tafakoer
TS
tafakoer
Anak-anak Jadi Bahan Konten, Pantaskah?
Membicarakan para konten kreator masa kini memang begitu menarik, hal ini karena banyak sekali hal-hal menarik yang bisa di bahas terutama hal-hal yang berkaitan dengan kontoversialnya para kreator masa kini dengan karya tak baik hingga karya yang tak berfaedah. Konten kreator yang kontroversial memang hanya sebagian orang saja, karena masih banyak konten kreator yang benar-benar berperan sebagai konten kreator. Akan tetapi kecemerlangan para konten kreator dengan karya hebatnya ini tercoreng oleh orang yang mengaku sebagai konten kreator namun membuat karya yang tak mencirikan sebagai konten kreator.

Credit : kompas.com

Banyak hal yang menjadi sorotan dari konten kreator sendiri mulai dari konten prank yang tak berfaedah, konten yang absurd hingga konten-konten kontroversial lainnya seringkali dibuat oleh para konten kreator yang tergoda oleh popularitas dan juga sensasi. Konten adalah sesuatu yang berharga bagi para konten kreator, maka tak heran banyak konten kreator yang membuat konten yang aneh dan kontroversial agar ditonton dan juga dikenal oleh banyak orang.

Bahan untuk konten memang banyak selain dengan konten prank atau konten kontroversial lainnya, salah satu hal yang seringkali menjadi bahan konten adalah anak-anak. Jika kita telusur di internet kita akan menemukan banyak konten kreator termasuk para artis yang menjadikan anaknya menjadi bahan konten. Lalu pantaskah anak-anak jadi bahan konten? tentunya hal tersebut sah-sah saja selama itu dalam batas kewajaran. Wajah lucu dari sang anak dan tingkah gemasnya seringkali disukai banyak orang hingga tak heran bila banyak orang yang menjadikan anak sebagai bahan konten untuk menaikkan popularitasnya.

Menjadikan anak sebagai bahan konten memang wajar, namun di sisi lain bisa jadi hal ini merupakan sesuatu yang tidak baik terlebih bila ujungnya hanya untuk ekploitasi anak demi sebuah keuntungan materi. Tak jarang hanya demi sebuah konten dibuatkan konten prank yang korban pranknya adalah anak sendiri yang terkadang buat anak-anaknya hingga nangis. Padahal seorang anak punya dunianya sendiri dan kita tak bisa memaksa-maksa anak untuk berlaku yang tak sesuai dengan keinginannya.

Ditengah banyaknya anak yang menjadi bahan untuk konten sebaiknya bisa dipahami dengan bijak oleh setiap orang tua, Menjadikan anak sebagai konten terutama anak sendiri tentu banyak resikonya mulai dari muncul rasa iri orang lain hingga hal-hal buruk lainnya yang mungkin terjadi. Jangan hanya demi sebuah materi membuat pikiran menjadi lupa diri. Anak adalah generasi penerus di masa depan, biarkan dia tumbuh dengan sendirinya tanpa memaksanya menjadi artis dadakan oleh orang tuanya demi sebuah konten.

Credit : boombastis.com

Berpikir ulanglah jika memang ingin menjadikan anak sebagai bahan konten. Menjadikan anak menjadi bahan konten memang boleh-boleh saja, namun jika anak sampai diekpolitasi dan dibikin nangis karena prank tentunya itu tak baik. Meksipun menjadikan anak sebagai bahan konten itu sah-sah saja namun baiknya dihindari dan lebih baik mencari bahan konten lain yang tak harus menampilkan anak sendiri di dunia maya yang bukan tak mungkin jika mereka dewasa akan malu jika konten yang dibuat di masa kecilnya memalukan. Konten memang penting namun buatlah konten yang baik dan berkualitas tanpa ada yang merasa dirugikan. Demikian tulisan ane kali ini, bagaimana pendapat agan dan sista? silahkan sampaikan di kolom komentar dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya. emoticon-Big Grin

Sumber : Opini Pribadi dan Hasil telusur di internet
Sumber gambar via google images
kudanil.laraliakbarrrujellyjello
ujellyjello dan 35 lainnya memberi reputasi
34
6K
128
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.