• Beranda
  • ...
  • Education
  • Jutaan Emak-emak Pun Berteriak Ketika Terpaksa Jadi Guru Dadakan Bagi Anak-anaknya

l13skaAvatar border
TS
l13ska
Jutaan Emak-emak Pun Berteriak Ketika Terpaksa Jadi Guru Dadakan Bagi Anak-anaknya



Picture: sumber


New normal sudah lama digaungkan oleh pemerintah sumber. Namun sejak wacana itu digaungkan oleh Presiden Jokowi, sebagai emak dari satu anak yang bersekolah di masa pandemi, saya merasa kehidupan normal saya dan keluarga belum sepenuhnya kembali.

Bagaimana tidak? Jika dahulu terkait pendidikan anak, sebagai orang tua tugas mendidik dan mengajar percayakan pada pihak sekolah. Jika diprosentasekan maka 70% dari kegiatan belajar anak sudah dicover sekolah, 10% TPQ tempat anak mengaji dan sisanya 20% anak belajar di rumah.


Fenomena pendidikan anak yang terjadi sekarang seolah justru berbanding terbalik dengan pendidikan sebelum pandemi. Prosentase tugas mendidik dan mengawasi anak sebesar 80% kembali jadi tanggung jawab orangtua.

Bukan hal mudah terlebih ketika anak hanya mampu berinteraksi dengan guru dan teman dari jarak jauh itupun via seluler. Padahal bersosialisasi juga penting agar kedepan anak tak jadi pribadi yang anti-sosial.

Sebuah kenyataan yang cukup membuat emak-emak macam saya berteriak, "Ampuuun".

Adaptasi baru dengan dunia pendidikan tak hanya membuat saya kelabakan. Banyak emak-emak lain yang ikut kebakaran jenggot (ada gak kaskuser emak-emak berjenggot disini?).

Bukan hanya persoalan mengajari anak di rumah saja, memastikan kuota internet seluler tetap penuh juga jadi PR tersendiri bagi para orang tua dimasa pandemi. Belum lagi biaya sekolah yang tetap harus dibayarkan meski beberapa sekolah membuat kebijakan pemotongan biaya.


Disinilah emak-emak juga dipaksa memposisikan diri jadi manager keuangan yang handal demi keberlangsungan sekolah anak-anak. Betapa tidak pusing para emak memikirkan kebutuhan dapur dan tetek bengeknya?!

Perekonomian keluarga baru pulih namun sudah dihadapkan dengan kenyataaan sulitnya adaptasi dengan sekolah anak di rumah.

Membagi waktu antara pekerjaan rumah dan menunggui anak belajar juga jadi polemik tersendiri bagi kebanyak orang tua. Jadi tak heran jika banyak emak-emak yang teriak: Corona segera pergi!! ๐Ÿ˜ก


Picture: Sumber


๐ŸŽ—๐ŸŽ—๐ŸŽ—


Rupanya bukan hanya saya saja, beberapa teman merasa berat dengan adanya pembelajaran dari rumah. Setidaknya beberapa kawan yang saya temui secara langsung merasa kesal dengan adanya kebijakan sekolah di rumah.

Tak hanya harus belajar via online namun adanya banyak tugas yang harus dikumpulkan tiap harinya lumayan membuat kebanyakan wali murid keteteran. Terlebih tiap tugas menuntut laporan berupa foto atau video. Bisa dihitung gak kebutuhan kuota internet tiap minggunya?

Salah seorang kawan saya di sekolah anak malah lebih miris. Beban mengajari dan mengawasi sekolah ketiga anaknya di rumah jelas bukan hal yang mudah. Dua anaknya masih TK dan anak sulung baru kelas 2 SMP.

Bergantian handphone dengan anak dan kehilangan banyak waktu karena harus mengajari ketiga anaknya. Bahkan sampai tak sempat masak demi memastikan tugas-tugas sekolah anak diselesaikan dengan baik. emoticon-Cape deeehh

Spoiler for Obrolan Via WA tentang tugas sekolah anak yang bikin emak menggila:


Bisa dipastikan dunia pendidikan semasa pandemi telah jadi momok tersendiri bagi kebanyakan emak-emak. Tak hanya emak-emak yang full time dirumah. Emak-emak yang berkarir diluar rumah pasti juga berteriak geregetan dengan pandemi yang tak kunjung usai ini. Bosan dan jenuh serta penat dan capek karena harus membantu anak belajar sepulang kerja.

