kutilkuda1202
TS
kutilkuda1202
[CURHAT KU] TIDAK DIHARGAI SEBAGAI AYAH TIRI
NOTE: Thread ini berisi curhat REAL dari teman TS Kutikluda1202. Nama dan lokasi di samarkan demi privasi Narasumber. Komentar akan dibalas oleh NS (saat dia login), tetapi TS Kutilkuda 1202 tetap login melalui PC. Thread ini bertujuan agar kita lebih bijaksana.


Halo agan-agan semuanya. Kali ini saya mau cerita tentang masalah yang sedang saya alami. Sebenarnya saya tidak ingin bercerita disini, dan mengumbar masalah saya. Tetapi saya ingin agar para pembaca semua lebih menghargai orang lain dan tidak termakan oleh kisah drama turun-temurun mengenai ayah tiri ataupun ibu tiri. 

Perkenalkan, namaku Arif. Umurku saat ini 51 tahun, pekerjaan ku pedagang nasi goreng di kota kecil di kabupaten. Saat ini aku sudah berkeluarga. Aku menikah dengan seorang janda beranak satu, ia berumur 45 tahun. Ini adalah pernikahan keduaku, karena istri pertamaku meninggal 10 tahun lalu, saat itu ia sakit terkena malaria. 

Pernikahan kedua ku ini jujur tidak seindah pernikahan pertamaku. Saat aku menikah dengan istri pertamaku dulu, semuanya berjalan dengan baik baik saja. Kami memiliki anak tunggal yang saat ini sudah berusia 23 tahun. Syukurlah anak ku ini sudah menikah satu tahun lalu. Kami memang bukan keluarga kaya raya, kami sederhana, setidaknya aku bisa menyekolahkan anakku hingga lulus SMK, dan menikah. 

Setelah ia menikah, aku merasa sepi sendiri di rumah. Karena anakku ikut dengan suaminya di Jombang. Aku yang tinggal di jawa tengah merasa sangat kesepian. Apalagi ketika aku sedang sakit atau kelelahan. Rasanya benar-benar hidup sebatang kara dan merana sendirian. Satu-satunya cara yang bisa ku lakukan adalah mencoba mencari pasangan hidup kembali untuk menemaniku di usia tua.

Lalu aku berkenalan dengan seorang janda yang berumur 45  tahun. Selang 6 bulan, tepatnya akhir tahun lalu aku menikah dengannya. Ia janda beranak satu. Anaknya berumur 20 tahun, ia sedang berkuliah. Ku akui istriku ini secara ekonomi lebih baik daripada aku yang hanya pedagang nasi goreng. Ia seorang guru, sedangkan aku hanya pedagang nasi goreng. Tetapi ia sangat mencintaiku. Aku juga bersyukur mendapat istri yang menerimaku apa adanya. 

Tetapi yang membuat rasa sakit hatiku, adalah anak nya yang tunggal itu. Anaknya bernama Rio. Anak laki-laki yang menurutku secara fisik nampak baik. Ia tinggi, berkulit putih seperti ibunya, hidung mancung, dan berbadan tegak berisi. Aku yakin banyak wanita yang pasti kagum dan menyukainya. Ia berkuliah di jurusan ekonomi di kota sebelah yang hanya ditempuh dalam 20 menit saja. 

Dari luar nampaknya ia tampan dan baik, tetapi bagiku, ia seperti monster yang selalu menerkam ku setiap waktu. Rio sangat membenciku. Semua berawal di saat ibunya meminta ijin untuk menikah lagi. Rio marah karena merasa aku merebut posisi almarhum ayahnya. Aku mencoba untuk mendekati dia, menjelaskan bahwa aku tidak menggantikan posisi ayahnya. Aku hanya sebagai ayah sambung, yang bertugas menjaga dia dan melanjutkan tugas ayahnya untuk merawat dia dan menyayangi ibunya. 

Kedua, ia merasa aku bukan orang yang tepat untuk ibunya. Ia berkata bahwa tukang nasi goreng tidak pantas dapat guru. Aku tahu aku hanya pedagang nasi goreng. Jangankan kuliah, bisa lulus STM saja waktu itu sudah bersyukur. Anak perempuan ku saja lulus SMK sudah sangat bersyukur. Ia malah cepat dapat kerja, dan sekarang berkeluarga. Aku mensyukuri semuanya. Tetapi saat mendengar kalimat dari anak laki laki ku ini yang sekarang sungguh sangat menyayat hatiku. Sebagai pria, jujur aku merasa tidak berharga. 

