Apa yang ada dalam pikiran Agan dan Sista saat mendengar nama grup Warkop DKI. Sudah pasti akan terbayang dengan tingkah lucu para tokohnya, dan film-film mereka sering kali menampilkan cerita kocak, humoris yang mampu mengocok perut para penontonnya. Warkop sendiri merupakan kepanjangan dari warung kopi, sedangkan DKI adalah inisial untuk masing-masing pemainnya yakni Dono, Kasino, Indro.



pict

Bicara soal warkop DKI sudah tentu tidak akan pernah terlepas dengan sosok seorang Dono. Bisa dikatakan Dono merupakan identitas dari warkop DKI itu sendiri. Jika di layar kaca, Dono memang kerap tampil lucu, karena itulah ia lebih dikenal sebagai komedian. Namun, ternyata di kehidupannya sendiri Dono merupakan sosok yang sangat memperhatikan tentang pendidikan. Selain menjalani karir sebagai pelawak, ia pun seorang penulis yang karyanya telah dinikmati oleh banyak orang. Apa saja fakta dari Dono warkop DKI ini? Berikut ulasannya!

Profil



pict

Dono memiliki nama lengkap Drs. H. Wahyu Sardono, M.S. Lahir 30 September 1951, di Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Ia wafat pada 30 Desember 2001 di Jakarta. Karirnya di dunia entertainment dimulai saat ia bergabung dengan grup lawak warung kopi prambors bersama Kasino, Indro, dan Nanu. Saat itu warkop didapuk untuk mengisi acara di radio swasta Prambors. Menjalani sebagai komedian tak membuat Dono berhenti menempuh pendidikan. Ia tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Politik, Jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia.

Selama sebagai mahasiswa Dono memang sangat dikenal aktiv di berbagai organisasi. Salah satunya adalah Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (MAPALA UI). Selai itu, ia juga terlibat dalam peristiwa Malari yang mana sikap perlawanan dari mahasiswa saat itu yang menolak keras terhadap kebijakan orde baru atas dominasi Jepang terhadap ekonomi Indonesia. Keterlibatan Dono sebagai aktivis tidak berhenti sampai di situ saja, ia juga ikut turun saat tragedi 98 berkobar. Walaupun kala itu, ia sudah menjadi seorang dosen.

Karya



pict

Dono memang lebih banyak dikenal membuat karya bersama warkop DKI lewat layar kaca. Namun, ternyata di balik itu semua, Dono juga merupakan seorang penulis yang mana karyanya kerap kali mengisi kolom majalah saat itu. Satu artikel pelawak luar biasa ini pernah terbit di majalah Forum di tahun 1993 dengan judul "Kisah Sertu Jumadi". Artikel lainnya yang juga terbit di majalah Forum Keadilan pada 1996 berjudul "Kelas yang Sibuk dengan Sendirinya".



pict

Jika dilihat dari kisah hidupnya, Dono memang telah lama menggeluti dunia literasi. Atribusinya sebagai penulis dimulai pada 1987 dengan menerbitkan novel pertamanya berjudul "Balada Paijo". Tak puas sampai di situ saja, Dono kembali menulis dan berhasil membuat novel berjudul "Cemara-Cemara Kampus".



pict

Nampaknya, ide menulis Dono tak berhenti begitu saja. Di tengah kesibukannya sebagai publik figur, ia masih sempat untuk menulis dan kembali menelurkan karya novel berjudul "Bila Satpam Bercinta" pada tahun 1991 dan "Dua Batang Ilalang" di tahun 1999. Tak berhenti di situ saja, ternyata Dono pun telah menulis kembali sebuah novel dengan judul "Senggol Kanan Senggol Kiri". Namun, ia tak sempat melihat novel tersebut karena telah lebih dulu meninggal, sedangkan karyanya baru dibukukan pada tahun 2009.



pict

Dari kebanyakan novel yang ia tulis, hampir seluruhnya merupakan kritik sosial terhadap probelema kehidupan yang ada. Ini menandakan bahwa Dono bukan sekedar pelawak biasa tapi juga memiliki kecerdasan luar biasa. Ia tak hanya pandai melawak, namun pandai pula dalam merangkai kata. Begitulah ia berkarya dan berkontribusi terhadap peradaban dunia. Di zaman sekarang, sulit menemukan komedian seperti sosok Dono. Legenda.



[URL=https://www.S E N S O R/book/show/11404708-senggol-kiri-senggol-kanan]pict[/URL]

Sumber :

Nih

Nih

Nih