Thread INDEX
Cerita bersambung
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK"
(Bara Di Kademangan Dawungan)
Cerita bersambung
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK"
(Bara Di Kademangan Dawungan)
Pengantar. https://www.kaskus.co.id/show_post/5...77a936297a46de
Bagian 01.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...bdb27e0a645932
Bagian 02.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d69530541b5a80
Bagian 03.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7e9364b533d152
Bagian 04.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cc953194225a64
Bagian 05.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cc95367c43a9c8
Bagian 06.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...9b1755e61084cc
Bagian 07.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...37725797617267
Bagian 08.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7e9311345ca1ac
Bagian 09.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...b5ca27cf782096
Bagian 10.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cc95772e6f1de4
Bagian 11.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...276834b3695946
Bagian 12.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d2954edc289a10
Bagian 13.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...25c356bd0da5f8
Bagian 14.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...c991488533c5af
Bagian 15
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cc95068005d4db
Bagian 16.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...b5ca478d6f4e48
Bagian 17
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cb955b855229a3
Bagian 18
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...972e728f7c4fa9
Bagian 19.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...40883ba8721993
Bagian 20.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d2950aca51f606
Bagian 21.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...ae2f70756646d3
Bagian 22.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...b3cb282171aff7
Bagian 23
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...b3cb0f954736b5
Bagian 24.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...751368695de7f1
Bagian 25.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7e9373ef39f3a7
Bagian 26.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...9b177cf9181343
Bagian 27.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...f7642fd72898e8
Bagian 28.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d49521801d7d54
Bagian 29.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...77a959440bba96
Bagian 30.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...393a55502d0ed0
Bagian 31.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7f930b480f02f0
Bagian 32.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...3a723f0e2418ff
Bagian 33.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d4956ac3084fc8
Bagian 34.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...393a3899078511
Bagian 35.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7e933d8a64eb8c
Bagian 36.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...4088544a6d6e50
Bagian 37.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...3a7271350b60f7
Bagian 38.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...393a62e267c4b0
Bagian 39.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...b3cb4ffc7575c0
Bagian 40.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...f6c4580b206944
Bagian 41.
“MENDUNG DILANGIT DEMAK”
“Bara di Kademangan Dawungan”
(Cuplikan...)
“..Matahari terlihat mulai merambat condong kearah barat. Sinarnya yang tidak seterik beberapa saat sebelumnya terlihat mulai kesulitan menembus kelebatan hutan di kaki Gunung Lawu.
Samar samar di kejauhan, terlihat dua orang yang sedang berjalan beriringan keluar dari dalam kelebatan hutan yang tidak terlalu besar tersebut. Kedua orang itu nampaknya baru saja menempuh perjalanan yang panjang dan baru saja melintasi jalan yang membelah hutan tersebut....”
-------
“Bagus. Majulah bersama sama agar waktuku tidak banyak terbuang. Jangan cemaskan kedua saudara seperguruanku itu. Aku pastikan keduanya tidak akan membantuku meskipun kalian semua yang ada ditempat ini akan maju bersama sama menghadapiku”.
Sesaat setelah menyelesaikan kata katanya, terlihat adik seperguruan Ki Pradangga itu telah saling menggosokkan keduan telapak tangannya. Dan seperti ilmu yang dimilikki oleh kakak seperguruannya, terlihat kedua pergelangan tangan adik seperguruan Ki Pradangga telah menjadi membara.
“Aku akan membunuh diriku sendiri seandainya aku tidak bisa membunuh kalian berempat dalam hitungan tak lebih dari jumlah jari kedua tanganku.”, berkata adik Ki Pradangga menebarkan ancamannya.
*********
Agan semuanya,
Demikianlah cuplikan beberapa paragraf dari sebuah dongeng yang berkisah tentang satu kemelut yang pernah terjadi dimasa pemerintahan Kasultanan Demak dibawah kepemimpinan Sultan Trenggana.
Dongeng saya ini ber genre cerita silat Jawa Klasik dengan setting peristiwanya di masa kerajaan Jawa (Kasultanan Demak).
Karena bukan pendongeng dan penulis yang profesional, mungkin alur ceritanya kurang smooth atau bahkan menghentak. Harap dimaklumi saja, hanya sekedar hobi dan mencoba memaksakan diri menjadi pendongeng. Sementara gaya bertutur/mendongeng saya mungkin juga terkesan lambat.
O ya, mohon maaf juga kalau agak gagap berinteraksi dengan beberapa istilah di Kaskus, maklum pendatang baru di dunia Kaskus.
Terima kasih gan selamat menikmati dongeng saya semoga berkenan.
Matur Nuwun.
