muthialaqilahAvatar border
TS
muthialaqilah
We Obviously Can't Control Others.


Gagasan baru berbentuk naskah dan surat mengenai harapan.


~

Aku menghentikan sejenak aktivitas sehari-hariku. Tugas yang menumpuk telah kuselesaikan dan kini aku harus membagi waktu dengan diriku sendiri. Di tengah kesibukan, aku pun memiliki hak untuk beristirahat. Dan inilah kesempatan terbaikku untuk berbincang dengan diriku untuk lebih mengerti kondisi aku dan aku, situasi mereka dan aku.

Mataku terbuka dengan lebar. Di atas atap rumah, aku bisa melihat kelap-kelip lampu tempat tinggal penduduk yang setiap malam tak pernah padam. Kutajamkan pendengaran ditelingaku, mencoba untuk menangkap lebih jelas suara-suara sayup keramaian kota. Udara di sini terasa dingin. Aku hanya ditemani secangkir teh manis hangat dan suara langkah terburu-buru dari tikus yang tinggal di loteng rumah di bawah tempatku bersandar kini. Memakai piyama kesayanganku seraya menatap cahaya-cahaya lampu kota, adalah satu caraku berkomunikasi dengan dunia luar yang seringkali kuhindari.

Aku termenung cukup lama. Menggali dan mencari obrolan yang santai namun menemukan titik temu bersama diriku sendiri.

Ah, ya. Topik kali ini adalah memikirkan segala hal yang menjadi kewajiban-kewajiban dalam hidupku. Pikiranku melayang, pada tuntutan untuk pemenuhan hak batin atas diriku. Sebagai manusia biasa, tak dapat dipungkiri aku pun memiliki banyak sekali pertanyaan dan pernyataan yang mungkin tak seorang pun sanggup mendengarkan semuanya. Kecuali Tuhan dan diriku sendiri.

Aku tak tahu persis apa yang tengah kurasakan. Namun yang pasti, ada sejuta harapan yang kutujukan untuk orang-orang yang tinggal di dalam rumah yang lampunya menyala itu.

Seandainya suaraku dapat menggema ke seluruh penjuru kota, aku akan menyuarakan apa yang sebenarnya perlu kita sadari bersama. Ada bertumpuk-tumpuk naskah opini yang tak pernah tertuangkan. Ada sejuta pengakuan yang tak pernah terungkap. Ada bakat yang belum tergali. Ada kemampuan yang belum terasah. Ada harapan yang tak memiliki kesempatan. Ada suara yang telah terucap, namun tak satu pun memberikan respon. Ada juga yang sudah menyuarakan kebenaran, tapi seolah kalah dengan adab-adab yang buruk. Dan telah ada banyak pemikiran hebat yang berhasil tertutup oleh pandangan-pandangan tak penting yang tak memberikan manfaat bagi banyak umat.

Dan ada banyak yang merasakan hal yang sama.
Tak hanya satu, mungkin beribu-ribu.

Sebuah untaian harapan bagi para penduduk kota telah membuatku kembali tercenung memikirkan pada kata yang berujung bagaimana.

Kini lagi dan lagi, harapan untuk diketahui dan dianggap akan selalu ada.

Kuingat terbatasnya kemampuanku untuk tidak bisa mengirimkan pesan suara tanpa jaringan yang canggih di masa digital seperti ini, membuatku bangkit dari posisiku untuk masuk ke dalam kamar dan mengeluarkan secarik kertas kosong dari dalam laci meja belajar. Lalu akan kutulis beberapa goresan kata dengan pena yang kupunya.

Lagi-lagi surat, yang hanya bisa kutulis namun dengan harapan yang besar, semoga ini membawa manfaat.



Untuk : para penduduk kota.
Dari : -ku.

Kuucapkan selamat malam untuk kalian semua. Apa kabar di dalam sana? Kuharap udara dingin yang agak ekstrim akhir-akhir ini tak dapat menghalangi kalian semua untuk membuat kenyamanan yang hangat bersama keluarga.

