Hari Kemerdekaan Republik Indonesia



Bagi saya, tanggal 17 agustus merupakan hari spesial.

Setiap tahun, hari ini selalu di isi dengan berbagai kegiatan. Banyak jenis perlombaan digelar, tetapi yang paling penting dan paling saya nantikan adalah, upacara pengibaran bendera pusaka.



Sebagai seorang anggota Paskibra, momen ini adalah momen yang selalu saya rindukan. Sejak masa sekolah dulu hingga kini, meski telah menjadi seorang ibu dari 2 orang anak sekalipun. Saya akan dengan antusias menyaksikan upacara pengibaran bendera di istana negara, walau hanya lewat layar kaya.

Ketika menyaksikan upacara di layar kaca, memori saya akan mulai mundur ke belakang. Mengingat masa- masa sekolah di SMK Negeri 5 Palembang dulu. Momen menjadi petugas upacara bendera di hari kemerdekaan adalah sebuah tugas yang istimewa. Banyak orang menginginkan, tetapi tak semua bisa mendapat kesempatan.



Kala itu, kami sebagai anggota PASSEMA akronim dari Pasukan Khusus SMea Lima. Akan melakukan latihan intensif sejak jauh-jauh hari. Dua bulan sebelum hari H, formasi sudah harus di buat.Tak peduli terik, tak takut hujan, mengabaikan rasa lelah, kami selalu berlatih dengan semangat. Agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Pengibaran bendera di hari kemerdekaan adalah momen sakral. Tak boleh ada kesalahan di dalamnya.

Selain latihan, kami juga akan sangat sibuk menyiapkan segala kebutuhan perlengkapan upacara. Kami akan senang hati menabung, menyisihkan uang jajan, untuk membeli sepatu pantopel atau PDH, membeli peci, sarung tangan, seragam putih, dan perlengkapan lainnya. Maklumlah, paskibra sekolah tak ditanggung negara seperti paskibraka kan.😁



Kala itu, saya terpilih sebagai pengibar bendera di bagian kanan. Di tingkat sekolah, petugas pengibaran bendera hanya terdiri dari pasukan delapan. Berbeda dengan tingkat nasional PASKIBRAKA, yang biasanya terdiri dari 68 pasukan.

Untuk menjadi petugas pengibar bendera di sekolah saja membutuhkan semangat dan usaha yang luar biasa. Apalagi untuk ke tingkat Paskibraka. Banyak tahapan yang harus di lewati. Mulai dari seleksi di kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan nasional.

Bukan tak pernah. Dulu, saya dan kawan-kawan pun juga mengikuti tes seleksi paskibraka tersebut. Meski tak lolos ke tahap provinsi, apalagi nasioanl, kami tak kecewa. Setidaknya sudah berusaha dan mencoba.

Bagi kami, menjadi petugas pengibar bendera di sekolah pun tak kalah membanggakan. Saat upacara sukses dilakukan dengan hikmad dan tanpa kendala apapun, itu merupakan sebuah keberhasilan istimewa bagi kami. Tak jarang, kami akan menangis bahagia bersama.

Jika Paskibraka di istana negara akan mendapat hadiah jalan-jalan ke liar negeri setelah bertugas. Berbeda halnya dengan kami. Setelah upacara pengibaran di sekolah selesai dilaksanakan, kami biasanya akan melakukan sesi foto bersama. Dengan para guru, dengan kakak-kakak senior, juga adik-adik junior. Setelahnya, kami akan makan bersama. Atau sekedar mengahabiskan waktu berjalan-jalan berkeliling kota seharian.



Ah, sungguh ... saya merindukan masa-masa itu.

Paskibra dan Paskibraka memang serupa tetapi tak sama. Namun, saat mengingat tentang keduanya, saya biasanya akan mendadak jadi melankolis. Mengingat kenangan indah yang tak mungkin terlupa. Hingga kelak menutup mata, paskibra tetap kucinta.



Dirgahayu Indonesia

Merah putihku, berkibarlah dengan gagah.
Cerminan akan bangsa yang perkasa.
Kuhormati dengan penuh rasa bangga.
Indonesiaku bersatulah sepanjang masa.

Mari kencangkan doa, agar negeri ini jauh labih baik lagi.
Agar pandemi segera pergi.
Agar tak ada lagi pengangguran dan kemiskinan merajai.


Bandar Lampung, 17 Agustus 2020.


Narasi: Firsaf05
Gambar: Dokumentasi pribadi