Quote:Original Posted By Panuntun645 ►
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK”
(Bara Di Kademangan Dawungan)
Bagian 40.
“Selamat datang di Demak Kyai Bahuwirya. Aku tidak menduga sama sekali bahwa hari ini Kyai telah datang mengunjungiku. Aku memang menjadi terkejut ketika pelayan dalam menyampaikan pesan kepadaku bahwa ada seseorang yang menyebut sebagai Lintang Wetan ingin menghadapku”, berkata Sultan Demak kepada Kyai Bahuwirya itu.
“Maafkan kalau kedatangan hamba telah mengganggu Kangjeng Sultan”, jawab Kyai Bahuwirya.
“Aku sebenarnya telah merencanakan mengirim seseorang untuk menemui Kyai, namun ternyata aku belum sempat melaksanakannya karena ada beberapa persoalan yang belakangan ini telah menyita perhatianku”, berkata Sultan Demak.
Dan selanjutnya terdengar Sultan Demak telah memperkenalkan orang yang bersamanya itu kepada Kyai Bahuwirya.
“Kyai, yang bersamaku ini adalah Tumenggung Kertapura. Ia adalah salah satu tumenggung kepercayaanku. Aku sengaja membawanya untuk menemui Kyai karena panggraitaku mengatakan bahwa kedatangan Kyai kali ini tentu membawa kabar penting yang terkait dengan Demak”.
“Tumenggung Kertapura adalah Tumenggung yang aku percayai untuk bertanggung jawab atas seluruh persoalan yang berkaitan dengan rencana kunjunganku ke berbagai wilayah di daerah Timur”.
Terlihat Kyai Bahuwirya membungkukkan badannya sebagai isyarat penghormatannya kepada Tumenggung Kertapura.
Dan selanjutnya, kepada Tumenggung Kertapura, Sultan Demak juga telah memperkenalkan tentang jati diri Kyai Bahuwirya.
“Tamuku ini bernama Kyai Bahuwirya. Sementara Lintang Wetan adalah sebutan yang dipergunakannya secara khusus ketika Kyai Bahuwirya ingin menemuiku”.
Sambil memandang ke arah Kyai Bahuwirya, Kangjeng Sultan Demak meneruskan penjelasannya.
“Kyai Bahuwirya adalah sahabatku sejak aku masih muda. Ia pernah menolongku ketika aku sempat mengalami kesulitan dalam pengembaraanku. Sejak semula Kyai Bahuwirya memang tinggal di kademangan yang berada di kaki gunung Lawu itu”.
“Dalam kaitannya dengan rencana lawatanku ke wilayah timur, Kyai Bahuwirya adalah mata dan telinga bagi Demak. Kyai Bahuwirya menjadi sumber keterangan dari segala persoalan yang sedang terjadi di kaki Gunung Lawu sebelah utara dan juga daerah daerah di sekitarnya. Aku mempercayai Kyai Bahuwirya sepenuhnya seperti aku mempercayaimu”, berkata Kangjeng Sultan Demak memberikan penjelasannya kepada Tumenggung Kertapura.
Terlihat Tumenggung Kertapura telah mengangguk sambil berkata.
“Selamat datang di Demak Kyai”.
Sejenak setelah Tumenggung Kertapura memberikan salamnya kepada Kyai Bahuwirya, terdengar Sultan Demak telah berkata kepada Kyai Bahuwirya.
“Kyai, persoalan apakah yang Kyai bawa kali ini. Sejujurnya aku memang menjadi berdebar debar dengan kedatangan Kyai justru karena Demak sendiri saat ini sedang menghadapi beberapa persoalan yang telah menyita perhatianku”.
“Maaf Kangjeng Sultan, tentu hamba tidak bermaksud untuk menambah persoalan baru atas beberapa persoalan yang saat ini sedang Kangjeng Sultan hadapi. Hamba terpaksa harus menyampaikannya justru karena hamba telah menjadi cemas melihat keadaan yang saat ini sedang berkembang di kademangan Dawungan”, berkata Kyai Bahuwirya.
“Akupun tentu tidak akan mengingkarinya Kyai, karena memang sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang pemimpin Demak”, Jawab Sultan Trenggana.
Sesaat Sultan Trenggana menghentikan perkataannya kembali seolah sedang memikirkan sesuatu yang ada didalam angannya.
Namun tak lama kemudian Sultan Trenggana berkata.
“Kyai, sebelum kyai menceritakan persoalan yang terjadi dikademangan itu, biarlah terlebih dulu Aku memberitahukan kepada Kyai beberapa persoalan yang saat ini sedang dihadapi Demak”.
“Aku menganggap perlu menceritakannya agar Kyai mendapatkan satu pengetahuan bahwa saat ini Mendung sedang menyaput di Langit Demak”.
