ngopitalisAvatar border
TS
ngopitalis
Buang Popok ke Sungai, Agar Bayi tak Panas | Mitos atau Fakta?

Sampah di sungai beraneka ragam, mulai dari sampah plastik, kotoran hewan atau orang, limbah perusahaan, dan yang paling tampak menghiasi sungai adalah,

Popok Bayi!

Dulu, para orangtua menggunakan popok kain sebagai celana dalam bayi dan balita. Penggunaannya pun tidak untuk sekali pakai, popok bisa dicuci untuk digunakan kembali. Biasanya, para orang tua membuat popok kain dalam jumlah yang tidak sedikit. Mengingat kondisi bayi yang masih belum bisa mandiri ber-BAB. Memang, cara ini agak ribet dan butuh ketelatenan. Namun, cara tersebut merupakan langkah hemat orang tua jaman dulu.

Di era modern ini, penggunaan popok kain sudah jarang diminati oleh orang tua jaman sekarang. Mereka beralih pada penggunaan pampers yang lebih simple dan efisien. Popok kain mungkin dianggap ribet dalam menggonta-ganti. Karena sewaktu-waktu bayi bisa buang air kecil atau besar, dan harus segera diganti agar tidak mengotori disekitarnya. Para orangtua tentunya sangat berhati-hati dalam merawat bayi. Bahkan untuk urusan kotoran sekalipun.

Alasan Buang Pampers ke Sungai

Pada masyarakat tradisional di lingkungan penulis, para orang tua tidak bisa sembarangan membuang kotoran bayi. Pampers, baiknya tidak boleh terkena sinar matahari, apalagi sampai dibuang ditempat pembakaran sampah. Hal tersebut diyakini akan membawa dampak buruk pada kesehatan bayi, yaitu demam dan sakit perut. Kok bisa?

Jadi, cara yang dianggap baik oleh masyarakat adalah dengan membuang pampers ke sungai atau dikuburkan. Hal ini diyakini agar bayi tidak mengalami gangguan kesehatan seperti demam dan sakit perut. Maka sungai dipilih sebagai tempat pembuangan pampers karena ada air yang memberikan efek sejuk pada bayi. Ada-ada saja!


Dan yang membuat kita tercengang, ternyata masyarakat yang berperilaku semacam itu sebagian besar merupakan orang yang berpendidikan. Begitu coba ditelusuri, itu semua adalah wasiat dari orang tua sebelumnya yang tetap dipelihara sampai hari ini. Sebenarnya, masyarakat semacam itu mengerti bahwa membuang sampah ke sungai adalah tindakan bodoh dan merusak. Namun mereka lebih memilih teguh pada keyakinan orang tua jaman dulu, demi menjaga dampak buruk yang takut terjadi pada bayi mereka. Anjay!

Sementara, upaya untuk memberikan penyadaran bahwa keyakinan tersebut itu adalah keliru, malah dianggap sebagai orang yang "sok tau" dan terlalu mengurusi kehidupan orang lain. Hmmm, jadi serba repot, kan? Alhasil, setelah beberapa generasi mewarisi mitos tersebut, sungai dilingkungan kami selalu ramai dengan kotoran berlayar mengikuti arus.


Menurut Anda, Mitos atau Fakta?
***
Berdasarkan Pengamatan Pribadi
Sumber Gambar
n.h3
rahmphock
raliakbarrr
raliakbarrr dan 20 lainnya memberi reputasi
17
7.2K
212
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.