Alasan kedua inilah menjadi bahan ketika aku mencoba berbicara atau memberi saran saat berunding bersama, ia selalu menyepelekan perkataanku. ia selalu berkata:
"mending om diam aja, pendidikan om belum nyampai sampai tahap ini.."
"om tahu apa, sekolah aja cuman sampai STM"
"kok mau sih ibu menikah sama om yang cuman dagang nasi goreng"

Apalagi setiap aku memasakkan nasi goreng bagi keluarga ku ini. Ia selalu berkata dengan nyaringnya,"nasi goreng terus, mentang-mentang nikah sama abang nasi goreng..". Sindir Rio kepada ibunya. 

Rasanya sakit hati ini. Berniat mau mencari pasangan hidup kok malah dapat masalh baru. Aku mencoba mengecilkan egoku, buktinya sudah 6 bulan berjalan pernikahan ini. Aku tidak pernah marah. Aku hanya berkata pada istriku," buk, itu Rio masih saja benci sama aku, harus gimana biar rumah ini jadi damai buk?". Istriku selalu berkata," yang sabar pak, namanya masih muda, aku akan coba membujuk terus si Rio". 

Aku tahu istriku sudah berusaha membujuk Rio untuk mau menerimaku, tetapi sepertinya cukup sulit baginya membuka hati untukku. Rio selalu saja menganggap aku rendah, menyepelekan omonganku, dan lebih menyakitkannya aku dianggap hanya memoroti harta ibunya. Semua kupendam sendiri, ku tahan-tahan sampai suatu saat akan ada jalan bagi Rio menerima ku sebagai ayah sambungnya.

Tetapi namanya manusia, ada batas kesabarannya. Ceritanya kemarin senin. Senin lalu aku mau berangkat berjualan. Sore hari, kusiapkan semua bahan-bahan untuk berjualan. Karena terburu-buru aku taruh sayuran kol dan wortel di plastik besar untuk berjualan diatas meja keluarga. Disebelah plastik itu ada laptop nya Rio. Tanpa sengaja ada Wortel sama kol yang jatuh ke atas laptopnya. 

Saat ibunya mandi, dan aku sedang bersiap-siap berjualan lagi di masa new normal ini, Rio melihat laptopnya terkena wortel dan kol. Dia membanting wortel dan kol itu ke lantai. Tiba-tiba teriak dan marah-marah.
"apa apaan sih ini.. laptop bagus bagus malah dikotori sama sayuran... Om, naruh sayuran yang bener dong..!!"
sontak aku langsung masuk ke rumah dan mengambil sayuran itu. 
"oh lupa tadi buru-buru jadi lupa om taruh disitu, maaf lho nak", jawabku sambil mengambil sayuran itu yang sudah jatuh di lantai. 

Seketika itu juga, dia berteriak, "Nak?? aku bukan anakmu. Ayahku dulu seorang pegawai, bukan tukang nasi goreng". 
Aku diam dan pergi meninggalkan dia. Aku tidak berkata sedetikpun. Tetapi aku berjalan menuju kamarku, ku ambil sekalian pakaian dan kumasukkan dalam tas. 

Istriku yang baru selesai mandi kaget, kenapa kok ribut. Dan ia melihatku membereskan pakaianku. Ia menangis dan mencoba menahan aku agar aku tidak pergi. Ia juga meminta Rio agar mau menerimaku dan meminta maaf. Tetapi Rio malah pergi dengan motornya. Aku tetap kuat dengan pendirianku. Aku pergi meninggalkan rumah itu, dan berangkat berjualan.

Sepulang berjualan aku pulang ke rumahku. Istriku menyusulku ke rumahku, ia memohon untuk kembali lagi, tetapi jujur sakit hati ini. 

Aku tidak ingin berpisah dengan istriku. Tetapi anak ini sungguh menyiksa batinku. 
Aku tidak tahu harus berbuat apa, apakah memang berposisi sebagai AYAH TIRI itu akan selalu dibenci, meskipun aku tidak pernah sedikitpun membentak atau menyakiti hati anak tiriku?
Sakit hati seorang ayah tiri jujur lebih perih karena tidak ada satupun yang membelaku, bahkan warga pun tetap akan membela si anak karena aku hanya ayah tiri.


narasumber: Arif, Jawa Tengah

*Ingin curhat, PM aja gan. TS kutilkuda1202 siap mendengarkan dan memberikan tanggapan.
defriansah666fapfaplumut66
lumut66 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
4.6K
99
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.