Lalu dengan nada suara yang lebih bersungguh sungguh, terdengar Kangjeng Sultan meneruskan perkataannya.
“Namun sebelum aku menceritakannya kepada Kyai, Aku perlu memberikan pesan bahwa apa yang akan aku ceritakan ini tidak menjadi berkembang kemana mana karena persoalan ini hanya diketahui oleh orang yang sangat terbatas, bahkan tak semua pemimpin Demak mengetahuinya”.
Sambil menatap kearah Kyai Bahuwirya, terdengar Kangjeng Sultan Demak berkata.
“Aku mempercayai Kyai sepenuhnya meskipun Kyai bukan salah satu pemimpin di pemerintahan Demak”.
Mendengar penuturan dari Sultan Demak, hati Kyai Bahuwirya telah menjadi berdebar debar.
Sementara itu terlihat Sultan Demak telah membenarkan letak duduknya, sebelum akhirnya berkata.
“Beberapa waktu yang lalu Demak telah kehilangan dua pusaka yang menjadi lambang kebesaran dan kemakmuran bagi Demak. Kedua pusaka itu telah jengkar dari tempatnya”, desis Sultan Trenggana.
Kyai Bahuwirya tak bisa menutupi debar jantungnya yang semakin berdetak didalam dadanya mendengar keterangan dari Sultan Demak.
Meskipun Kyai Bahuwirya belum mengetahui pusaka apakah yang telah jengkar dari tempatnya namun Kyai Bahuwirya dapat menduga bahwa kedua pusaka itu tentu pusaka yang dianggap mempunyai pengaruh di pemerintahan Demak.
“Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten lah yang saat ini tidak ada ditempatnya”, desis Sultan Trenggana.
Lalu dengan nada suara yang dalam Kangjeng Sultan telah menyambung perkataanya.
“Beberapa senopati terpilih telah disebar untuk melacak keberadaan dari kedua pusaka itu. Saat ini persoalannya telah menjadi semakin kisruh, karena kabar tentang hilangnya dua pusaka itu ternyata juga telah didengar oleh beberapa kalangan diluar pemerintahan Demak”.
“Nampaknya mereka mencoba mengambil kesempatan untuk turut serta melacak keberadaan kedua pusaka itu meskipun untuk kepentingannya sendiri sehingga diluaran sana seolah telah terjadi semacam perlombaan dalam perburuan untuk saling memperebutkan kedua pusaka itu”.
“Maaf Kangjeng Sultan, Apakah sudah ada tanda tanda tentang keberadaan dari kedua pusaka itu”, tanya Kyai Bahuwirya.
“Itulah yang telah merisaukan hatiku. Keberadaan kedua pusaka itu seolah telah menjadi lenyap sama sekali tanpa bisa terlacak dengan cara apapun, sementara pihak pihak yang terlibat dalam perburuan justru semakin bertambah sehingga telah menimbulkan kekisruhan yang baru”.
“Dan yang semakin mencemaskan hatiku”, berkata Sultan Demak selanjutnya.
“Kalau kedua pusaka itu tidak segera dapat ditemukan, sementara kabar hilangnya kedua pusaka itu mulai menyebar luas hingga akhirnya diketahui oleh siapapun tentu akan membuat keadaan semakin tidak menguntungkan bagi Demak”.
Kyai Bahuwirya dapat memahami kecemasan dari Sultan Demak itu justru karena kedua pusaka itu terlanjur dipercayai sebagai salah satu pusaka yang menjadi lambang kebesaran dan kemakmuran bagi Demak.
Bahkan selama ini kedua pusaka itu telah dianggap sebagai pusaka yang menjadi pertanda jatuhnya wahyu keprabon bagi kekuasaan kasultanan Demak.
Bagi pihak pihak tertentu, hilangnya kedua pusaka itu tentu dapat dimanfaatkan untuk mendukung kepentingan yang dibawanya masing masing.
Pihak pihak yang hanya sekedar ingin memperkeruh suasana tentu akan menyebarkan desas desus bahwa Demak dianggap telah kehilangan pamornya seiring dengan lenyapnya pusaka yang menjadi syarat dari jatuhnya wahyu keprabon.
Dalam keadaan yang demikian itulah nampaknya yang telah membuat Sultan Demak menjadi cemas.
Sebenarnya di bangsal pusaka Istana Demak masih tersimpan bermacam macam pusaka yang pamornya tak kalah dari kedua pusaka yang hilang itu.
Namun memang tidak dapat di pungkiri bahwa keberadaan pusaka Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten memang mempunyai pamornya tersendiri bagi Demak.
Bersambung bagian 41.