Postingan Mcdojolife

Ulasan tentang tokoh harimau utara sepertinya sudah beberapakali diulas dikaskus. Pilihan ini saya lakukan demi membuka mata kita akan pentingnya mempertahankan nilai-nilai seni beladiri pencak silat sebagai salah satu budaya kebaanggaan negara kita.

Melakukan editing dan mengklaimnya sebagai sebuah kemampuan yang dimilikinya merupakan sebuah bentuk kesalahan. 

Bayangkan jika suatu saat ada seorang pesilat kita sedang berada diluar negri, yang ada mereka bisa akan ditantang untuk memecah batu padas dari jarak jauh, memukul durian, push up satu jari, hand stand satu jari dan menendang tiang beton hingga hancur.

Hal ini bisa terjadi karena mindset yang timbul dari orang-orang diluar negri yang menonton konten cc.Mereka berpikir jika seorang pesilat tangguh harus bisa melakukan apa yang CC 40 dan master agus lakukan.

Ini bukan sebuah hal yang membanggakan karena malah menjebak para petarung silat kita kedalam situasi yang serba salah. karena ketika mereka tidak bisa melakukan apa yang dilakukan CC 40 mereka akan dianggap pesilat biasa dan tidak berkompeten.

Tindakan melakukan editing dapat disebut sebuah penipuan, karena skil yang dilakukan dibuat dengan menggunakan tehnologi dan bukan kemampuan sebenarnya tampa sebuah discleamer. Ini tentu sudah jauh dari nilai-nilai filosofi pencak silat sebenarnya yang selalu membela kebenaran dimanapun mereka berada.

Blunder yang dilakukan Chintya pada akhirnya membuat team beladiri bersatu berusaha mencari kebenaran dengan mendatangi perguruan Harimau Utara Kelampung. Yang pada akhirnya dijawab dengan peghindaran. Kemudian bagaimana dengan pamor Chintya?

Apalah daya, masyarakat sudah menilai dan tidak mungkin lagi dapat dikibuli. Faktanya CC 40 dan Agus 200 tidak berani menemui team beladiri bersatu yang ingin melihat kesaktian dari CC 40 dan Agus 200. 

Masyarakat sudah menarik kesimpulan jika segala atraksi yang dilakukan team Harimau Utara tidak berani dilakukan langsung di depan media masa ataupun publik.

Hukuman sosial pun mulai menerpa, konten-konten CC pun mulai didislike oleh puluhan ribu warganet, yang tidak hanya didalam negri. Diluar negri pun pembahasan Chintya pun sudah diulas.



Dalam postcastnya Dedy Corbuzier dan team beladiri bersatu pun sudah menyampaikan kebenaran yang ingin mereka sampaikan. Dan lihat saja dengan tampa penyesalan team CC tetap mebuat video tampa merasa bersalah.



Sepertinya mereka malah mengambil momentum dengan situasi saat ini untuk mendapat keuntungan walau dengan dislike yang begitu besar. Jika Tanpa like video mereka tetap ditonton banyak orang dan menjadi pemasukan bagi team mereka, kenapa harus berhenti?

Saya juga sedikit kecewa dengan Youtube yang tetap mempertahankan chanel cc 40 tetap tayang dan masih bebas dalam membuat content , serta mempertahankan conten lama yang cenderung terindikasi pembodohan publik dari team harimau utara. Tampaknya youtube lebih memilih mempertahankan keuntungan daripada tuntutan masyarakat yang meminta chanel tersebut ditutup.

But its okay. Kini saatnya kita kembali kedunia nyata. Para petarung kita harus kembali lagi dalam kehidupan real mereka. Theodorus Ginting harus mempersiapkan dirinya dalam pertarungan mempertahankan gelar juaranya. Suwardi juga harus bersiap untuk kembali merebut titel juara One pride. Rudi Agustian harus kembali mempersiapkan diri dalam turnamen One Championship begitu juga mbak Oki Nirmala dalam persiapan PON.

Saya sudah unsuscribe chanel Chintya Candranaya dan mengunlike video-videonya. Pilihan kita kembalikan kepada masyarakat apakah terikut arus pembodohan publik dan tetap mengikuti mereka dan malah berdonasi dengan menonton konten mereka atau memilih unsubscribe mereka dan lebih bijak memilih chanel yang diikuti.

Toh hingga saat ini youtube tidak memberi respon atas jumlah unlike dan laporan spam yang telah masyarakat berikan. kita harus maklum karena Youtube adalah corporate yang mengorientasikan keuntungan.

Ok guys pilihan ada ditangan Anda?

#stoppembodohanpublik
#beladiribersatu