Spoiler for Kebijakan Sekolah Selama Pandemi:


Model pendidikan tatap muka yang sudah berpuluh-puluh tahun diterapkan di Indonesia tiba-tiba harus berganti dengan pembelajaran daring. Sungguh membuat mereka yang tak melek teknologi jadi super kelabakan.

Terlebih jika anak-anak merengek bak satu adegan di sinetron Indos**r yang meminta ponsel baru demi bisa belajar online.

Bayangkan Gan Sis harga ponsel smartphone termurah saja masih berkisar Rp. 499.500,- keatas untuk merk HP SPC (cek Shopee). Itupun belum biaya internet yang harus dikeluarkan setiap minggunya.

Quote:


๐Ÿงท๐Ÿงท๐Ÿงท


Jelas, pendidikan di masa pandemi bukan hal yang mudah bagi kebanyakan orang tua. Terlebih selama pandemi banyak orang berkurang pendapatannya bahkan kehilangan pekerjaan.


Jadi tak heran jika kasus kejahatan meningkat, perceraian bertambah dan banyak orang memilih bunuh diri karena tak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup. Lebih parah lagi angka anak putus sekolah selama masa pandemi semakin bertambah.[URL=https://amp-dwS E N S O R.cdn.ampproject.org/v/s/amp.dw.com/id/hampir-10-juta-anak-terancam-putus-sekolah-secara-permanen/a-54151919?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=15985758050346&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.dw.com%2Fid%2Fhampir-10-juta-anak-terancam-putus-sekolah-secara-permanen%2Fa-54151919]sumber[/URL]


Kebiasaan baru yang harus dilalukan sejak masa pandemi benar-benar bikin saya pusing tujuh keliling. Dahulu yang namanya anak sekolah artinya pergi ke sekolah dan menjemput dengan jadwal yang sudah pasti.

Masa TK sebelum pandemi jelas saya akui lebih berwarna bagi anak saya. Bisa bertemu langsung dengan para guru dan teman-teman adalah kebahagiaan tersendiri. Putri saya pun selalu pulang dengan senyum sumringah.


Kini, setelah sekian purnama virus corona mampir di Indonesia. Wajah penuh kebosanan seolah mewarnai hari-hari anak saya. Selain itu dibeberapa kesempatan terlihat anak mengerjakan tugas dengan penuh keterpaksaan.

Permasalahan dikarenakan tak ada teman belajar dan yang bertindak sebagai guru adalah orang tuanya sendiri. Lebih galak dan jelas no kompromi. Tak jarang anak cemberut bahkan menangis karena saya marahi saat belajar emoticon-Cape d...

Jadi, saya pun terpaksa memutar otak untuk membuat anak saya nyaman belajar di rumah. Mulai dari belajar di loteng hingga berpura-pura jadi guru yang baik. Meski itu susah bin amat, mengingat anak kedua saya masih berusia tiga tahun dan manja kebangetan.


Jenuh di dalam rumah, belajar pun saya alihkan di atas loteng. Duh, beruntungnya saya. Bagaimana dengan mereka yang tak punya tempat layak untuk belajar. Kabur dari rumah bisa jadi pelarian
[/I]

Sebegitu khawatirnya beberapa golongan hingga meniadakan kegiatan belajar di sekolah. Namun tempat wisata dan mall bebas dikunjungi. Padahal sekolah adalah sebuah substansi pendidikan yang sangat penting bagi masa depan anak dan bangsa.

Menutup sekolah artinya menutup kesempatan jutaan anak bangsa untuk dapat tempat terbaik dalam mengenyam pendidikan.

Dan entah kenapa saat ini saya merasa kita tengah berada dalam situasi perang. Dimana belajar pun harus sembunyi-sembunyi. Jadi pintar dan bijak rupanya bukan perkara mudah, butuh perjuangan.