Tak terasa, 2020 sudah berada di pertengahan saja. Mencoba mengingat kembali resolusi awal tahun yang lalu, akan membuat kita merasakan sensasi aneh yang bergejolak di dalam perut. Begitu banyak rencana-rencana baik yang tak terealisasikan. Kecuali jika Tuhan memaksa kita untuk memantapkan niat agar melaksanakan hal-hal tersebut, pasti akan ada satu dua yang terlaksana. Namun yang pasti, kuharap semua doa-doa baik kalian semua akan terkabul tanpa ada yang kurang sedikitpun. Tuhan memberkati.

Tapi, izinkan aku mengutarakan harapan yang sebenarnya ingin kuungkapkan sejak jauh-jauh hari. Yang akan kutulis di bawah ini bukanlah resolusi, melainkan secarik laman biasa olahan pikiranku yang dapat dibaca. Semoga kalian akan memaklumi segala kekurangannya, ya!

Kita tahu, di dunia ini makhluk hidup tidak hanya satu. Yang berperan untuk bersosialisasi pun bukan hanya kita. Manusia hidup dengan berinteraksi. Menunjukkan eksistensi dan ekspresi yang memiliki khas dalam ciri. Masing-masing memiliki caranya sendiri, yang perbedaan-perbedaan itu patut kita toleransi.

Begitu banyak hal yang berkaitan dengan kepribadian seseorang untuk lingkungannya. Bagaimana cara mereka berperilaku, beradab dan bersikap dewasa. Setiap orang memiliki nama dengan arti yang baik, sengaja diberikan oleh orang tua mereka dengan tujuan agar menjadi sebaik-baiknya panggilan dan doa. Kita semua memiliki kadar kestabilan emosi tertentu, yang dimana bisa saja itu akan merusak sebagian akal dan logika. Menggeser harga etika, bahkan menginjak orang-orang disekitarnya.

Kita memiliki ego yang menemani. Ingin selalu dihargai, menuntut untuk selalu dimengerti. Namun terkadang kita lupa untuk memposisikan diri kita sendiri. Kita sering tak mau jika seolah-olah kita yang dinyatakan lemah dan tak memiliki harga diri. Padahal, hidup ini adalah soal saling mendukung dan menghargai.

Sudah hakikatnya di mata manusia satu kesalahan bisa menghapus seratus kebaikan. Tapi bukan juga hukumnya satu kekurangan dapat menguburkan sejuta keahlian.

Dimana kita? Sudah sampai mana penilaian kita di mata sesama?

Kesan pertama memang tidak bisa membuktikan segalanya. Tapi katanya, nilai awal diri kita dimulai dari kesan pertama. Aku lumayan setuju. Bagaimana denganmu?

Disamping itu, mari kita saling mengingatkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan orang lain untuk seperti yang kita mau. Kita tidak memiliki kekuatan untuk memenuhi ekspektasi kita terhadap orang lain, dan orang lain pun tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi ekspektasi kita terhadapnya. Berekspetasi terlalu tinggi akan membuat kita kecewa secara mendalam, dan berharap terlalu dalam akan membuat kita jatuh dengan kecewa.

Setiap orang itu berbeda. Tak sama. Satu dua mirip, itu wajar. Tak ada ikan yang bisa terbang, begitu pula tak ada burung yang ahli berenang. Ilmu di alam dunia ini ada banyak jenisnya. Kita semua tahu, kita tidak bisa memaksa orang lain untuk selalu mematuhi semua peraturan kita, yang bahkan seringkali tak dibawa sampai akhirat sana. Kita tidak punya hak untuk menghukum mereka karena tidak menuruti keinginan kita. Ingat, setiap pandangan orang itu berbeda-beda. Setuju menurut dirimu sendiri, belum tentu wajar di mata orang lain.

Bersikaplah seadanya. Apa adanya. Kuncinya jangan menyakiti dengan menjaga sikap dan memikirkan perasaan orang lain. Bahagiakan diri sendiri, namun jangan pernah merasa semua kepuasan hanyalah milik kita.

Pada individu-individu yang berbeda, kita tinggal bersama.




#DIARYAQILAH

All pictures source : pinterest
Diubah oleh muthialaqilah 10-08-2020 15:32
emineminna
hoorray
Lailahr88
Lailahr88 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
2.4K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.6KThread27KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.