• Beranda
  • ...
  • Sports
  • Yang Tersisa Usai Laga Atalanta Kontra Paris Saint-Germain

Djamboel79Avatar border
TS
Djamboel79
Yang Tersisa Usai Laga Atalanta Kontra Paris Saint-Germain
Impian Atalanta untuk bisa melangkah lebih jauh di Liga Champions musim 2019-2020 berakhir sudah.

Menjalani debut di kompetisi tertinggi antarkkub Eropa alias Liga Champions, Atalanta hanya berjarak sekian menit dari babak semifinal.



Akan tetapi Dewi Fortuna rupanya belum berpihak pada skuad La Dea.

Bahkan sepakbola kembali menghadirkan keajaiban dalam laga pembuka babak perempatfinal Liga Champions musim ini.

"Debutan dan Keajaiban" menjadi benang merah keisengan saya kali ini.

Kegagalan Atalanta menyingkirkan Paris Saint Germain, membawa ingatan saya ke Liga Champions musim 2016-2017.

Sebuah klub debutan di Liga Champions musim itu berasal dari Premier League. Klub itu adalah Leicester City.

Serupa dengan Atalanta musim ini, The Foxes pada musim tersebut menjalani debut di Liga Champions dengan cerita menakjubkan.

Persamaan pertama dari Leicester City (2016-2017) dan Atalanta (2019-2020) ialah bahwa kedua tim sama-sama lolos ke perempat final dengan mengalahkan wakil La Liga di babak 16 besar.

Leicester City menyingkirkan Sevilla, sementara Atalanta menepikan Valencia.

Persamaan kedua dari kedua klub pada musim debut mereka ialah bahwa keberhasilan Leicester City (2016-2017) dan Atalanta (2019-2020) lolos ke perempat final ialah menyelamatkan wajah sepakbola Inggris juga Italia.

Sejatinya ada tiga klub asal Premier League yang lolos ke perdelapan final Liga Champions musim 2016-2017. Namun Arsenal dan Manchester City harus tersingkir di babak tersebut, dan menyisakan Leicester City di fase delapan besar.

Situasi mirip berlaku musim ini pada Atalanta. Wakil dari Serie-A ini menjadi satu-satunya wakil dari negeri pizza di perempat final.

Padahal di fase knock-out pertama, tak hanya Atalanta, tetapi juga Juventus dan Napoli yang menjadi wakil Serie-A.

Persamaan berikutnya dari Leicester City dan Atalanta ialah keduanya gagal menyamai pencapaian Villareal (Spanyol) pada musim 2005-2006.

Pada Liga Champions musim 2005-2006, Villareal yang diarsiteki Manuel Pellegrini sukses menyingkirkan Glasgow Rangers dan Inter Milan di babak 16 besar dan perempat final untuk lolos ke semifinal di musim debut mereka.

Menariknya, kegagalan Leicester City dan Atalanta lolos ke semifinal diwarnai dengan skor yang sama.

Saat disingkirkan Atletico Madrid pada perempat final musim 2016-2017, Leicester City menyerah 0-1 pada leg pertama yang dimainkan di Stadion Vicente Calderon.



Sementara saat gantian menjamu Atletico Madrid di Stadion King Power, Jamie Vardy dkk hanya mampi bermain imbang, 1-1 dan menjadikan skor agregat 1-2 memastikan langkah Leicester City di Liga Champions musim itu berakhir.

Berbeda format dengan musim 2016-2017, perempat final musim 2019-2020 hanya memainkan satu laga pada setiap pertandingan babak delapan besar.

Asa Atalantd sempat membumbung tinggi usai gol Mario Pasalic pada menit ke-27, memberikan keunggulan bagi klub asal Bergamo.

Akan tetapi Paris Saint-Germain sukses membalikkan keadaan melalui dua gol yang disumbangkan masing-masing oleh Marquinhos dan Eric Maxim Choupo Moting pada saat laga memasuki menit ke-90.



Saat wasit Anthony Taylor meniupkan peluit panjangnya di Stadion Estadio Da Luz, Lisbon, Portugal, skor 1-2 juga memastikan mimpi Atalanta untuk bermain kembali di stadion yang sama dalam laga final Liga Champions musim ini pun sirna.

Keajaiban sepakbola oun menjadi benang merah bagi Paris Saint-Germain jika kita mengingat kembali Liga Champions musim 2016-2017.

Bilamana pada musim ini, Paris Saint Germain yang nyaris tersingkir justru diselamatkan Dewi Fortuna, maka sangat berbeda dengan apa yang mereka alami pada musim 2016-2017.

Pada babak 16 besar, Paris Saint-Germain begitu perkasa pada leg pertama saat menghajar tim kuat Barcelona dengan skor 4-0.

Namun, Dewi Fortuna meninggalkan klub asal Paris tersebut pada leg kedua.

Tertinggal 1-5 dari Barcelona di Nou Camp sampai awal menit terakhir pertandingan, sebenarnya sudah cukup bagi Paris Saint-Germain yang saat itu ditangani Unai Emery untuk menyingkirkan Barcelona lewat agregat gol tandang.



Celakanya pada menit akhir laga, sebuah umpan dari Neymar Jr ke dalam kotak penalti Paris Saint-Germain, sukses dimaksimalkan Sergi Roberto menjadi gol.

Keajaiban sepakbola pun terjadi saat itu. Paris Saint-Germain tersingkir secara dramatis.

Cerita menarik dari klub debutan dan keajaiban sepakbola pun bermuara pada satu fakta bahwa, serupa dengan musim 2016-2017, maka pada musim ini, satu slot semifinal menjadi milik klub asal Ligue 1, Prancis.

Jika pada musim 2019-2020 ada Paris Saint-Germain, maka AS Monaco menjadi wakil Prancis pada musim 2016-2017.

Last but not least, apakah kejadian 2016-2017 akan kembali terjadi bagi Paris Saint-Germain musim ini?

Mau ditarik dari sisi Atletico Madrid yang mengalahkan tim debutan Leicester City maupun AS Monaco yang menjadi wakil Prancis di semifinal, keduanya baik AS Monaco dan Atletico Madrid pun gugur di empat besar.



Ah sudahlah, nikmati saja dulu kemenangan Neymar Jr dan Paris Saint-Germain ini. Siapa tahu, musim ini akan menjadi kali pertama adanya All-Ligue di babak final Liga Champions.

Mengingat masih ada Olympique Lyon yang akan berjuang menghadapi Manchester City di lanjutan babak perempat final Liga Champions musim 2019-2020.

#RinganJari
franse12345
salutob
tien212700
tien212700 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.5K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.9KThread10.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.