Seandainya boleh berdemo pastinya saya akan mengumpulkan masa dan menolak dengan terang-terangan penutupan sekolah selama masa yang dikatakan "Pandemi".

Sekolah itu penting dan banyak dari emak-emak tak siap jadi guru dadakan bagi anak-anaknya.

๐ŸŽ—๐ŸŽ—๐ŸŽ—


Sebagai emak-emak yang pernah mengenyam pendidikan S1, saya merasa sulit beradaptasi dengan beberapa kebiasaan baru dalam dunia pendidikan beberapa bulan terakhir.

Bagaimana dengan mereka yang tak pernah mengenyam bangku pendidikan sama sekali? Atau dengan emak-emak yang hanya lulusan SD, SMP dan SMA? Apakah mereka mengalami kesulitan seperti saya?

Video berikut berisi curhatan beberapa emak-emak yang mewakili isi hati suara seluruh warga Indonesia:


Bisa dibayangkan bagaimana nasib generasi berikut jika masalah pendidikan terus berlarut-larut seperti ini?

Bagi orang berduit yang terbiasa home schooling atau bayar guru les privat pasti gak ada bedanya belajar.di sekolah atau tidak. Tapi bagi kami, orang-orang dari kelas menengah kebawah: keberadaan sekolah adalah kelanjutan masa depan anak-anak


๐ŸŽ—๐ŸŽ—๐ŸŽ—


Jika keadaan seperti berlangsung lebih lama lagi mungkin kedepan generasi Indonesia benar-benar terjebak dalam kebodohan hakiki. Faktanya dari sekian juta hanya sedikit yang melek teknologi. Sedikit dari mereka siap secara mental dan spiritual untuk hidup berdampingan dengan gadget.

Khawatir saya, penggunaan seluler akan disalah gunakan oleh anak-anak yang belajar tanpa pengawasan orang tuanya. Secara tak langsung mereka jadi lebih mudah mengakses fitur-fitur diluar usia mereka.


Saya tak kan heran jika tingkat kenakalan remaja sekarang dan kedepan akan terus naik. Tak sedikit siswa yang belajar tanpa pengawasan orang tua. Tak sedikit pula dari mereka yang merasa jenuh dan bosan dengan rutinitas yang sama setiap harinya. Sehingga waktu seharusnya mereka di rumah digunakan untuk keluyuran dan bahkan tawuran.

Harapan saya semoga pandemi ini segera berakhir. Pemerintah pusat lebih tegas lagi dalam membuat keputusan terkait pendidikan generasi bangsa. Terakhir harapan saya para dewan punya solusi dan berani menyuarakan pembukaan sekolah kembali.

Jangan hanya membuka tempat wisata namun menutup sekolah. Menutup sekolah hanya akan membuat banyak siswa terjebak dalam kebodohan. Secara tak langsung menghilangkan kesempatan para siswa mendapat pendidikan terbaik. Mengingat metode belajar tatap muka sudah ada sejak zaman baheula.

Yah, inilah teriakan saya sebagai emak yang tetiba harus jadi guru di rumah. Meskipun punya basic kuliah di jurusan pendidikan. Berperang dengan pandemi tak semudah membalikkan tangan. Tak hanya sektor pendidikan, semua sektor kehidupan seolah dipaksa mati.

Teriakan ini tak hanya saya alami, puluhan ribu bahkan mungkin jutaaan emak-emak mengalami hal serupa dengan saya dan mungkin para bapak-bapak, para kakek atau pun nenek juga ikutan teriak.emoticon-Wakaka



Picture: Gambar


Sekian dulu tulisan saya kali ini. Jangan sungkan berbagi keluh kesah tentang carut marutnya dunia pendidikan akibat Covid-19. Ayuk sharing dengan santai dan santun. Wassalam
[/SIZE]



Batu, 27 Agustus 2020
L13SKA


KomalkuRaya
#Sejutaadaptasidimasapandemi
#pendidikan
Diubah oleh l13ska 29-08-2020 14:42
mulivw
alifrian.
tien212700
tien212700 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
6.7K
275
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
Education
icon
22.4KThreadโ€ข13.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
ยฉ 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.