Tak terasa, sekarang sudah memasuki bulan Agustus. Artinya, dalam hitungan hari, kita akan merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-75.

Apa yang ada di benak GanSis tentang angka 75? Kalau untuk usia, bilangan ini mengindikasikan bahwa seseorang sudah berada di usia senja. Keadaan di mana diri sudah tidak seperti dahulu lagi. Aktifitas mulai melambat, kecantikan atau ketampanan memudar, atau mungkin, ada yang sudah tidak bisa melakukan kegiatan sama sekali.

Bagi mereka yang masih fit atau tingkat kebugarannya masih bagus, hendaknya bersyukur dan tidak menyia-nyiakan hidup. Isilah hari-hari dengan kegiatan yang positif, yang mungkin bermanfaat bagi orang lain.

Momen hari bersejarah ini, biasanya diisi dengan perlombaan atau kegiatan yang bermanfaat. Nah, berbicara mengenai kegiatan yang bermanfaat, ane punya sesuatu yang ingin dibagikan, nih, GanSis. Mau tau ceritanya? Yuk, kita simak bersama. 😊

Tahun lalu (2019), ane dan teman-teman alumni SMAN 1 Bekasi angkatan '94 mengisi peringatan hari kemerdekaan ke-74 dengan mengunjungi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tan Miyat yang ada di kawasan Bekasi Timur. Agendanya adalah memberi motivasi agar mereka bisa lebih maju dan bersemangat dalam menghadapi tantangan di masyarakat.

Sama seperti ane, GanSis mungkin baru pertama kali mendengar nama panti ini. Enggak nyangka juga kalau ternyata panti sosial yang ada di bawah naungan Kementrian Sosial ini letaknya tidak jauh dari tempat tinggal ane.

Di tempat ini, orang yang berkebutuhan khusus--dalam hal ini para tuna netra--ditampung serta diberi pendidikan dan pelatihan oleh tenaga profesional. Tujuannya, agar mereka bisa hidup berdampingan dengan orang normal di masyarakat tanpa perlu bergantung kepada orang lain.

Di tempat ini, mereka diberi bimbingan dan pelatihan agar bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.

Tidak semua yang ada di sana merupakan penyandang tuna netra murni, beberapa di antaranya ada juga yang tuna netra parsial. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan rentang usia yang beragam.

Acara dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2019. Yang kami lakukan di sana adalah, coaching, games, pertunjukan dari para penghuni panti, penyerahan bingkisan, dan makan bersama.

Di sini para penghuni panti diberi motivasi supaya tetap semangat menghadapi tantangan. Mereka diminta untuk mengungkapkan cita-cita dan harapannya di depan para couches.

Jujur, mendengar cerita serta melihat kebolehan mereka, air mata ane tidak bisa berhenti mengalir. Rasa sedih, simpati, juga bangga berbaur menjadi satu. Salut dengan semangat mereka yang luar biasa, yang ingin mandiri dan tidak mau terus-menerus bergantung kepada orang lain.

Ane jadi malu pada diri sendiri. Harusnya, ane bisa lebih semangat dari mereka. Harusnya ane bisa menjadi insan yang berguna. Atau setidaknya, tidak terlalu bergantung kepada orang lain.

Meski mereka merupakan orang yang berkebutuhan khusus, beberapa di antaranya memiliki bakat yang tidak kalah dengan mereka yang normal. Kami diberi hiburan oleh beberapa di antaranya yang mahir bermain musik dan memiliki suara yang ... wow, keren!

Sayang, koleksi foto dan video ane yang memperlihatkan mereka saat perform sudah terhapus. Jadi ane enggak bisa membagikannya kepada GanSis.

Berikut beberapa momen yang sempat diabadikan pada saat itu.

Sesi games

Dokpri

Sesi foto

Dokpri


Dokpri

Sesi makan siang bersama

Dokpri


Dokpri

Ane dan teman-teman

Dokpri

Lepas mengunjungi tempat ini, ane jadi sadar, betapa ane jauh lebih beruntung. Semangat yang ditunjukkan dalam menghadapi hidup sungguh luar biasa. Ane bangga kepada mereka.

So, GanSis, hendaknya kita selalu bersyukur atas apa yang sudah Tuhan berikan. Memiliki kekurangan bukan berarti tidak bisa apa-apa. Bukan berarti akhir dari segalanya. Sebab Tuhan tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Semua memiliki jalan masing-masing dalam mencapai kesuksesan.

Mari kita isi kemerdekaan yang sudah diwariskan ini dengan hal-hal yang berguna. 😊