Kemandirianmu, kebahagiaan dan kebanggaanku





Kisah ini mengisahkan 4(empat) generasi keluarga yang jadi satu yaitu buyut, cucu, mbah dan mbah buyut. Pengin ketawa sebenarnya mendengar suara gaduh yang sungguh lucu mendengarnya. 🤣Tapi kok ya kedengarnya jahat banget ya. Beneran ini lucu banget menurutku, ga bisa balik posisi anaknya yang lagi tengkurep. Dan si anak sudah nangis kejer karena mau balik ke posisi terlentang ta bisa.

Berteriak-teriaklah si mbok bayi (e, salah mamah bayi biar keren dikitlah)😁 manggil si mbah bayi (kerennya eyang kali ya) 😜 buat balikin tp ta merespon. Karena si mamah bayi teriak-teriak histeris ga kalah saing sama si bayi yang lagi kejer juga ne. Nenek buyutnya langsung turun tangan untuk membantu buyut akhirnya si mbah buyut pun turun tangan membantu buyut bayinya untuk mendapat posisi yang nyaman.

Eh, ternyata dan ternyata ditolak niat baik si mbah buyut tadi oleh mamah bayi, "jangan mbah, jangan gendong biarin ibu aja" dengan alasan yang tidak jelas, dirayu pun tetep tidak boleh bantuin simbah buyut bayi padahal si bayi sudah kelenger nangisnya. Jadilah, kejadian itu sebagai konser duet mamah dan bayi bersama teriak histeris. Bisa membayangkan hebohnya? Silahkan bayangkan sendiri ya.... 🤔
Saya ta lanjutin aja ne ceritanya...😬

Pasti timbul pertanyaan ini, emang kemana si eyang bayi ga datang-datang kasihan itu bayi sama mamahnya sudah konser duet?
Si eyang bayi ternyata eh ternyata lagi melaksanakan tugas mulianya alias boker di kamar mandi. Karena penasaran dengan suara teriakan si anak si eyang pun teriak " Kenapa sih? lagi mules ne lo" disambung teriak lagi, "lagi bokerrr ini lo, kan ada uyut to". Tapi si mamah bayi kekeh ga bolehin uyutnya yang balikin. Tangis si bayi yang sudah kenceng banget dan kecemasan si mamah bayi bertambah, akhirnya eyang bayi pun dengan terpaksa menuntaskan hajatnya dan keluar kamar mandi. Sambil mengerutu "ganggu aja"
Begitulah ceritanya....Hahahahaha..maaf ga bisa nahan tawa.

Sebenarnya saya bisa aja se datang menolong bak pahlawan, trenteng..trenteng...membalikkan si bayi dan menenangkannya. Itu sungguh gampang banget tapi itu memang tidak ku lakukan karena itu merupakan satu pelajaran buat semuanya yang disana. Jangan anggap enteng pelajaran kemandirian buat anak. Anak udah nikah dan beranak pula baru bisa nyuci popok anaknya aja bangga. Lihat dong di luaran sana, hemhehemmm.. Sebenarnya ga usah jauh-jauh ding deket aja ada kok..hehhehe

Menurutku lo ini kalau emang sudah niat nikah ya harus siap dengan segala konsekuensinya dong..ga cuma enaknya aja. Termasuk punya bayi dan semua pekerjaaan rumah yang banyak, seakan ta ada habis dan menjemukan (bisa diatasi dengan sabar ikhlas).

Dari kisah di atas saya ambil pelajarannya, bahwa berilah pelajaran kemandirian anak untuk bekal hidupnya, karena kita tidak sepenuhnya bisa mendampingi anak seumur hidup suatu saat kita akan berpisah dengan mereka. Entah, itu karena nikah atau karena maut, karena perpisahan itu PASTI. Pelajaran kemandirian untuk anak sungguhlah penting karena kita hidup di jaman kita dan anak kita hidup di jamannya sendiri. Untuk masa depan anak sendiri nantinya.



Tentu saja pelajaran kemandiriannya sesuai kemampuan si anak ya, tidak boleh memaksa anak melakukan diluar kemampuannya itu sudah lain lagi ceritanya jadi kekerasan pada anak nanti. Misalnya, untuk anak usia 3 (tiga) tahun berilah tugas kemandirian pakai baju sendiri atau ke toilet sendiri (tetep pengawasan ya), tentu akan beda lagi tugasnya untuk anak yang usia 12 tahun ya. Tugas yang usia 12 tahun bisa dengan memasak sendiri atau mencuci baju/piring sendiri sudah bisa tanpa pengawasan.

Kalau anak terbiasa dengan "disuapi" tidak hanya makan tapi segala kebutuhannya trus kapan anak akan bisa mandiri (bukan mandi sendiri lo ya).



Contoh lain yang bisa diambil pelajaran untuk kita semua sebagai berikut
Anak yang tidak dilatih kemandiriannya sudah kerja, pengin punya motor sendiri. Belilah motor dengan kredit tapi yang bayar cicilannya masih orangtuanya. Alasan orangtuanya kasihan sudah capek kerja mosok masih mikir cicilan biar menikmati hasil kerjanya. (Nah, inilah pemikiran si orang tua yang tidak tepat. Kenapa? Karena anak akan terbiasa enak dan "ga bisa mikir" saat menginginkan sesuatu walaupun sudah kerja. Sebagai orangtua yang bijak biarkan anak mempunyai sesuatu dengan usahanya sendiri semampu dia dan justru akan merasa bangga dengan jerih payahnya sendiri serta bisa menghargai dan merawat benda tersebut dengan baik).

Kisah lain yang bisa kita ambil pelajarannya yaitu
Punya anak tapi jiwa masih juga seperti bayi (bocah due bocah : bahas jawa). Sebagai seorang ibu tentu tanggung jawabnya besar untuk bisa dampingi si anak dan mendidiknya. Tetapi bagaimana ceritanya kalau si ibu layaknya bocah yang masih "doyan dolan" kesana kemari dengan enteng dan sante menitipkan anaknya ke saudaranya atau bahkan ke orang lain. Padahal "dolan"nya tidak berfaedah hanya nongkrong seperti jaman masih single. (Nah, ini kemandirian nanti akan ada sangkut pautnya dengan tanggung jawab. Anak yang sudah mempunyai kemandirian yang matang biasanya akan mempunyai tanggung jawab yang baik juga).



Kenapa ilmu kemandirian untuk anak sangat penting?
1.
2.
3.
4.
5.

Saya pribadi akan merasa bangga atau mempunyai kebanggan tersendiri jika anakku memiliki kemandiriannya. Kemandirian sesuai porsinya. 😍
Latihlah dari sekarang kemandirian anak tidak ada hal yang terlambat dan mulailah dari hal yang paling sepele. Selamat mencoba 😍

Maaf, bila ada yang tidak pas atau tidak sesuai dengan ilmu psikologi yang sebenarnya karena ini saya hanya berdasarkan apa yang saya amati dan jadilah coretan ini 🙏

Sekedar melepaskan penat pikir selama #dirumah saja, kalau anggap tulisan ini penting silahkan dibaca dan diresapi tapi kalau tidak penting silahkan dijadikan penghuni tong sampah saja.
Tak usah galau ini tulisan beneran kisah nyata atau bukan se???

Sekedar melepas unek-unek
Biar tidak jadi enek.

Terimakasih sudah berkenan meluangkan waktu, untuk sekedar menyimak coretan ini 😍
Semoga bermanfaat



Narasi murni opini pribadi
Gambar koleksi pribadi

200420
#ummuza