JulidHati
TS
JulidHati
Berkarya untuk Diri Sendiri, Orang Lain, dan Mesin
Semakin majunya dunia internet dan teknologi, sudah tentu memberikan kita kemudahan dalam mengakses berbagai informasi baik dari desktop, atau pun dari perangkat genggam seperti ponsel hingga Tablet. Dengan gampangnya kita mendapat update berita dan informasi dari manapun dan kapanpun, sampai-sampai penyedia platform pun juga membuat sebuah personalisasi guna memberikan filter akan informasi/update berita yang pengguna dapat terima berdasarkan interest dari pengguna masing-masing. Ngomongin soal informasi, beberapa saat lalu ane sempat membaca salah satu thread ang berjudul "Sistem Monetisasi Justru Bikin Konten Kreator Mata Duitan?". Terinspirasi dari thread yang ditulis oleh Agan x.kardusbalap.x tersebut, sampai akhirnya kali ini ane akan mencoba menuliskan tentang berkarya (konten) dari sudut pandang ane sendiri. Bagi ane sendiri, berkarya (baik dalam bentuk kontent text, image, video) menjadi media untuk bisa menuangkan pemikiran pribadi (content creator bilang "berangkat dari keresahan"). 
Dalam sudut pandang ane dari segi peruntukan, berkarya bisa terbagi menjadi 3 hal, berkarya untuk diri sendiri, ditujukan untuk orang lain, dan juga untuk mesin. Dimana ketiga hal tersebut pun di era digital ini pun sangat berkaitan. Pernahkah agan berpikir seperti ini juga? Sudah atau belum, Owhh.. kita langsung lanjut saja Boskuh...


Credit Freepik.com


1. Sekadar Mengeluarkan Unek-unek
Masih ingatkah jaman dikala kita bermain dengan 'Buku Diary"? Kita selalu rela untuk meluangkan waktu dengan menuliskan apa yang kita alami dan rasakan di sebuah buku. Dimana terkadang buku tersebut pun juga serasa dijaga jangan sampai orang lain membacanya dengan pertimbangan privasi. Di era digital seperti sekarang ini, mungkin banyak orang sudah meninggalkan buku diary dan beralih ke wadah lain seperti blog, kolom, media sosial, atau forum seperti Kaskus sebagai tempat untuk menuangkan isi pikiran. Beberapa orang, mungkin tak lain adalah bertujuan untuk mengeluarkan unek-unek semata, tanpa embel-embel apapun. Banyak pribadi yang berkarya sebagai sarana untuk memuaskan diri sendiri, dengan bisa mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mereka masing-masing. Namun begitu, di era digital karya yang kita publishdapat dengan mudah dikonsumsi oleh orang lain, sehingga nantinya akan berhubungan dengan poin ke dua di bawah. 


2. Berkarya Untuk Orang Lain
Pasti Kaskuser pada sering mendengar atau membaca istilah 'Sharing is Caring'? itulah istilah yang pertama kali teringat saat bergabung ke sebuah komunitas atau pun perkumpulan online, dimana dalam perkumpulan tersebut pun juga terjalin berbagi pendapat / pengalaman  yang mungkin mirip dengan pengguna internet lain. Dalam sudut pandang ane sendiri, ini adalah satu satu peruntukan dimana berkarya (text, video, image) yang membagikan buah pikiran / opini /pengalaman yang terkadang sangat bermanfaat bagi pembaca lain. Tapi apakah semua konten yang ada tersebut memiliki kandungan faedah? Ane rasa kembali ke penikmat dari konten itu sendiri. Terlebih lagi, sekarang ini sudah ada sistem monetisasi dari konten dengan berbagai syarat dan ketentuan yang mengikat. Belum lagi, sistem monetisasi tersebut yang juga memiliki metrik tersendiri dalam penghitungan jumlah earning.
 Credit Google Support


Dari sekian banyak konten yang memang ditujukan untuk orang lain tersebut tak jarang karya mereka malah dianggap layaknya sampah. Mungkin ini adalah penilaian dari seseorang ke sebuah karya dengan melihat dari beberapa hal, misalkan kualitas/bobot. Dari sudut pandang ane yang melihat dari segi peruntukan, kehadiran konten seperti ini tak pernah ane anggap sebagai konten sampah. Toh, pada kenyataannya beberapa karya memang laris manis dikonsumsi oleh khalayak. Ane sendiri memiliki pendapat konten kreator yang hebat adalah kreator yang mampu melihat pasar dan peluang(Asumsi melihat dari segi peruntukan dengan membuat konten untuk orang lain).  Pada kenyataannya, banyak konten kreator yang dalam proses produksi konten pun juga memikirkan banyak hal, malahan beberapa melakukan post mortem. Fase ini dilakoni guna melakukan analisis (performance) terhadap karya yang pernah dibuat dan ter-publish

Pembuat: BrianAJackson | Credit: Getty Images/iStockphoto


Tapi.. Mengapa tak membuat konten yang meruncing dan in depth? Tanpa bermaksud 'Sok Tau', ane melihat ini tak lain adalah karena manusia memiliki kekurangan. Kemampuan dan kemauan seseorang untuk menggali lebih dalam dengan lakukan researchsuatu topic/idea berbeda, ditambah lagi dengan menimbang akan hal lain seperti hasil post mortem dari konten sudah ter-publish, sehingga berkarya untuk orang lain pun juga terjegal oleh beberapa pertimbangan. 
Lalu, bagaimana dengan Kaskuser, apakah termasuk dalam tipe ini? dan sering terjegal oleh banyak concern? boleh dong bisikin ceritanya dengan reply di bawah emoticon-Cool.

Lanjut ke Bawah.. 
cydoljabalnursajaindramamoth
indramamoth dan 25 lainnya memberi reputasi
26
3K
57
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.