan yang berisi buku literatur disimpan, mengambil beberapa bahan untuk skripsinya lalu duduk di kursi kayu paling ujung menghadap ke arah tangga. Hari itu hanya ada empat orang mahasiswa saja, sambil membuka isi laptop ia mengerjakan skripsinya dengan serius. Suasana begitu tenang, ia mengambil buku disatu Lorong dan tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak, mungkin ia merasa Lelah akibat begadang semalam pikirnya. Hari semakin semakin sore, Dema masih sibuk mengerjakan skripsinya, orang-orang mulai pulang dan yang tersisa hanya ia dan wanita didepannya. Waktu menunjukkan pukul 17.15 WIB, ia memperhatikan wanita didepannya dan ternyata itu adalah mantannya. Sebelum putus memang mereka seringkali pergi ke perpustakaan, Dema pun bertemu pertama kali dengannya di perpustakaan. Wanita tersebut memandang kea rah mata Dema dan mereka berdua saling senyum.  Ingin Dema menghampirinya, namun rasa gengsi dan malu menahan ia beranjak dari kurisnya.


“tap, tap, tap, tap,” terdengar suara langkah kaki dari arah tangga.

“Mas Dem, lampu saya hidupkan ya, sudah maghrib mulai gelap nih, kalo mas Dem masih lama nanti cari saya di pos depan saja ya,” Ucap Pak Darmo.

 

“Oh, iya pak, makasih banyak ya pak hehe,” jawab Dema

“Yowees, gapapa kan saya tinggal sendirian?” tanya pak Darmo

“Takuut? Hehehe tenaaang pak, justru lagi seneng saya,” jawab Dema sembari senyum

"Gimana sih tuh pak Darmo orang berdua begini dibilang sendirian." Pikirnya Dema

“Sip mas Dem! Saya tinggal dulu ya.” Jawab pak Darmo

Dua puluh menit kemudian, ia telah selesai mengerjakan skripsinya. Ia telah menyelesaikan bab tiga dan itu membuatnya lega, ia melihat lagi ke arah depan dan mantannya pun masih duduk sambil tertunduk seperti membaca sesuatu, ia menoleh ke arah Dema dan mereka saling tersenyum. Dema yang membranikan diri mencoba beranjak untuk menghampirinya namun ia menjatuhkan buku yang ada di meja. Ia segera mengambilnya dan saat meraih buku seketika ia melihat arah mantannya duduk namun ia kaget karena tak terlihat kaki di tempat mantannya duduk.


 Tiba-tiba ia teringat kata pak Darmo “Yowees, gapapa kan saya tinggal sendirian?” ia mulai berpikir keras maksudnya apa ini pak Darmo, kenapa ia mengatakan kalua ia ditinggal sendiri. Keringat mulai menetes, jantung berdegub kencang, ia tidak berani beranjak dari bawah dimana rasa takut tiba-tiba menyelimuti pikirannya. Lima menit ia tertahan untuk tidak bangun, ia mulai memberanikan dirinya dan berusaha berpikiran positif. Ia menatap wajah mantannya dan berkata “Udah tau apa pura-pura ga tau? Hiihihihihihi!” tanyanya sambil tersenyum lebar dan tertawa kecil.

cerita anak payung kancut sastra tahun 2000

 


Diubah oleh adijaya89 05-08-2020 02:14
shoyusushi
satoushi888
mmuji1575
mmuji1575 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.9K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.